Saturday, 29 October 2016

Bertemu Saudara (Kisah Dalam Al-Quran)

kisah nabi yusuf, bilik islam
Negara-negara tetangga yang sedang kekurangan bahan makanan datang ke Mesir untuk meminta pertolongan dari Nabi Yusuf. Mereka datang untuk membeli gandum yang masih tersedia di dalam gudang-gudang kerajaan. Di antara para pendatang yang ingin berbelanja ke Mesir terdapat rombongan orang-orang Palestina. Di antaranya terdapat saudara-saudara Nabi Yusuf. Mereka menghadap Nabi Yusuf yang memakai pakaian kerajaan. Mereka sama sekali tidak mengenali beliau.
Nabi Yusuf yang masih mengenali mereka sebagai saudara-saudaranya segera bertanya pada mereka.
“Siapakah kalian? Ceritakan kepadaku tentang keluarga kalian?” tanya Nabi Yusuf dengan suara berwibawa. 

“Wahai Paduka, kami adalah putra-putra Yakub yang berjumlah dua belas orang. Saudara kami yang termuda tidak ikut bersama kami karena sedang menjaga ayah yang sudah lanjut usia dan buta. Seorang saudara kami sudah lama pergi dan hingga kini kami tidak tahu keberadaannya. Kami datang atas perintah ayah kami untuk memohon pertolongan dari Paduka.” 

“Kami bermaksud membeli gandum dari persediaan kerajaan Paduka untuk memenuhi kebutuhan kami yang mendesak.” 

“Sesungguhnya aku meragukan keterangan kalian. Aku tidak dapat mengabaikan kemungkinan bahwa kalian adalah mata-mata yang dikirim musuh untuk mengacaukan negeri ini. Aku menghendaki kalian membawa bukti-bukti yang kuat bahwa kalian betul-betul putra Yakub,” ucap Nabi Yusuf dengan suara tegas. 


“Paduka. kami orang asing di negeri ini. Tidak ada seorang pun yang kami kenal. Sangat sulit bagi kami untuk membuktikan ucapan kami. Kami pasrah kepada keputusan Paduka,” jawab juru bicara putra Yakub. 

“Baiklah” jawab Nabi Yusuf sambil berpikir. 

“Hmmm ... kali ini aku memberi kesempatan kepada kalian untuk membeli gandum secukupnya dengan satu syarat. Bila kalian kembali lagi ke mari, kalian harus membawa adik kalian yang bungsu. Aku akan menyuruh pegawaiku untuk melayani kebutuhan kalian.” 

“Maaf Paduka. ayah kami tidak akan mengizinkan kami membawa adik bungsu kami ke mari karena ayah sangat mencintainya. Dia menjadi pengganti kedudukan saudara kami. Yusuf. Namun. kami akan berusaha membujuk ayah agar memperbolehkan kami mengajak Benyamin. 

Baiklah, aku akan menunggu janji kalian,” tegas Yusuf. Kemudian, Yusuf menyuruh pegawainya untuk mengisi karung-karung mereka dengan gandum dan bahan makanan. Sedangkan. barang-barang emas yang mereka bawa untuk membeli gandum disisipkan kembali ke dalam karung-karung mereka secara diam-diam. 

Mereka lalu segera pulang ke Palestina dengan membawa beberapa karung gandum. Setibanya di rumah, mereka menceritakan tentang perjalanan mereka kepada sang ayah. Mereka memuji penguasa Mesir yang bersikap ramah, adil, dan rendah hati itu. Mereka menyampaikan juga bahwa bila mereka datang lagi untuk membeli gandum. mereka harus mengajak serta Benyamin. Mereka memohon kepada sang ayah agar diizinkan mengajak Benyamin ke Mesir. 

“Tidak. sekali lagi tidak akan kuberikan izin kepada kalian untuk membawa Benyamin. Aku tidak akan memercayakan Benyamin kepada kalian setelah apa yang terjadi kepada Yusuf.” 

Tapi Ayah, kami mohon. “Dulu kalian berjanji akan menjaga Yusuf dengan baik, tetapi kalian pulang dengan berita bahwa Yusuf telah dimangsa serigala. Aku tidak ingin apa yang terjadi pada Yusuf terulang lagi pada Benyamin.” 

“Baiklah, Ayah. Namun, kami tidak dapat kembali ke Mesir tanpa membawa Benyamin,” ujar salah satu di antara mereka. 

Nabi Yakub pun terdiam. Dia tidak rela bila harus kehilangan Benyamin. 

Kemudian, salah satu anak Nabi Yakub tersebut membuka karung-karung gandum. Mereka menemukan barang emas mereka masih berada di dalam karung. Mereka gembira dengan penemuan tersebut. 

“Ayah lihat, penguasa Mesir itu mengembalikan semua emas kita. Tentunya, dia memberikan gandum-gandum ini dengan cuma-cuma,” 

Untuk beberapa saat, kehidupan mereka terjamin dengan gandum-gandum tersebut. Namun, lama-kelamaan persediaan makanan mereka habis. Akhirnya, Nabi Yakub memperbolehkan mereka membawa Benyamin ke Mesir. 

Setibanya di istana kerajaan Mesir, mereka disambut baik oleh Nabi Yusuf. Nabi Yusuf menyediakan jamuan dan penginapan bagi mereka. Bahkan. Nabi Yusuf mengajak Benyamin menginap bersamanya di istana. 

“Bila kakakku Yusuf masih ada, tentunya sekarang engkau akan menyediakan tempat untuknya,” kata Benyamin sambil mencucurkan air mata. Hatinya sedih teringat kepada Yusuf. sang kakak. 

“Apabila aku menggantikan kakakmu yang hilang, apakah engkau akan suka?” tanya Nabi Yusuf. 

“Tentu saja, namun sayangnya engkau tidak dilahirkan oleh ayahku, Yakub, dan ibuku. Rahil” 

Nabi Yusuf menangis mendengar perkataan Benyamin. Lalu. dia memeluk Benyamin dengan erat. Beliau mengaku bahwa dialah kakak Benyamin yang hilang tersebut. Nabi Yusuf menceritakan semua hal yang telah dialaminya. Beliau berpesan agar Benyamin merahasiakan hal tersebut dari saudara-saudaranya yang lain. 

Benyamin sangat bahagia mengetahui bahwa kakaknya masih hidup dan ada di hadapannya. “Ayah pasti sangat senang mengetahui bahwa Kakak masih hidup. Sejak Kakak hilang, Ayah sangat menderita sampai-sampai Ayah kehilangan penglihatannya karena terlalu banyak menangis.” 

Mendengar hal itu, Nabi Yusuf pun menangis. Dia dapat merasakan penderitaan ayahnya. 

Baca juga cerita dalam Al-Quran selanjutnya yang berjudul : Bertemu Sang Ayah (Kisah Dalam Al-Quran)

Thursday, 27 October 2016

Bendahara Negeri Mesir (Kisah Dalam Al-Quran)


Bendahara Negeri Mesir
QS. Yusuf: 54-57

Raja Mesir yang telah mendengar banyak hal tentang Nabi Yusuf merasa kagum kepada beliau. ia melihat Nabi Yusuf sebagai orang yang cerdas, sabar, berbudi pekerti baik nan jujur. Menurut raja. Nabi Yusuf sangat pantas bila diserahi tugas sebagai pemimpin. Raja Mesir pun menawarkan kepada Nabi Yusuf untuk tinggal di istana. Raja memberi tugas kepada Nabi Yusuf untuk mewakilinya dalam memerintah dan mengurus negara. Raja juga memberi tugas kepada Nabi Yusuf untuk memimpin rakyat Mesir menghadapi saat-saat paceklik yang sulit. 

Nabi Yusuf pun tidak menolak tawaran tersebut. Beliau menerima tugas itu dengan syarat ia harus diberi kekuasaan penuh dalam bidang keuangan dan distribusi bahan makanan. Menurut perkiraan Nabi Yusuf, kedua hal tersebut berkaitan satu sama lain dalam hal kesejahteraan rakyat dan kestabilan negara. 


Sang raja yang sudah memercayai Nabi Yusuf segera menyanggupi persyaratan tersebut. Raja mengadakan upacara penobatan untuk mengangkat Nabi Yusuf sebagal wakilnya. Pada hari penobatan tersebut, Nabi Yusuf dinobatkan sebagai wakil raja dengan mengenakan pakaian kerajaan. 

Lehernya dikalungi sebuah kalung emas. Di hadapan para hadirin, raja melepaskan cincin dari jari tangannya dan memasangkannya ke jari tangan Nabi Yusuf, sebagai tanda penyerahan kekuasaan kerajaan. 

Setelah acara penobatan tersebut, Raja Mesir menikahkan Nabi Yusuf dengan Zulaikha yang telah menjadi janda. Futhifar sudab lama meninggal ketika Nabi Yusuf di dalam penjara. 

Zulaikha bahagia karena akhirnya dapat menikah dengan Nabi Yusuf yang sudah lama dicintainya. Nabi Yusuf juga bahagia mendapatkan istri yang cantik dan keluarga terhormat.

“Tidakkah ini lebih baik daripada yang engkau kehendaki dulu?” ucap Nabi Yusuf sambil tersenyum simpul kepada istrinya. 

Nabi Yusuf pun memperoleh dua putra dari pernikahannya tersebut. Putra-putranya itu diberi nama Ifratsim dan Minsya bin Yusuf. 

Sebagai pemimpin yang bijaksana, Nabi Yusuf memulai tugasnya dengan mengadakan perjalanan ke daerah-daerah yang termasuk wilayah kekuasaannya. Dia mempelajari setiap daerah sehingga dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan daerah-daerah tersebut. 

Pada tujuh tahun pertama pemenintahannya di Mesir, rakyat hidup dengan tenteram, aman, dan sejahtera. Bahan pangan terbagi dengan merata dan dapat dijangkau oleh seluruh rakyat. 

Tidak lupa, Nabi Yusuf menyimpan sebagian basil panen rakyatnya untuk persediaan pada masa paceklik. Berkat kecakapan Nabi Yusuf dalam memerintah. di masa paceklik rakyat tidak menderita kelaparan. Bahkan, persediaan kerajaannya dapat menolong negara tetangga yang sedang mengalami kesulitan.

Kisah dalam quran berikutnya bisa dibaca pada postingan berjudul : Bertemu Saudara (Kisah Dalam Al-Quran)

Wednesday, 26 October 2016

Mimpi Sang Raja (Kisah Dalam Al-Quran)

Kisah Dalam Al-Quran

Mimpi Sang Raja
QS. Yusuf; 43-49

Suatu hari, Raja Mesir, penasihat, para arif bijaksana, dan para pembesar berkumpul di istana. Mereka sengaja diundang oleh raja Mesir untuk mengartikan mimpi sang raja. Mimpi itu datang dalam beberapa malam tidurnya sehingga meresahkan sang raja. 

Raja bermimpi seakan-akan melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus. Di samping itu. raja juga bermimpi melihat tujuh butir gandum hijau di samping tujuh butir lainnya yang kering. 

Tidak ada seorang pun di antara para pembesar dan para arif bijaksana yang dapat mengartikan mimpi tersebut. Bahkan, sebagian dari mereka menganggap mimpi itu tidak berarti apa-apa. Mereka menganjurkan agar raja tidak memikirkan mimpi tersebut. 

Pada saat itu, pelayan istana yang pernah ditolong Nabi Yusuf sedang menyuguhkan makanan dan minuman. Dia mendengar percakapan raja dengan para tamunya. Lalu. dia teringat pesan Nabi Yusuf untuk menceritakan tentang dirinya. Dia juga teringat bahwa Nabi Yusuf telah mengartikan mimpinya dengan tepat. Maka, dia pun memberanikan diri mendekati sang raja. 


“Wahai Paduka Raja, hamba punya teman yang pandai mengartikan mimpi. Sekarang, dia berada di dalam penjara. Dia seorang pemuda yang berbudi luhur dan cerdas. Dia dipenjara, padahal dia tidak melakukan kesalahan. Dia dijebloskan ke sana karena adanya fitnah dan tuduhan palsu. Ketika hamba berada di dalam penjara, dialah yang mengantikan mimpi hamba dan ucapannya tepat seperti yang hamba alami. Jika Paduka berkenan. hamba akan menemuinya untuk menanyakan tentang anti mimpi Paduka.” 

Raja merasa senang dengan ucapan pelayan tersebut. Harapannya untuk mengartikan mimpinya pun muncul. Raja lalu mengizinkan pelayan untuk mengunjungi Nabi Yusuf di dalam penjara.

Pelayan istana sangat senang begitu melihat Nabi Yusuf dalam keadaan sehat. Dia segera menyampaikan mimpi raja dan menceritakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengartikan mimpi tersebut. Pelayan itu berkata bahwa bila Nabi Yusuf dapat mengartikan mimpi raja dengan benar, kemungkinan besar raja akan membebaskannya dari penjara. Nabi Yusuf pun mencoba menafsirkan mimpi itu. 

“Negara akan menghadapi masa makmur dan subur selama tujuh tahun. Tanaman seperti sayuran dan gandum akan tumbuh dengan melimpah ruah. Kemudian, akan menyusul masa paceklik selama tujuh tahun berikutnya. Tumbuh-tumbuhan akan rusak. Akan tetapi, setelah itu akan tiba tahun basah. Hujan akan turun dengan derasnya menyirami tanah-tanah yang kering dan tanaman akan kembali menghijau. “

“Aku akan segera menyampaikan anti mimpi raja tersebut.”

“Baiklah, sampaikan juga pesanku, bahwa pada saat masa subur, kerajaan harus menyisihkan sebagian basil panennya untuk masa paceklik.”

Setelah mendengar kata-kata Nabi Yusuf, pelayan istana pun berpamitan. Dia segera menyampaikan kata-kata Nabi Yusuf kepada raja. Raja mendengarkan dengan seksama dan segera memercayai kata-kata Nabi Yusuf. Raja merasa Nabi Yusuf pastilah orang yang bijaksana, maka ia menyuruh pelayan untuk membawa Nabi Yusuf menghadapnya ke istana. 

Singkat cerita, Nabi Yusuf menghadap raja yang telah menunggunya. Raja senang bisa bertemu dengan Nabi Yusuf. Perkiraannya benar. Nabi Yusuf memang orang yang sangat bijaksana. Oleh karena itu, raja langsung memerintahkan agar Nabi Yusuf dibebaskan dan penjara. 

“Aku sudah banyak mendengar tentangmu. Setelah aku bertemu denganmu, aku menjadi yakin bahwa engkau memang orang yang bijaksana. Karena engkau sudah bisa mengartikan mimpiku, maka aku akan membebaskanmu dari penjara.” 

“Ampuni hamba, Paduka Raja. Hamba ingin dibebaskan dari penjana dalam keadaan bersih dari
tuduhan apa pun. Sesungguhnya, hamba tidak bersalah.” 

“Baiklah, permintaanmu itu menunjukkan bahwa engkau berhati suci. Aku akan mengabulkan permintaanmu.” 

Raja pun mengumpulkan para wanita yang telah menghadiri jamuan makan Zulaikha. Di hadapan sang raja mereka menceritakan apa yang mereka lihat dan alami dalam acara jamuan tersebut. Mereka menyatakan kesan mereka tentang Nabi Yusuf bahwa Nabi Yusuf adalah seorang yang saleh dan jujur. Mereka juga menyatakan bahwa bukanlah Nabi Yusuf yang bersalah, melainkan Zulaikha. Zulaikha pun akhirnya mengakui bahwa dialah yang bersalab dalam peristiwa tersebut. Dia juga mengakui bahwa dialah yang meminta suaminya untuk memenjarakan Nabi Yusuf. 

Hasil pertemuan tersebut diumumkan raja kepada seluruh masyarakat. Akhirnya, masyarakat tahu kejadian yang sesungguhnya sehingga nama Nabi Yusuf yang sempat tercemar bisa bersih kembali. 

Baca juga kisah dalam Al Quran berikutnya pada postingan yang berjudul : Bendahara Negeri Mesir (Kisah Dalam Al-Quran)

Monday, 24 October 2016

Nabi Yusuf Dipenjara (Kisah Dalam Al-Quran)

bilik islam, kisah dalam al quran
Akhirnya Nabi Yusuf pun dijebloskan ke dalam penjara yang gelap dan sempit. Di dalam penjara, Beliau tidak berhenti beribadah kepada Allah. beliau pun sering memberikan nasihat kepada teman-temannya yang berada di penjara. 

Di sana, Nabi Yusuf menjalani kehidupan yang serba sulit. Namun, ia menjalaninya dengan hati tabah dan tawakal. Berbarengan dengan Nabi Yusuf, dipenjarakan juga dua orang pegawai istana dengan tuduhan hendak meracuni raja. Dua pegawai istana yang dipenjarakan tersebut adalah seorang penjaga gudang makanan dan seorang pelayan meja istana. 


Pada suatu pagi, datanglah kedua pemuda itu kepada Nabi Yusuf. Mereka mengatakan bahwa kemarin malam mereka telah bermimpi. Pelayan itu kemudian mengisahkan mimpinya. Dia seakan-akan melihat dirinya berada di tengah sebuah kebun anggur. Dia sedang memegang gelas. Gelas persis seperti gelas yang biasa digunakan oleh raja. Pemuda itu pun mengisi gelas itu dengan perasan anggur. 

Sementar itu, si penjaga gudang bermimpi memanggul sekeranjang roti di kepalanya. Namun, keranjang roti itu tiba-tiba disambar sekelompok burung. Burung-burung itu membawa keranjang pergi. Kedua pemuda itu berharap Nabi Yusuf dapat menjelaskan mimpi mereka. 

Nabi Yusuf tersenyum mendengar uraian kedua pemuda tadi. Beliau terdiam sejenak untuk memikirkan arti mimpi keduanya. 

“Aku dapat menerangkan arti mimpi kalian berdua. Akan tetapi, setelah itu, aku berharap kalian mau menyembah Allah dan tak lagi menyembah berhala.” 

“Baiklah, kami akan mengikuti apa kehendakmu asalkan engkau mengartikan mimpi kami,” ucap mereka berdua dengan yakin. 

“Arti mimpimu wahai Pemuda Pelayan, sebentar lagi engkau akan dikeluarkan dari penjara dan akan dipekerjakan kembali seperti sedia kala,” ucap Nabi Yusuf sambil menatap pelayan itu. Pemuda itu terharu dengan ucapan Nabi Yusuf. Hatinya pun gembira mendengar kabar itu. 

“Sedangkan engkau Penjaga Gudang, engkau akan dihukum mati dengan disalib.“Mendengar perkataan Nabi Yusuf, pemuda itu sangat sedih. Namun, Nabi Yusuf membesarkan hatinya dengan mengatakan bahwa ia akan selamat di akhirat nanti bila mengikuti kata-kata Nabi Yusuf untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala. Hati pemuda itu pun terhibur dengan nasihat beliau. 

“Wahai temanku, Pelayan Istana! Bila engkau sudah bebas nanti, jangan lupa engkau menceritakan tentangku. Aku dipenjara bukan karena bersalah, tapi karena ingin menyelamatkan nama keluarga kepala polisi. Jangan engkau lupakan pesanku” ucap Nabi Yusuf lagi. Pemuda itu pun mengangguk tanda mengerti. 

Tak lama setelah Nabi Yusuf mengartikan mimpi mereka berdua, keluarlah surat pengampunan untuk pelayan istana. Dia dibebaskan dan kembali bekerja sebagai pelayan istana. Sementara itu, pemuda penjaga gudang makanan dihukum mati. 

Rupanya, pelayan istana lupa dengan pesan Nabi Yusuf. Setelah bebas, dia tidak menceritakan tentang Nabi Yusuf sehingga tidak ada seorang pun yang mengetahui nasib beliau. 

Baca juga kisah dalam Al Quran selanjutnya yang berjudul : Mimpi Sang Raja (Kisah Dalam Al-Quran)

Sunday, 23 October 2016

Baju Nabi Yusuf Yang Robek (Kisah Dalam Al-Quran)

Baju Yang Robek
QS. Yusuf: 22-35
Setiap hari, Zulaikha mengagumi Yusuf yang berwajah tampan dan berbudi luhur. Kekagumannya itu berkembang menjadi keinginan untuk memiliki. Zulaikha pun lambat laun dikuasai oleh hawa nafsu.
Zulaikha bahkan mencoba menggoda Yusuf dengan berbagai macam cara. Dia bersikap lebih manis daripada biasanya. Namun, sikapnya itu bukan sikap seorang ibu kepada anaknya, tetapi sikap seorang wanita yang sedang jatuh hati. Sementara itu, Yusuf tetap bersikap biasa dan sopan kepada Zulaikha. Yusuf menjaga hatinya agar tidak tergoda oleh rayuan apa pun. Hal itu membuat Zulaikha menjadi jengkel. 

Zulaikha terus mencari-cari kesempatan untuk menggoda Yusuf. Hingga suatu hari ketika suaminya sedang pergi, Zulaikha masuk ke kamar Yusuf dan memanggil Yusuf supaya ikut ke kamarnya. Zulaikha pura-pura meminta bantuan Yusuf. Begitu Yusuf sudah berada di dalam kamar, Zulaikha cepat-cepat mengunci pintu kamar. 

Kemudian, ia merayu Yusuf, tapi Yusuf menolaknya. Zulaikha pun menjadi marah. Dia merasa dihina dan diremehkan. Melihat Zulaikha marah. Yusuf segera berlari. Dia takut Zulaikha menjadi nekat. Yusuf berlari ke pintu yang terkunci. Zulaikha cepat-cepat bangun dan mengejarnya. Dia menarik baju Yusuf kuat-kuat sehingga bagian belakang bajunya robek. 

Pada saat Zulaikha menarik Yusuf, Futhifar datang dan menggedor pintu. Futhifar benar-benar kaget melihat Yusuf berada di kamarnya. Sebelum Futhifar sempat berkatakata, Zulaikha langsung berucap, “Yusuf budak kesayanganmu ini telah berbuat kurang ajar kepadaku dan masuk ke kamar tidurku.” ucap Zulaikha sambil menunjuk Yusuf. 

Yusuf terkejut mendengar ucapan Zulaikha. Dia tidak menyangka Zulaikha akan menuduhnya sekeji itu. 

“Yusuf harus dipenjara dan dihukum seberat-beratnya” ucap Zulaikha lagi. Dengan wajah bingung, Yusuf berusaha menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Futhifar, "Tuanku, sebenarnya Nyonyalah yang menggodaku. Dia memanggilku masuk ke dalam kamar. Aku menolaknya dan berlari ke luar. Namun, Nyonya menarik bajuku hingga robek.” 

Futhifar bingung mendengar penjelasan Yusuf yang bertentangan dengan kata-kata Zulaikha. Dia tidak tahu harus memercayai siapa di antara mereka berdua. Dia tahu Yusuf bukanlah seorang pembohong dan Yusuf tidak mungkin berbohong. Akan tetapi. dia juga percaya Zulaikha tidak mungkin mengkhianatinya. 

Ketika Futhifar masih dalam keadaan bingung, keponakan Zulaikha datang ke rumah mereka. Keponakannya itu terkenal bijaksana, pandai, dan selalu memberikan pertimbangan tepat bila dimintai nasihat. Futhifar pun bertanya kepadanya tentang masalah Yusuf dan Zulaikha. 

“Lihatlah, bila baju Yusuf robek di bagian belakang. maka dialah yang benar. Tetapi, bila bagian depan bajunya yang robek, maka istrimu yang benar.” 

Futhifar pun kemudian memerhatikan baju Yusuf. Dan jelaslah dia melihat bahwa yang robek itu bagian belakang baju Yusuf. Sekarang, Futhifar mengerti siapa yang telah berdusta. 

Futhifar berkata dengan wajah gusar. “Zulaikha, mohon ampunlah karena kamu sudah berbuat dosa dan dusta. Yusuf, tutuplah mulutmu rapat-rapat. Jangan sampai kejadian ini didengar oleh orang lain,” perintah Futhifar pada Yusuf. Dia tidak ingin namanya menjadi tercemar karena kelakukan istrinya. 

Walaupun Yusuf telah menyimpan rahasia itu sedemikian rupa. namun tetap saja cerita itu diketahui banyak orang. Terdengar bisik-bisik yang tidak enak didengar di lingkungan rumah Futhifar. Cerita itu bermula dari para pembantu Futhifar yang tinggal di rumahnya. Lalu. menyebarlah cerita memalukan itu di kota Mesir. Timbul berbagai macam kecaman kepada Zulaikha yang dianggap telah menurunkan martabatnya karena menggoda seorang budak. 

Berbagai kacaman dan sindiran pun sampai ke telinga Zulaikha. Dia sangat sedih karena nama keluarganya menjadi hancur. Dia juga merasa jengkel kepada para wanita yang selalu menggunjingkannya. 

Zulaikha lalu mencari ide agar dirinya terlepas dari kecaman dan sindiran tersebut. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengundang para istri pejabat yang telah mempergunjingkannya. Zulaikha mengadakan jamuan makan di rumahnya. 

Pada hari yang sudah ditentukan, datanglah para istri pejabat dan wanita terhormat yang telah Ia undang. Zulaikha menyediakan tempat duduk yang empuk serta suasana yang nyaman dan menyenangkan. Di setiap bangku, Zulaikha menyiapkan sebuah pisau tajam untuk mengupas dan memotong buah-buahan. 

Setiap tamu dipersilakan duduk di kursi yang sudah disiapkan. Mereka segera menikmati hidangan yang disajikan. Pada seat acara menyantap buah-buahan, mereka pun sibuk mengupas buah-buahan yang tersedia di meja. Bersamaan dengan itu, Zulaikha memanggil Yusuf untuk masuk ke ruangan. Mereka begitu terpesona melihat ketampanan Yusuf. Mata mereka terbelalak takjub memandang Yusuf yang sedang berjalan di hadapan mereka. Saking terpesonanya, tanpa sadar mereka telah melukai tangannya sendini dengan pisau buah. 

Zulaikha bertepuk tangan. Dia senang melihat reaksi yang timbul karena ulahnya. Dia tersenyum melihat para wanita itu sama terpesonanya seperti dirinya. 

“Inilah Yusuf. Kalian selalu mengejekku karena telah tergoda kepada Yusuf. Kupikir hal itu wajar, karena aku setiap hari bertemu dengannya, sedangkan kalian yang baru melihatnya saja begitu tertarik sehingga tidak sadar telah melukai tangan kalian sendiri.

Kemudian, Zulaikha pun mengaku,”Akulah yang telah menggoda Yusuf. Aku telah merendahkan martabatku untuk menggodanya, tapi Yusuf tidak pernah menghiraukanku. 

Aku bersumpah bila Yusuf tidak mau mengikuti kehendakku, aku tidak akan ragu memasukkannya ke dalam penjara, ucap Zulaikha berapi-api."

Mendengar perkataan Zulaikha tersebut, para wanita itu merasa bersimpati kepada Yusuf. Mereka tidak mau melihat Yusuf masuk penjara. Salah seorang dari mereka pun mendekati Yusuf. “Wahai Yusuf, mengapa engkau keras kepala tidak mengikuti kemauan Zulaikha? Bukankah dia wanita kaya yang terhormat? Sebaiknya ikuti saja kemauannya agar engkau selamat,” ucap wanita itu. “lya, bila engkau tidak tertarik kepada kecantikannya, engkau bisa mengikuti kehendaknya demi harta dan kekayaannya,” ucap tamu yang lain. “Benar Yusuf, Zulaikha tentunya tidak akan main-main dengan ucapannya. Dia telah dipermalukan karena beritanya telah menyebar ke mana-mana. Dia tidak akan ragu memasukkanmu ke penjara bila engkau menolak keinginannya,” wanita yang lain menimpali. 

Yusuf diam mandengar bujukan-bujukan itu. Kemudian. beliau berdoa kepada Allah meminta petunjuk. 

“Ya Allah, aku lebih suka masuk ke dalam penjara daripada harus berbuat dosa. Lindungilah aku. berilah aku ketetapan hati. Jauhkan aku dari rayuan dan tipu daya para wanita ini." Yusuf berdoa sangat khusyuk. 

Maka dengan tegas Yusuf pun menolak Zulaikha. Hal itu membuat Zulaikha murka. Dia segera menemui suaminya. Zulaikha merayu suaminya dengan air mata agar suaminya memasukkan Yusuf ke dalam penjara. Sebenarnya, Futhifar tahu kalau Yusuf tidak bersalah, namun dia tidak dapat menolak keinginan istrinya. 

“Suamiku, bila engkau memasukkan Yusuf ke dalam penjara, tentunya tuduhan kepadaku akan hilang dan mereka akan berbalik menuduh Yusuf,” ucap Zulaikha sambil berurai air mata. 

“Tapi, kamu ‘kan tahu, kalau Yusuf tidak bersalah," ucap Futhifar bingung. 

“Suamiku, apakah engkau mau aku selalu menjadi bahan gunjingan dan ejekan orang? Aku yakin, bila engkau memasukkan Yusuf ke dalam penjara, tentunya nama baik keluarga kita akan kembali seperti semula.” kata Zulaikha meyakinkan suaminya. 

“Baiklah, sepertinya itu satu-satunya cara agar kita terbebas dari gunjingan.” Futhifar menyetuju keinginan istrinya. 

Dengan kekuasaannya, Futhifar kemudian memasukkan Yusuf ke dalam penjara.
Baca juga kisah dalam Al Quran lainnya : Nabi Yusuf Dipenjara (Kisah Dalam Al-Quran)

Sunday, 11 September 2016

Nabi Yusuf Putra Tercinta Nabi Yakub (Kisah Dalam Al-Quran)

Yusuf, Putra Tercinta

Yusuf, Putra Tercinta
QS. Yusuf: 7-11

Rahil melahirkan dua orang putra, yaitu Yusuf dan Benyamin. Nabi Yakub sangat menyayangi Yusuf sehingga hal itu membuat iri saudara-saudaranya yang beribukan Laiya. Saudara-saudaranya yang lain mulai membenci Yusuf. Mereka kemudian mengadakan pertemuan rahasia untuk membicarakan permasalahan itu. 

“Tidakkah kalian merasakan bagaimana Ayah telah memperlakukan kita secara tidak adil?” kata saudara tertua.

“Ya, Ayah sangat memanjakan Yusuf sehingga melupakan kita sebagai anak-anaknya yang lain.”

“Ayah bersikap seolah-olah hanya Yusuf dan Benyamin putranya, sedangkan kita hanya anak yang terbuang.” 

“Kita harus cepat menyadarkan Ayah.” 

“Aku tahu, penyebab ini semua karena keberadaan Yusuf di tengah-tengah kita,”
ucap yang lainnya. 

"Kita harus menyingkirkan Yusuf dan kehidupan kita.” 

“Aku setuju. Jika Yusuf tidak ada. tentunya kasih sayang Ayah akan beralih kepada kita.” 

“Kita bisa membuang Yusuf ke tengah hutan sehingga dia dimakan binatang buas.” 

Mendengar hal itu, Yudza, putra keempat Yakub, langsung berkata, “Kita semua adalah putra-putra Ayah. pesuruh dan kekasih Allah. Sangat tidak pantas bila kita melakukan perbuatan kejam seperti itu.” 

“Lalu, apa yang harus kita lakukan?” tanya yang lain dengan tak sabar. 

“Menurutku, kita singkirkan saja Yusuf dengan cara melemprkan dia ke dalam sumur yang selalu dilewati para musafir. Pasti Yusuf ditemukan oleh mereka dan dibawa pergi dari negeri ini,”
ucap Yudza sambil meyakinkan saudara-saudaranya yang lain. 

“Aku setuju, tapi itu berarti kita harus membawa Yusuf keluar dari rumah ini “Kita harus bisa membuat Ayah mengizinkan kita mengajak Yusuf ke luar rumah.” 

“Bagaimana caranya? Ayah pasti tidak akan mengizinkan. Kalian tentu tahu bagaimana Ayah sangat menjaga Yusuf.” “Karena itulah, kita harus bisa meyakinkan Ayah bahwa kita bisa menjaga Yusuf.” 

“Baiklah... kalau begitu, kita harus menjaga kerahasiaan rencana ini.” 

Mereka pun bersumpah tidak akan membocorkan masalah tersebut kepada siapa pun.

Nabi Yusuf Ditemukan Musafir (Kisah Dalam Al-Quran)

kisah nabi yusuf

Ditemukan Musafir
QS. Yusuf : 19-21

Sementara itu, Yusuf menangis sendirian di dalam sumur yang gelap dan sunyi mencekam. Hatinya sangat risau. Bagaimana tidak, dia hanya seorang anak laki-laki berusia 2 tahun. Yusuf menguatkan hatinya untuk tetap bertahan. Dia teringat kata-kata ayahnya bahwa suatu hari nanti dia akan diberi kemuliaan oleh Allah. Dia yakin atas ucapan ayahnya tersebut. 

Yusuf pun mencoba mencari cara agar bisa ke luar dan tempat itu. Dia melihat ke atas, ke bawah, ke kiri, dan ke kanan, mencoba mencari cara bagaimana mengangkat dirinya ke atas. Namun, dia tidak melihat apa pun yang bisa menolongnya. 

Yusuf kembali mencoba untuk tetap tegar. Dia tidak tahu bagaimana jadinya bila tidak ada yang menemukannya. Namun, Yusuf enggan berputus asa. Dia berdoa kepada Allah agar hidupnya diselamatkan.
Sungguh, sebuah mukjizat dari Allah, Yusuf dapat bertahan sampai tiga hari. Pada saat dia hampir menyerah karena kelaparan dan kedinginan, dia mendengar suara-suara aneh. Suara-suara itu makin lama makin jelas. Kemudian, terdengar suara anjing menggonggong. Yusuf mendengar suara langkah kaki dari suara binatang di sekitar sumur. 

Yusuf memasang telinganya untuk mendengar suara-suara itu. Harapannya yang hampir musnah muncul kembali. Dia mendengar suara kepala kafilah menyuruh anak buahnya menurunkan amber untuk mengambil air dari dalam sumur. Tak lama, Yusuf melihat sebuah ember turun ke bawah. Begitu ember itu dapat dijangkau olehnya, dia segera memegangnya kuat-kuat. Musafir tadi lalu menarik ember itu. Begitu ember ditarik ke atas, mereka semua terkejut melihat ada seorang anak kecil yang sedang memegang ember tersebut. Anak laki-laki itu berwajah sangat tampan dan berkulit putih bersih. 

Para musafir tadi kemudian berunding. Akhirnya, mereka sepakat akan membawa Yusuf ke Mesir untuk dijual di sana. Menurut perkiraan mereka, pastilah mereka bisa mendapat banyak uang dari hasil penjualan anak laki-laki tampan tersebut. Mereka pun berangkat ke Mesir dengan membawa Yusuf. Setibanya di sana, mereka menuju pasar penjualan budak dan menawarkan Yusuf untuk dibeli. Mereka segera menjual Yusuf begitu ada yang menawar dengan harga yang lumayan. Mereka tidak berani menaikkan harga karena khawatir rahasia mereka akan terbongkar. 

Kepala kepolisian Mesir yang bernama Futhifar-lah yang menawar Yusuf dan berhasil bembawanya pulang. Futhifar senang bisa membeli seorang budak berwajah tampan dengan harga yang tidak terlalu mahal. Futhifar yakin bahwa Yusuf berasal dari keluarga yang terhormat sehingga dia memperlakukan Yusuf dengan baik. 

Setibanya di rumah, dia segera menemui istrinya. Dia memberi tahu istrinya bahwa dia pulang membawa seorang budak. 

“Tadi aku membeli budak ini di pasar pelelangan. Perlakukan dia dengan baik, suatu saat nanti mungkin dia akan memberi manfaat untuk kita. Aku merasa bahwa dia bukan keturunan budak. Dia pasti dari keluarga terhormat. Aku tidak tahu mengapa dia sampai ada di pasar budak". 

“Baiklah. aku akan memperlakukannya dengan baik" ungkap istrinya sambil menatap Yusuf yang menundukkan wajah. 

Istri Futhifar, Zulaikha. menerima Yusuf dengan tangan terbuka. Dan memperlakukan Yusuf dengan baik seperti keluarganya sendiri, sebagaimana pesan suaminya. Yusuf dapat menyesuaikan diri dengan cepat di sana. Dia melakukan tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab. 

Dia pun selalu jujur kepada kedua majikannya. Yusuf tidak mau membalas kebaikan kedua orang tersebut dengan kejahatan. Karenanya Yusuf makin disayangi oleh keluarga Futhifar. Yusuf hidup tenteram dan damai bersama keluarga Futhifar. Dia mendapat kepercayaan penuh dari kedua majikannya tersebut. 

Lambat laun, Yusuf tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan. Badannya tinggi tegap dan wajahnya sedap dipandang mata. Ketampanannya bisa membuat wanita mana pun tergoda. Begitu pula dengan istri Futhifar.

Nabi Yusuf Dimasukkan Ke Dalam Sumur (Kisah Dalam Al-Quran)

sejarah nabi yusuf, kisah nabi yusuf

Dimasukkan Ke Dalam Sumur
QS. Yusuf : 11-18


Keesokan harinya, saudara-saudara Yusuf  bersikap sangat baik kepadanya. Mereka meminta izin kepada Nabi Yakub untuk mengajak Yusuf ke luar kota, “Wahai Ayah, hari ini kami akan berekreasi ke luar kota. Kami meminta izin Ayah.” 

“Baiklah, aku izinkan kalian.” 

“Satu lagi Ayah, bagaimana bila kami mengajak Yusuf?” 

“Sepertinya Yusuf tidak perlu diajak, dia masih kecil untuk bepergian jauh
", ucap Nabi Yakub. 

“Tapi Ayah, sungguh tidak adil bila Ayah tidak mengizmnkan Yusuf berekreasi. Tentunya, Yusuf juga ingin bersenang-senang bersama kami,” ujar mereka lagi.

“Tapi, aku khawatir atas keselamatan Yusuf,” jawab Nabi Yakub dengan cemas.

“Kami janji akan menjaga Yusuf, Ayah. Kami tidak akan meninggalkan Yusuf walaupun sebentar.” 

“Tapi, bagaimana jika di perjalanan kalian bertemu binatang buas?” 

“Lihatlah kami, Ayah, badan kami kuat. Tentunya, binatang buas tidak akan berani mendekati kami.” 

“Baiklah, tapi ingat, kalian harus menjaga Yusuf dengan baik.” 

Akhirnya, Yakub mengizinkan Yusuf pergi bersama saudara-saudaranya, meskipun dengan rasa was-was. 

Keesokan harinya, mereka bersiap-siap berangkat. Mereka bersikap sangat baik kepada Yusuf untuk meyakinkan ayahnya bahwa mereka tidak mungkin lalai menjaga Yusuf. Dengan berat hati, Nabi Yakub melepaskan kepergian mereka. Namun, hati kecil Yakub tetap mengkhawatirkan keselamatan Yusuf. 

Mereka terus berjalan menuju tempat tujuan mereka. Akhirnya. mereka tiba di sebuah sumur yang hampir kering. Setibanya di sana, mereka melucuti pakaian Yusuf. Kemudian, mereka menceburkan Yusuf ke dalam sumur tanpa sedikit pun memedulikan jeritan Yusuf. 

Setelah berhasil, hati mereka sangat lega. Mereka melumuri pakaian Yusuf dengan darah seekor kelinci. Kemudian, mereka meninggalkan Yusuf seorang diri di dalam sumur yang gelap itu. 

Sore harinya, mereka pulang ke rumah dengan wajah penuh air mata. Mereka mengadu kepada ayahnya bahwa mereka telah lalai menjaga Yusuf sehingga dia mati diterkam serigala. “Maafkan kami, Ayah, kami telah berusaha menjaga Yusuf. Lagi pula, kami tidak menyangka ada serigala yang mengintai kami.” 

“Hari ini begitu buruk untuk kami, padahal kami hanya meninggalkan Yusuf sebentar saja. Tapi, serigala itu menerkam sangat cepat sehingga kami terlambat menolong Yusuf", ungkap mereka penuh kebohongan. 

Mendengar hal itu, hati Yakub sangat pedih. Dia menangisi kepergian putra kesayangannya. Walaupun begitu, dia tetap ikhlas, bila itu memang kehendak Allah.

Mimpi Nabi Yusuf (Kisah Dalam Al-Quran)

kisah nabi yusuf

MIMPI YUSUF
QS. Yusuf : 4-10

Ketika saudara-saudaranya mengadakan pertemuan, Yusuf sedang terlelap di kamarnya. Dia sama sekali tidak mempunyai prasangka apa pun terhadap saudara-saudaranya. Saat tertidur, Yusuf bermimpi seakan-akan sebelas bintang dan matahari bersujud di depannya. Mimpi 

itu sangat indah dan menyenangkan bagi Yusuf. Begitu terbangun, Yusuf segera menemui ayahnya. Dia menceritakan mimpi yang baru saja dialaminya pada sang ayah. Mendengar cerita Yusuf, Nabi Yakub tampak sangat gembira. 

“Wahai anakku. mimpimu itu merupakan tanda bahwa engkau akan dikaruniai kemuliaan oleh Allah. Hari depanmu akan cerah dan menyenangkan. Tetapi berhati-hatilah, jangan engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu Aku khawatir mereka akan iri kepadamu."

“Baikiah, Ayah,” ucap Yusuf dengan lugu. 

“Ketahuijah anakku, saudara-saudaramu selalu berbisik-bisik tentangmu. Aku khawatir, mereka akan melakukan sesuatu yang mengerikan kepadamu bila mereka tahu isi mimpimu.”

“Aku akan menuruti perkataan Ayah,”
ucap Yusuf dengan penuh kesungguhan. 

“Baiklah anakku, pergilah beristirahat kembali.” 

Yusuf pun kembali ke kamarnya. Dia memikirkan mimpinya tadi dan berusaha mencerna apa yang telah dikatakan ayahnya barusan.

Kisah Nabi Yakub Di Fadam Ar’aam (Kisah Dalam Al-Quran)

kisah nabi yakub

Di Fadam Ar’aam

Yakub menempuh jarak yang sangat jauh menuju Fadam Ar’aam. Dia harus melewati padang pasir dan gurun yang luas dengan terik matahari yang membakar kulit. Belum lagi di malam hari, angin sangat dingin menusuk tulang. Selama dalam penjalanan sesekali dia beristirahat di tempat yang teduh dan terdapat air untuk minum serta bekal untuk melanjutkan penjalanan. 

Dia tiba di sebuah tempat yang sangat nyaman. Dia berhenti di bawah sebuah batu yang besar. Kakinya diluruskan agar otot-ototnya yang lelah dapat beristirahat. Angin yang menyejukkan membuat matanya terasa berat. 

Perlahan-lahan, dia pun tertidur lelap. Dalam tidurnya, dia bermimpi bahwa dia akan dikaruniai rezeki yang banyak, kehidupan yang nyaman, serta anak cucu yang saleh dan berbakti, Kemudian, Yakub terbangun dari tidurnya. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Ternyata, dia masih berada di padang pasir yang luas seorang diri. 

Namun, secara menakjubkan, Yakub merasa rasa letihnya menghilang. Dan dalam tubuhnya seakan-akan muncul kekuatan baru yang membuatnya sanggup untuk melanjutkan perjalanan. 

Yakub pun berjalan lagi dengan semangat dan tenaga yang lebih besar daripada sebelumnya. Akhinnya, dia tiba di pintu gerbang Fadam Ar’aam. Dia masuk ke kota dengan langkah yang mantap. 

Satelah berjalan memasuki kota, dia tiba di persimpangan jalan. Dia bertanya kepada salah seorang penduduk tentang letak rumah Laban. Karena Laban seorang yang kaya raya dan terpandang, maka orang itu pun segera menunjukkan arah pada Yakub. Ia menunjuk seorang gadis cantik yang sedang menggembalakan kambing. 

“Kebetulan sekali, itu dia putri Laban. Dia bisa menunjukkan rumah Laban kepadamu. Nama gadis itu Rahil.” ucapnya. 

Yakub pun menatap gadis yang bernama Rahil tersebut. Ia sangat cantik dan menarik. Yakub berjalan menghampiri Rahil yang sedang menggembalakan kambing. Dengan suara terputus-putus, Yakub memperkenalkan dirinya. 

“Salam... aku Yakub putra Ribka, adik perempuan Laban, ayahmu"
.
Rahil tersenyum dengan ramah menyambut Yakub yang tampak kikuk. Senyum Rahil membuat hati Yakub tenang. Kemudian. Yakub pun menjelaskan dengan lancar maksud kedatangannya ke Fadam Ar’aam.

"Aku datang kemari karena Ayah menyuruhku menyampaikan pesan untuk ayahmu," ucapnya. 

“Baiklah, aku senang bertemu denganmu. Ikutlah denganku. kita akan menemui ayah,” ucap Rahil dengan suara lembut. 

Yakub pun mengikuti Rahil menuju rumahnya. Ketika Laban bertemu dengan Yakub, dia langsung memeluk Yakub. Hatinya sangat bahagia karena dapat bertemu dengan keponakannya. Kemudian, Laban segera menyiapkan kamar untuk Yakub. 

Setelah beberapa hari tinggal di rumah Laban, Yakub menyampaikan pesan ayahnya. Yakub mengatakan bahwa Nabi Ishak sangat ingin berbesanan dengan Laban. Pesan tersebut diterima Laban dengan baik. Dia setuju menikahkan Yakub dengan salah satu putrinya, dengan syarat sebagai mas kawinnya Yakub harus bekerja di peternakan Laban selama tujuh tahun. 

Yakub menyanggupi persyaratan Laban. Sejak hari itu, dia bekerja dengan giat dan sepenuh hati. Tanpa terasa dia telah melewati waktu tujuh tahun. Tiba waktunya untuk menagih janji kepada Laban. Ketika dia mengungkapkan kembali keinginannya, Laban menawarkan Laiya. kakak Rahil. sebagai calon istri Yakub. Namun, Yakub menghendaki Rahil karena Yakub sudah tertarik kepada Rahil sejak mereka pertama kali bertemu. 

Keinginannya itu diutarakan terus-terang kepada Laban. Namun, Laban tidak dapat mengizinkan Yakub menikahi Rahil karena menurut adat-istiadat yang berlaku, seorang adik tidak boleh mendahului kakaknya. Sebagai jalan tengah, Laban menawarkan Yakub untuk menerima Laiya sebagai istri pertama dan Rahil sebagi istri kedua. Namun, Yakub harus kembali bekerja selama tujuh tahun untuk dapat menikahi keduanya.
Yakub akhirnya menerima tawaran itu. Die menikahi Laiya dan kembali bekerja selama tujuh tahun. Setelah bekerja tujuh tahun, barulah dia dapat menikahi Rahil. Setelah menikah. Laban menghadiahkan dua orang hamba sahaya untuk kedua putrinya. Dan kedua istrinya tersebut, Yakub dikaruniai dua belas anak. Yakub pun hidup makmur seperti yang pernah dia mimpikan ketika tertidur di bawah batu dahulu.

Thursday, 8 September 2016

Anak Nabi Ishak (Kisah Dalam Al-Quran)


SAUDARA KEMBAR

Tahun barganti tahun, Nabi Ishak dan Ribka belum juga dikaruniat anak. Nabi Ishak pun berdoa kepada Allah meminta agar dikaruniai keturunan, dan doanya pun dikabulkan. Ribka mengandung anak kembar. Kedua bayi itu lahir dengan selamat. Yang pertarna lahir bernama Ishu dan yang kedua bernama Yakub. 

Nabi Ishak dan Ribka mendidik kedua anak mereka dengan baik. Namun, ternyata Ishu tumbuh dengan perangai yang kurang balk. Ishu menaruh dendam dan iri hati pada Yakub karena ia merasa Yakub lebih disayangi oleh ibunya. Pada suatu hari, Nabi Ishak berencana memanggil anaknya untuk didoakan. Ibunya yang mengetahui rencana tersebut segera memanggil Yakub. Ibunya tidak memberitahu Ishu. sehingga hanya Yakub yang tahu tentang hal itu.

Pada hari yang ditentukan, Yakub datang menghadap ayahnya, sedangkan Ishu sedang pergi berburu. Nabi lshak segera membacakan doa untuk Yakub, “Semoga Allah memberikan embun dari langit dan kekayaan dari bumi. Hendaklah semua orang tunduk kepadamu agar engkau menjadi tuan atas mereka dan atas saudaramu “

Yakub tersenyum setelah ayahnya mendoakannya. Dia segera mendatangi ibunya untuk memberitahu kabar gembira tersebut. Ishu yang baru pulang berburu, marah karena dirinya tidak diberitahu tentang doa yang dipanjatkan ayahnya. 

Perasaan iri hati dan dendam semakin mernenuhi hatinya. Ishu selalu bersikap sinis kepada Yakub. Kata-katanya penuh sindiran dan ancaman. Karena hal itu, Yakub mendatangi ayahnya dan mengeluh. “Wahai Ayahku, bagaimana aku menghadapi saudaraku yang membenciku. Ia dendam dan dengki kepadaku. Ia marah karena Ayah hanya memanjatkan doa untukku. Ia menyombongkan diri dengan kedua istrinya dari suku Kan’aan dan mengancam bahwa anak-anaknya dari kedua istrinya itu akan menjadi saingan berat bagi anak-anakku. Tolonglah Ayah, berikan pendapatmu dalam menyelesaikan masalah ini.” 

Nabi Ishak merasa prihatin atas masalah yang terjadi di antara kedua anaknya. Beliau pun berkata, “Wahai anakku, karena usiaku sudah tua, aku tidak dapat menengahi kalian berdua. Aku khawatir bila aku meninggal nanti, gangguan Ishu kepadamu akan semakin menjadi-jadi. Dia akan mendapat dukungan dan pertolongan dari saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan berwibawa di negeri ini.” 

“Maka, jalan yang terbaik bagimu adalah hijrah ke Fadam Ar’aam di daerah Irak. Di sana, tinggal saudara ibumu. yaitu Laban bin Batuil. Engkau dapat meminta untuk dikawinkan dengan salah satu putrinya, sehingga kedudukan sosialmu akan terangkat karena Laban adalab orang yang terpandang” 

“Baiklah Ayah, aku akan mengikuti nasihatmu.” 

“Pergilah engkau ke sana dengan iringan doaku, semoga Allah memberkahi perjalananmu.” 

Yakub menyambut baik nasihat ayahnya. Nasihat itu merupakan jalan keluar terbaik untuk menghindarkan dirinya dari perselisihan dengan Ishu. Dia segera mengemas barang-barangnya dan segera berpamitan kepada ayah serta ibunya. 

Walaupun dengan berat hati. dia harus meninggalkan kedua orangtua yang sangat dicintainya.

Nabi Ishak Dan Ribka (Kisah Dalam Al-Quran)

bilik islam


ISHAK DAN RIBKA

QS. Al-Anbiyaa: 72-73

Sementara itu, Siti Sarah yang tinggal di Palestina bahagia dengan kehadiran anak laki-lakinya. Bayi laki-laki itu diberi nama Ishak yang berasal dari bahasa Ibrani yang artinya tertawa. Siti Sarah mengasuh Ishak menjadi seorang anak yang saleh. Ishak pun tumbuh menjadi pemuda yang perkasa lagi pintar. 

Siti Sarah yang usianya sudah sangat lanjut akhirnya dipanggil oleh Allah. Beliau meninggal dunia dengan bahagia. Sepeninggal Siti Sarah, Nabi Ibrahim pun berniat mencarikan istri untuk Ishak. Beliau mengirim seorang pelayannya yang paling tua untuk mencarikan Ishak seorang istri. Calon istri Ishak itu harus dari bangsanya sendiri, bukan dari bangsa lain.

Si pelayan tadi mengambil sepuluh ekor unta tuannya. Lalu, dia pergi ke Fadama A’raam, kampung halaman Nabi Ibrahim. Banyak sekali barang berharga yang dibawanya. Pelayan itu, bersama pelayan lain yang menyertainya, berhenti di dekat sebuah mata air. Saat itu, hari sudah sore. Tak berapa lama datanglah beberapa perempuan yang mengambil air di sumur. 

Sewaktu mereka sedang mengistirahatkan unta-unta mereka, berdoalah pelayan yang tertua kepada Allah, “Ya Allah, bantulah kami agar tujuan kami berhasil. Tunjukkanlah cinta-Mu kepada tuan kami, Ibrahim. Kalau aku berkata kepada seorang gadis, miringkanlah kendimu supaya aku bisa minum”, lalu gadis itu menjawab, “minumlah dan aku akan mengambilkan air untuk unta-untamu juga”, “kiranya dialah yang Engkau pilih.” 

Ketika pelayan itu sedang berdoa, seorang gadis cantik bernama Ribka datang menuju sumur. Gadis itu memanggul kendi di bahunya yang kosong. Lalu, larilah pelayan itu menyambut gadis itu, “Berilah aku sedikit air untuk minum.” 

"Minumlah Tuan", sahut Ribka sambil menurunkan kendi yang ada di pundaknya. Ketika pelayan itu selesai minum, berkatalah Ribka kepadanya, “Sekarang, izinkan aku mengambilkan air untuk unta-unta Tuan.” Gadis itu pun berlari ke sumur.

Pelayan itu memperhatikan gerak-gerik Ribka. Setelah Ribka selesai memberi minum untau nta, pelayan tua itu segera mengeluarkan sebuah cincin emas dan dua buah gelang. Lalu dia memasangkan perhiasan itu di tangan Ribka. Ribka tampak keheranan dengan kelakuan si pelayan. “Siapa ayah dan ibumu, apakah di rumahmu tersedia tempat menginap?” tanya si pelayan. “Tuan, aku ini anak Milka dan Nahor,” jawab Ribka. “Nahor?” Si pelayan itu menyebutkan nama kerabat Nabi Ibrahim itu dengan kaget. 

“Kami adalah para pelayan Nabi Ibrahim,” ucap si pelayan. Ribka memang pernah mendengar tentang Nabi Ibrahim, paman ayahnya. Karena itu, Ribka kembali ke rumahnya dan menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. 

Laban, saudara lelaki Ribka, melihat cincin dan gelang yang dipakai Ribka. Begitu mendengar semua cerita Ribka, Laban segera berlari menuju sumur untuk menjemput si pelayan utusan Nabi Ibrahim. Ketika mereka tiba di rumah Ribka, makanan sudah tersedia di hadapan mereka. 

Si pelayan tadi kemudian menceritakan kepada seluruh keluarga Ribka tentang maksud kedatangan mereka. Setelah selesai bercerita, orangtua Ribka saling mengangguk. Lalu, keduanya berkata, “Semua ini telah diatur oleh Allah. Kami tidak berhak menjawab ya atau tidak. Allah sendirilah yang telah memilih Ribka.” 

Ribka maju ke depan, wajahnya memancarkan kebahagiaan. Tatapannya sangat tenang, walaupun hatinya berdebar-debar. “Bawalah Ribka, putri kami.’ kata ayah Ribka. “Jadikan dia istri Ishak.” 

Si pelayan mengucap syukur kepada Allah. Kemudian, dia beserta pelayan-pelayan yang lain keluar untuk mengambil barang bawaan mereka. Hadiah-hadiah yang mereka bawa lalu diserahkan kepada keluarga Ribka. Lalu, mereka semua berpesta. 

Pesta itu berakhir setelah lewat tengah malam. Keesokan harinya, kedua orang tua Ribka bertanya kepada Ribka, “Apakah engkau setuju untuk segera pergi bersama utusan Nabi Ibrahim” , "Aku setuju,” ucap Ribka dengan penuh keyakinan. 

Mereka melepas Ribka dengan doa restu. Iring-iringan pun segera berangkat. Perjalanan mereka panjang dan melelahkan, namun hati mereka semua bahagia. Ketika rombongan sampai di sebuah gurun, tampak Ishak sedang berjalan-jalan menyusuri padang pasir. Ribka melihat Ishak dan bertanya kepada pelayan yang ada di dekatnya, “Siapakah pemuda yang bejalan di padang menuju ke sini?”, “Dialah Ishak, putra tuanku,” jawab si pelayan. 

Hati Ribka berdebar-debar saat mengetahui bahwa pemuda itu adalah calon suaminya. Ribka segera memanggil pelayan-pelayan wanita untuk mengelilinginya. Dia mengambil cadar dan menutupi wajahnya. Ishak pun tiba di dekat rombongan. Pelayan tua itu segera menceritakan keberhasilan mereka. Ishak lalu membawa rombongan ke tempat ayahnya. Di sana, dia menikahi Ribka. Mereka pun hidup bahagia sebagai pasangan suami isteri.

Tuesday, 6 September 2016

Membangun Ka'bah (Kisah Dalam Al-Quran)

Membangun Ka'bah (Kisah Dalam Al-Quran)

MEMBANGUN KA’BAH
QS. Al-Baqarah: 125-129

Dalam dua kali perjalanannya ke Mekah, Nabi Ibrahim tidak berusaha menemui Nabi Ismail secara pribadi. Dia merasa cukup dengan menemui istri Nabi Ismail untuk mengetahui keadaan beliau. Namun dalam perjalanannya kali ini, dia harus bertemu dengan Ismail. Allah telah memberinya tugas suci yang harus dikejakan bersamanya. Singkat cerita, Nabi Ibrahim pun sampai ke Mekah, namun Nabi Ismail tidak ada di rumah. Nabi Ibrahim kemudian pergi mencarinya. Beliau masuk ke perkampungan suku-suku dan perkemahan para perantau untuk mencari Nabi Ismail. Akhirnya, Nabi Ibrahim menemukan Ismail sedang duduk di bawah pohon rindang di dekat mata air Zam-zam. Nabi Ismail sedang meraut anak panahnya. 

Ketika melihat kedatangan Nabi Ibrahim, Ismail sangat gembira. Dia segera menjemput ayahnya dan memeluknya dengan penuh kerinduan. 

Mereka saling bertanya tentang keadaan masing-masing. Kemudian. Nabi Ibrahim menyampaikan maksud kedatangannya. Beliau mengatakan bahwa dia diperintahkan oleh Allah untuk membangun Kabah di atas sebuah bukit. Nabi Ismail pun dengan senang hati menyambut tugas tersebut. Ia siap membantu ayahnya melaksanakan perintah Allah. 

Mereka kemudian segera membangun Kabah. Alat-alat dan bahan bangunan disiapkan. tanah digali bagi landasan bangunan tersebut. Setelah itu, tembok dibangun sampai tangan Nabi Ibrahim tidak dapat menjangkaunya. Dia memerintahkan Nabi Ismail untuk mencari batu besar yang akan dijadikan tumpuan kakinya. Tumpuan batu besar itu digunakan untuk membantunya mencapai puncak tembok yang sudah tinggi. Dengan pertolongan batu itu. Nabi Ibrahim dapat menjangkau puncak tembok. Saat Nabi Ibrahim menjejakkan kaki di batu itu, telapak kaki beliau berbekas pada batu sehingga batu tadi disebut Maqam Ibrahim. Sekarang, tempat itu digunakan sebagai tempat salat para jamaah haji ketika menjalankan ibadah haji. 

Setelah selesai membangun Kabah, Nabi Ibrahim berdoa, “Ya Allah, terimalah amalan kami dan jadikan kami berdua sebagai orang-orang yang tunduk dan patuh kepada-Mu. Tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami serta terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”

Pernikahan Nabi Ismail (Kisah Dalam Al-Quran)

Pernikahan Nabi Ismail (Kisah Dalam Al-Quran)
Suatu hari, Nabi Ibrahim berkunjung ke rumah Nabi Ismail. Namun, saat itu Nabi Ismail sedang pergi dan hanya ada istrinya di rumah. Istri Ismail tidak mengenali Nabi Ibrabim sebagai mertuanya karena ia memang belum pernah bertemu. Mereka pun bercakap-cakap. Istri Nabi Ismail mengeluh tentang kehidupan rumah tangga mereka yang melarat. Nabi Ibrahim lalu berpamitan dan menitipkan pesan untuk Nabi Ismail agar Ia mengganti pintu rumahnya. 

Ketika Nabi Ismail pulang, istrinya memberitahu bahwa ada tamu yang datang ke rumah mereka. Istrinya menyampaikan pesan Nabi Ibrahim supaya pintu rumah mereka diganti. Nabi Ismail segera tahu bahwa tamu itu adalah ayahnya. Dia juga paham arti di balik pesan ayahnya itu, yaitu supaya dia menceraikan istrinya. Nabi Ismail pun mengikuti perintah ayahnya. Dia menceraikan istrinya dan selang beberapa lama, dia pun menikah lagi dengan seorang gadis dari Bani Jurhum.

Tak lama setelahnya, Nabi Ibrahim kembali berkunjung ke rumah Nabi Ismail. Kali ini. beliau juga tidak berhasil menemui Nabi Ismail. Nabi Ibrahim mengetuk rumah Nabi Ismail dan disambut oleh istri Ismail yang kedua. Istri Ismail menyambut kedatangan Nabi Ibrahim dengan ramah. 

Nabi Ibrahim bertanya tentang keadaan Ismail dan keadaan rumah tangga mereka. Si istri mengatakan bahwa Nabi Ismail sedang berburu untuk mencari nafkah. Sedangkan keadaan rumah tangga mereka cukup baik. sejahtera, dan bahagia. Nabi Ibrahim senang dengan sambutan menantunya. Sebelum berpamitan, beliau menitipkan pesan untuk Nabi Ismail agar pintu rumahnya dipertahankan, tidak perlu diubah atau diganti karena masih kuat. 

Sekembalinya Nabi Ismail dari berburu, istrinya bercerita tentang kedatangan Nabi Ibrahim, “Tadi datang seorang tua yang alim dan berwibawa. Dia datang bertamu dan menitipkan pesan untukmu". Apa isi pesannya” Tanya Nabi Ismail. “Ia menyampaikan salam kepadamu dan berpesan agar pintu rumah ini jangan diubah atau diganti karena masih cukup baik dan kuat.” ucap istrinya. 

“Itu adalah ayahku dan isi pesannya beranti bahwa aku harus tetap bersamamu dan tidak boleh menceraikanmu.” 

Istrinya terkejut mendengan ucapan Nabi Ismail. Dia tidak menyangka bahwa laki-laki tua yang berkunjung ke rumahnya adalah mertuanya sendiri. Namun, dia bahagia karena sudah bertemu dengan mertuanya yang sangat bijaksana.

Penyembelihan Nabi Ismail (Kisah Dalam Al-Quran)

Penyembelihan Nabi Ismail (Kisah Dalam Al-Quran)

PENYEMBELIHAN ISMAIL
QS Ash-Shafaat: 100-111

Nabi Ibrahim pun tidak melupakan Siti Hajar dan putranya, Ismail. Setiap saat, Nabi Ibrahim pergi mengunjungi dan menjenguk Ismail di Mekah. Nabi Ibrahim bahagia melihat keadaan Siti Hajar dan Ismail yang dianugerahi banyak rahmat oleh Allah. 

Tempat yang dulu tandus dan terpencil itu sekarang ramai dikunjungi para kabilah. Nabi Ibrahim juga ikut berperan serta mendidik Ismail sehingga menjadi anak yang beriman kepada Allah.

Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remaja, Nabi Ibrahim bermimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail. Nabi Ibrahim termenung karena itu merupakan perintah Allah yang amat berat. 

Sebagai seorang ayah, dia tidak tega anaknya dijadikan kurban. Namun, sebagai seorang Nabi dia harus mendahulukan cintanya kepada Allah daripada cintanya kepada keluarga dan harta bendanya. 

Allah mengetahui kebimbangan hati Nabi Ibrahim. Maka, Allah berfirman, “Aku lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Ibrahim mengamanatkan risalah-Nya.” Nabi Ibrahim pun kemudian menguatkan niatnya untuk menyembelih putranya, Ismail. Akhirnya, Nabi Ibrahim pergi ke Mekah untuk memenuhi kewajibannya kepada Allah.

Sebelumnya, Nabi Ibrahim terlebih dahulu memberitahukan hal tersebut kepada Ismail. Ismail memang seorang anak saleh yang sangat taat kepada Allah dan berbakti kepada kedua orangtuanya. 

Ketika sang ayah memberitahukan tentang perintah Allah yang harus dilaksanakan, Ismail berkata, “Wahai Ayah, laksanakanlah perintah Allah tersebut. Insya Allah, engkau akan menemuiku sebagai orang yang sabar dan patuh kepada perintah Allah. Aku hanya minta beberapa hal pada saat ayah akan melaksanakan perintah Allah. Pertama, Ayah harus mengikatku kuat-kuat agar aku tidak banyak bergerak. Kedua, lepaskan pakaianku agar darahku tidak mengenai pakaian dan menyebabkan berkurangnya pahalaku atau membuat ibu bersedih. Ketiga, tajamkanlah pisau ayah dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaanku. Keempat, sampaikanlah salamku kepada ibu, berikanlah pakaianku ini sebagai obat penghibur untuknya.” 

Nabi Ibrahim pun memejuk Ismail dan mencium kedua belah pipinya. Beliau lalu berkata. “Aku sangat bahagia memiliki seorang putra sepertimu, yang taat kepada Allah dan berbakti kepada orangtua.” 

Mereka pun pergi ke sebuah bukit. Di bukit itu, Ismail diikat tangan dan kakinya, kemudian dibaringkan di tanah. Nabi Ibrahim mengambil pisau yang sudah diasahnya dengan tajam. Nabi Ibrahim tidak tega melihat putranya berbaring tak berdaya. Matanya menitikkan air mata tanda duka cita. Akhirnya sambil memejamkan mata, pisau itu diletakkan di leher lsmail dan penyembelihan dilakukan. 

Akan tetapi, secara ajaib, pisau yang sudah diasah itu tiba-tiba menjadi tumpul di leher Ismail. Inilah salah satu mukjizat dari Allah yang mengukuhkan bahwa perintah Allah itu merupakan suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Ismail. Allah hanya ingin menguji ketaatan mereka berdua. 

Ismail yang merasakan pisau ayahnya tumpul di lehernya, lalu berkata, “Wahai Ayah, rupanya engkau tidak tega memotong leherku.” 

“Aku tidak tahu mengapa pisau ini tumpul. Aku akan mencobanya lagi dengan menelungkupkan badanmu,” ucap Nabi Ibrahim sambil menelungkupkan tubuh Ismail. Beliau mencoba lagi menyembelih dari belakang. Namun, tetap saja gagal. Beliau bingung dan putus asa karena kegagalannya. Dia takut tidak sanggup melaksanakan penintah Allah. 

Melihat hal tersebut, Allah berfirman, “Wahai Ibrahim, engkau telah lulus dalam ujian-Ku. Aku akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikan.” 

Ketika mendengarnya, Nabi lbrahim menangis terharu bercampur bahagia. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih seekor domba sebagai ganti Ismail. 

Sejak saat itu, Nabi Ibrahim melaksanakan ibadah kurban kepada Allah dengan menyembelih domba dan binatang ternak lainnya. 

Ismail pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang cerdas dan rajin beribadah. Ia kemudian meminang seorang gadis dari Bani Jurhum dan hidup bahagia dalam pernikahannya. Sayangnya. Siti Hajar meninggal pada saat Ismail baru menikah.

Kemunculan Air Zamzam (Kisah Dalam Al-Quran)

Kemunculan Air Zamzam (Kisah Dalam Al-Quran), sejarah air zamzam, cerita air zamzam, kisah munculnya air zamzam, kemunculan air zamzam, letak air zamzam
Saat persediaan air sudah habis, Siti Hajar menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sumber air. Ia pun berlari ke sana-kemari untuk mendapatkan makanan. Ia mencoba berlari menuju bukit Shafa untuk mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya. Namun, hanya batu dan pasir yang ditemuinya. Kemudian, dari atas bukit Shafa dia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwa. Dia pun berlari menuju bukit Marwa, walaupun ternyata yang dilihatnya hanya 

fatamorgana. Belum sempat ia beristirahat, ia seperti mendengar suara yang memanggilnya sehingga ia berlari lagi ke bukit Shafa. Namun, tidak didapatinya sesuatu pun. Siti Hajar bolak-balik berlari hingga tujuh kali antara bukit Shafa dan bukit Marwa. Pada akhirnya, dia duduk termenung karena kelelahan dan hampir putus asa. 

Di saat Siti Hajar dalam keadaan tidak berdaya, datanglah kepadanya Malaikat Jibril. Jibril bertanya kepadanya, "Siapa sebenarnya engkau ini?”
“Aku adalah hamba sahaya Nabi Ibrahim,” jawab Siti Hajar.
"Kepada siapa engkau dititipkan di sini?” tanya Jibril.
“Hanya kepada Allah.” jawab Siti Hajar.
Lalu Jibril berkata, “Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih yang akan melindungimu dan mencukupi kebutuhan hidupmu.” 

Kemudian, Jibril mengajak Siti Hajar ke suatu tempat. Di tempat itu, Jibril menginjakkan kakinya sekuat-kuatnya di atas tanah. Tidak ama. muncullah air yang memancar dari bekas telapak kaki Jibril. Atas kehendak Allah, air tersebut sangat jernih dan tidak pernah kering. Sumber mata air itu kemudian disebut air Zamzam. 

Melihat air yang memancar, Siti Hajar merasa lega dan gembira. Segera dia membasahi bibir putranya. Munculnya air Zamzam telah menarik perhatian burung-burung yang beterbangan mengelilingi daerah itu. Burung-burung itu pun menarik perhatian sekelompok bangsa Arab dan suku Jurhum yang sedang berkemah di sekitar daerah tersebut. Menurut pengalaman, di mana ada burung, di situ ada air. Maka, diutuslah oleh mereka beberapa orang untuk membuktikan kebenarannya. Para utusan itu pergi mengunjungi daerah tempat Siti Hajar berada. Kemudian, tak berapa lama mereka kembali membawa berita gembira kepada kaumnya tentang mata air Zamzam. Mereka juga menceritakan tentang adanya seorang wanita bernama Siti Hajar yang membawa putranya. Kelompok Jurhum pun segera memindahkan perkemahan ke sekitar tempat mata air Zamzam. 

Kedatangan mereka disambut oleh Siti hajar dengan gembira. Sekarang, Siti Hajar memiliki tetangga-tetangga yang akan menghilangkan rasa sepinya di tempat itu. Siti Hajar bersyukur kepada Allah karena telah menurunkan rahmat kepadanya.

Monday, 5 September 2016

Siti Hajar Tinggal Di Mekah (Kisah Dalam Al-Quran)

Siti Hajar Tinggal Di Mekah (Kisah Dalam Al-Quran)

SITI HAJAR TINGGAL DI MEKAH
QS. Ibrahim : 37, HR. Al-Bukhari (Hadits Al-Anbiya)

Hati Siti Hajar sangat sedih dan cemas ketika akan ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim. Tempat itu begitu sunyi senyap, yang ada hanya batu gunung dan pasir. Sedangkan, putranya masih sangat kecil. 

Siti Hajar menangis memohon belas kasihan Nabi Ibrahim. Ia tidak mau ditinggalkan di tempat yang kosong itu. Tidak ada seorang manusia pun di sana, tidak ada pohon atau binatang, padahal dia menanggung beban mengasuh anak yang masih menyusui. Nabi Ibrahim tidak tega  meninggalkan anak dan istrinya. Akan tetapi, dia sadar bahwa yang dilakukannya itu merupakan kehendak Allah. Maka, beliau pun berkata, “Bertakwalah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya. Dialah yang memerintahkan aku membawamu ke sini dan Dia-lah yang akan melindungi dan menyertaimu di tempat sunyi ini. Jika bukan karena perintah Allah, aku tidak akan meninggalkan kalian di sini. Percayalah. Allah tidak akan menelantarkan kalian".

Siti Hajar segera melepaskan genggamannya dari baju Nabi Ibrahim setelah mendengar ucapan itu. Siti Hajar akhirnya merelakan Nabi Ibrahim pergi menunggang untanya kembali ke Palestina, Siti Hajar menangis tersedu-sedu. Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya ketika meninggalkan Mekah menuju Palestina.

Nabi Ibrahim berdoa meminta Allah untuk melindungi anak dan istrinya di Mekah. Nabi Ibrahim berkata, “Ya Allah, aku telah menempalkan putraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumah-Mu, di lembah yang sunyi dari segala tanaman dan manusia, agar mereka mendirikan salat dan beribadah kepada-Mu. Berilah mereka rezeki dan buah-buahan yang lezat."

Sepeninggal Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail berdiam di tempat yang terpencil dan sunyi itu. Dia harus menenima ketentuan yang telah ditakdirkan oleh Allah atas dirinya dengan kesabaran dan keyakinan akan mendapat perlindungan dari Allah, Bekal makanan dan minumannya pun lambat laun habis. Siti Hajar mulai merasakan beban hidup yang harus ditanggungnya tanpa bantuan suami, Ia menjadi panik, bingung, dan cemas.

Keluarga Nabi Ibrahim (Kisah Dalam Al-Quran)

Keluarga Nabi Ibrahim (Kisah Dalam Al-Quran)

KELUARGA NABI IBRAHIM
QS. Huud : 71-73

Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Sarah. Allah memerintahkan beliau untuk meninggalkan tempat tinggalnya di Haran. Dia pun membawa keluarganya melewati gurun menuju Kanaan. 

Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan dan tiba di Mamre. Nabi Ibrahim dan Siti Sarah tinggal di sana selama bertahun-tahun. Hidup mereka sangatlah bahagia karena harta mereka bertambah banyak. 

Ternak-ternak mereka pun berkembang biak dengan pesat. Setelah sekian lama menikah, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Padahal, mereka selalu berdoa agar dikarunia keturunan. Nabi Ibrahim kadang tampak murung. Allah pun melihat kerisauannya. Maka, Allah berjanji akan memberikan keturunan yang banyak kepada Nabi Ibrahim, Waktu terus berganti, namun Siti Sarah tetap saja tidak mengandung. Harapan mereka mulal menipis. Suatu hari, Siti Sarah melihat pelayan perempuannya yang bernama Siti Hajar sedang mencuci pakaian. Ketika melihat Siti Hajar, muncul gagasan di kepalanya. Siti Sarah kemudian berkata kepada Nabi Ibrahim, “Suamiku, engkau tahu Allah belum mengaruniai aku seorang anak. Ambillah Hajar menjadi istrimu! Mungkin dengan begitu kita bisa memperoleh keturunan.” 

Nabi Ibrahim sangat terkejut mendengar usul tersebut. Namun, akhirnya beliau setuju. Maka, Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar Dan Siti Hajar, Nabi Ibrahim dikaruniai putra yang diberii nama Ismail. 

Setelah Siti Sarah mulai lanjut usia, Nabi Ibrahim mendapat wahyu bahwa Siti Sarah akan melahirkan seorang anak. Allah mengirim tiga orang malaikat utusannya untuk menyampaikan kabar gembira tersebut kepada Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim menerima ketiga tamu tadi, sedangkan Siti Sarah diam di balik tirai. Kemudian. salah satu tamu tersebut mengabarkan kepada Nabi Ibrahim bahwa Siti Sarah akan segera melahirkan seorang anak. Mendengar hal tersebut “Siti Sarah malah tertawa. Dia merasa sanksi atas apa yang didengarnya. 

Siti Sarah berkata, “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan seorang anak padahal aku sudah berumur seperti ini? Suamiku pun demikian, sesungguhnya ini sesuatu yang sangat aneh.”
 
Para malaikat berkata, “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? Bukankah itu adalah rahmat Allah.”
 
Singkat cerita, ketiga tamu tersebut berpamitan meninggalkan Nabi Ibrahim dan Siti Sarah. Tidak lama kemudian, Siti Sarah pun mengandung. Setiap hari, dia bahagia karena akan memperoleh seorang anak. 

Pada hari yang telah ditentukan, lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Ishak, yang artinya tertawa.
Setelah Ishak lahir. Allah memberi wahyu kepada Nabi Ibrahim untuk membawa Siti Hajar dan Ismail pergi. Namun, Nabi Ibrahim belum tahu tempat yang akan mereka tuju. 

Dengan penuh rasa tawakal kepada Allah, Nabi Ibrahim bersama Siti Hajar dan Ismail pergi meninggalkan rumah. Mereka sama sekali tidak tahu ke mana mereka akan pergi. Nabi Ibrahim hanya berserah diri kepada Allah dan yakin bahwa Allah akan memberi petunjuk. 

Unta Nabi Ibrahim berjalan keluar-masuk hamparan luas padang pasir. Matahari membakar kulit mereka dan angin kencang menghambur-hamburkan debu pasir kian-kemari. Setelah berminggu-mingggu berada dalam perjalanan jauh yang melelahkan, mereka pun tiba di Mekah. 

Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan Ismail di Mekah dengan hanya dibekali makanan dan minuman seadanya. Sedangkan, di daerah itu tidak ada tumbuhan dan tidak ada air yang mengalir, yang terlihat hanya batu dan pasir kering.

Mukjizat Nabi Ibrahim (Kisah Dalam Al-Quran)

Mukjizat Nabi Ibrahim (Kisah Dalam Al-Quran)

MUKJIZAT NABI IBRAHIM
QS. AI-Baqarah: 260

Selang beberapa lama setelah mukjizat selamat dari api, Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar diperlihatkan cara menghidupkan orang mati. Allah berfirman kepadanya, “Hai Ibrahim, apakah kamu belum percaya dengan kekuasaan-Ku?” 

Maha Suci Allah, permintaanku ini supaya aku bisa lebih dekat kepada-Mu. ya Allah, mudah-mudahan doa ini Engkau kabulkan,” Nabi Ibrahim menjawab dengan takut-takut. 

Allah tahu Nabi lbrahim merupakan orang yang sabar dan patuh kepada perintah-Nya karena itu doa-doanya selalu dikabulkan. Allah pun meluluskan doa Ibrahim kali ini. “Baiklah, Aku akan mengabulkan permohonanmu.” 

Mendengar firman Allah tersebut, Nabi Ibrahim langsung bersujud untuk memperlihatkan rasa syukurnya. “Ibrahim, ambillah empat ekor burung. Potong-potonglah burung tersebut dan letakkan di atas tiap-tiap bukit,” perintah Allah. 

Nabi Ibrahim pun segera melaksanakannya. Setelah selesai, Allah kembali berfirman : “Sekarang, panggillah burung-burung tersebut. Niscaya mereka akan terbang dan datang kepadamu."

Nabi Ibrahim segera memanggil burung-burung tersebut. Tidak berapa lama tampak empat burung terbang dari atas bukit ke arahnya. Nabi Ibrahim langsung bersujud karena Allah telah memperlihatkan mukjizat kepadanya.

Nabi Ibrahim Dibakar (Kisah Dalam Al-Quran)

Nabi Ibrahim Dibakar (Kisah Dalam Al-Quran), bilik islam

NABI IBRAHIM DIBAKAR
QS. Al-Anbiyaa: 68-69

Akhirnya, mereka memutuskan agar Nabi Ibrahim dibakar dalam api. Mereka mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya. Setelah kayu-kayu itu terkumpul, mereka segera menyalakan api di atasnya. Namun, mereka kebingungan mencari cara memasukkan Nabi lbrahim ke dalam api yang membara. Mereka tidak dapat begitu saja memasukkan beliau ke dalam api yang sangat panas karena bisa-bisa mereka ikut terbakar. 

Kemudian, setan yang selalu menjadi pengganggu dari musuh manusia, memberi ide kepada mereka untuk memasukkan Nabi Ibrahim ke dalam api dari jarak yang agak jauh. Caranya. Nabi Ibrahim diletakkan di suatu tempat sehingga dapat dilentingkan, seperti anak panah yang dilentingkan dart busur. Dengan demikian. Nabi Ibrahim dapat masuk ke dalam api dengan mudah. Mereka pun melaksanakan rencana mereka, sementara yang lain berkerumun dan menonton dari jauh. 

Mereka menyangka Nabi Ibrahim pasti telah terbakar di dalam api yang berkobar. Tetapi, alangkah terkejutnya mereka ketika Nabi Ibrahim keluar dalam keadaan selamat. 

Allah telah menyelamatkan Nabi Ibrahim sehingga api yang dibuat untuk membakar beliau menjadi dingin dan tidak mencelakakan beliau sedikit pun. 

Sebagaimana difirmankan oleh Allah : “Hai api, jadilah dingin dan selamatkanlah Ibrahim.” Inilah salah satu mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim.

Tabir Wanita