Saturday, 29 October 2016

Perang Mu’tah (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

sejarah lengkap nabi muhammad, bilik islam
Sepulang menunaikan ibadah haji, Rasulullah kembali mengirimkan para utusannya untuk menyampaikan surat kepada kepala-kepala suku Arab. Ia mengirim utusan yang berjumlah 50 orang kepada Bani Sulaiman untuk mendakwahkan Islam, tetapi sebagian besar dari utusan Rasulullah saw. itu dibunuh. Demikian halnya dengan 15 orang utusan yang telah dikirim ke Dhat Atla di perbatasan Syam dengan tugas dakwah mengajak mereka menganut Islam.

Kedatangan utusan tersebut dijawab dengan panah. Hampir seluruh utusan terbunuh, kecuali satu orang, yaitu pimpinan utusan Rasulullah yang berhasil melarikan diri. Dialah yang menceritakan nasib mereka. 

Peristiwa serupa juga dilakukan oleh Syahbil bin Amr, seorang kepala negara Kristen dan Bashrah. Ia membunuh Harits bin Amr, seorang utusan Nabi yang membawa surat ke sana. Mendengar hal itu, Nabi Muhammad sangat terluka perasaannya. Beliau hermaksud menginim pasukan untuk membalas perbuatan mereka. 

Pada bulan Jumadil-Awal tahun ke-8 Hijriah, bertepatan dengan tahun 629 M, Nabi memanggil 3.000 orang pilihan yang terdiri dari para sahabat dan menunjuk Zaid bin Haritsah, mantan budaknya sebagai pemimpin pasukan. Pengangkatan ini membuktikan bahwa Nabi tidak membedakan derajat di antara umatnya. 


Setelah selesai mengadakan pembentukan pasukan tentara tersebut, Nabi mengatakan “Apabila Zaid gugur, maka Ja’far bin Abu Thalib yang memegang kepernimpinan pasukan, dan apabila Ja’far gugur, maka Abdullah bin Rawahah yang memegang kepemimpmnan pasukan.” 

Sewaktu pasukan tentara ini berangkat, Khalid bin Walid yang ketika itu baru masuk Islam secara sukarela ikut menggabungkan diri. Dengan keikhlasan dan kesanggupannya dalam perang, ia ingin memperlihatkan iktikad baiknya sebagai muslim. Pada saat itu, Nabi juga turut mengantarkan mereka sampai ke Saniyatul Wada’. 

Setelah beberapa hari mereka melakukan perjalanan, akhirnya sampailah mereka ke suatu tempat yang bernama Ma’ab. Dua malam mereka berada di tempat itu. Di sana mereka, memikirkan tindakan yang harus mereka lakukan, menghadapi pasukan musuh yang jumlahnya begitu besar.

Sementara itu, Syurahbil sudah mengumpulkan kelompok-kelompok kabilah yang ada di sekitarnya ditambah dengan pasukan tentara yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang Arab. Mereka seluruhnya berjumlah 100 ribu orang. 

Tentara muslim mulai bergerak maju, ketika sampai diperbatasan balqa’, disebuah desa bernama musyarif, mereka bertemu dengan pasukan musuh dan segera menghindar ke Mu’tah. Di Mut’ah inilah pertempuran sengit antara 100 ribu tentara musuh dengan 3.000 tentara muslim mulai berkobar.
Bendera Nabi dibawah oleh Zaid bin Haritsah dan dia terus maju ke tcngah-tengah musuh. Ia yakin bahwa kematiannya takkan dapat dielakkan. Tetapi, mati di sini berarti syahid di jalan Allah. Selain kemenangan, hanya ada satu pilihan, yaitu mati syahid. Di sinilah Zaid bertempur mati-matian sehingga akhirnya gugur oleh tombak musuh. 

Saat itu juga, bendera disambut oleh Ja’far bin Abu Thalib dari tangannya. Ketika itu, usianya baru tiga puluh tiga tahun, sebagai pemuda yang berwajah tampan dan berani. 

Ja’far terus bertempur dengan membawa bendera itu. Ketika kudanya dikepung musuh, kuda itu dihentakkan dan dilepaskannya untuk menerobos kepungan musuh, dan dia sendiri terjun ke tengah-tengah musuh, menyerbu dengan mengayunkan pedangnya ke leher siapa saja yang bisa ditebas. 

Bendera dipegang dengan tangan kanan Ja’far. Ketika tangan ini terputus, dipegangnya dengan tangan kirinya, dan saat tangan kirinya terputus, dipeluknya hendera itu dengan kedua pangkal lengannya hingga ia syahid. 

Setelah Ja’far gugur hendera diambil oleh Abdullah bin Rawahah. Dia maju dengan kudanya membawa panji perang. Sementara itu, terpikir olehnya untuk mundur. Ia masih ragu-ragu. Akan tetapi, timbullah kemantangan dalam hatinya; diambilnya pedang dan dia maju bertempur hingga ia pun syahid. 

Akhirnya, Khalid bin Walid tampil mengambil alih komando. Diambilnya hendera itu, setelah dilihatnya barisan muslim mulai tercerai-berai. Mulailah ia memberi komando dan memerintahkan pasukan untuk menarik diri kembali ke Madinah setelah berhasil mengelabuhi pihak musuh. 

Dengan demikian, terhindarlah tentara Islam dari bencana yang hampir menimpanya. Peperangan Mu’tah ini menyadarkan kaum muslimin bahwa di antara mereka masih ada musuh yang tidak boleh diabaikan. Peperangan ini merupakari mata rantai pertama dalam rangkaian perluasan Islam keluar jazirah Arab. Peperangan Mu’tah ini terjadi tahun ke-7 H.

Biografi Nabi Muhammad selanjutnya bisa dibaca pada postingan berikutnya yang berjudul : Penaklukan Kota Mekah (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Peperangan Melawan Kaum Murtad (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.
Wafatnya Rasulullah saw. telah memancing kemurtadan sebagian kabilah Arab. Mereka keluar dari Islam dan memeluk agama lamanya. Khalifah baru, Abu Bakar AshS hiddiq, segera mengeluarkan kebijakan menumpas berbagai gerakan yang menjurus pada kekafiran, kesesatan dan kemurtadan. Dia mengagendakan penyatuan seluruh semenanjung Arab dalam pangkuan Islam. 

Gejala kemurtadan itu dilatarbelakangi beberapa faktor. Sebagian kabilah tidak mau membayar zakat. Mereka ingin terbebas dari beban keagamaan Islam dan kembali pada tradisi jahiliah. Sebagian kabilah lain ingin merebut tongkat kekuasaan untuk memimpin seluruh daratan Arab. Dari sini, muncullah sejumlali nabi palsu yang mengecoh Umat manusia. 

Sebagian kabilah Arab, di antaranya Abas, Dzabyan dan lain sebagainya, berniat untuk menyerbu kota Madinah. Mereka ingin mendudukinya sebagai pintu gerbang untuk menguasai seluruh semenanjung Arab. 


Abu Bakar Ash-Shiddiq sangat perhatian dengan rencana busuk suku Abas dan Dzabyan. Karena itu, dia menyiagakan para penjaga secara penuh pada waktu malam dan siang. Dia mengumumkan kepada kaum muslimin supaya bersiap siaga kalau sewaktu-waktu musuh menyerang. 

Ternyata, serangan itu bukan isapan jempol belaka. Pada suatu malam, kalangan murtad itu menyerbu kota Madinah. Kaum muslimin pun bergegas mengangkat senjata untuk mempertahankan kota dan membela Islam. Dengan pertolongan Allah, akhirnya kaum muslimin berhasil memukul mundur musuh. 

Musuh mundur sampai ke sebuah tempat yang bernama Dzu A1-Qishah. Pihak musuh berkeyakinan bahwa serangan pertama merek ke kota Madinah telah berbuah kemenangan dan mereka bakal menyempurnakan kemenangan itu pada hari kedua. 

Dengan mata hatinya yang begitu tajam, Abu Bakar Ash-Shiddiq mempunyai rencana cerdik untuk memporak-porandakan musuh. Beliau mempersiapkan pasukannya dan keluar dari kota Madinah pada saat malam mulai larut. Beliau meminta pasukan untuk mengendap-endap dan menyembunyikan diri di balik gelapnya malam kemudian secara mendadak menyerang kaum kafir itu. 

Dengan kecepatan yang tiada tara, ditunjang malam yang begitu pekat, pedang-pedang kaum muslimin berhasil menebas dan memenggal kepala kaum murtad itu. Setelah menyerang, mereka langsung kabur ke seluruh penjuru. Hingga akhirnya ketika pagi tiba, musuh ketakutan dan lari tunggang langgang karena banyak tentaranya yang tewas terpenggal kepalanya. Kemenangan pertama sudah diraih oleh khalifah Abu Bakar AshS hiddiq. 

Gerakan murtad tidak berhenti sampai di situ. Datang berita kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menceritakan bahwa arus gerakan kaum murtad berlanjut ke seluruh semenanjung Arab. 

Di bagian selatan, tepatnya di Negeri Yaman, ada A1-Aswad Al-Ansi yang berhasil meruntuhkan kekuasaan gubernur yang diangkat oleh Rasulullah saw. di sana. Dia berhasil menguasai seluruh negeri. 

Di bagian utara, Musailamah bin Habib Al Kadzdzab memproklamasikan diri sebagai nabi. kaum Bani Hanifah berkumpul di sekelilingnya menjadi pengikut setianya. Jumlah mereka tidak kurang dari empat puluh ribu pasukan. 

Di kabilah Asad, ada Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadi yang menghasut kaumnya agar tidak menunaikan zakat. Di tempat lain, ada Malik bin Nuwairah Al-Yarbu’i. Dia mengumpulkan semua anggota sukunya dan berjalan mengikuti gerbong. Sajah At Taghlibiyah yang mendeklarasikan dirinya sebagai nabi. Sajah dinikahi oleh Musailamah Al-Kadzdzab. 

Abu Bakar Ash-Shiddiq ingin kelar sendiri untuk memerangi kaum murtad itu. Tetapi para sahabat senior melarangnya. Sahabat yang paling gencar menccgah keluarnya khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk memimpin pasukan kaum muslimin adalah Ali bin Abu Thalib. Ali meminta Abdur-Rahman bin Auf untuk menjadi panglima pasukan guna berangkat ke kantong-kantong kaum murtad itu. Khalifah pun merasa tenang dengan rencana itu. Jadi, beliau tidak perlu turun tangan secara langsung. 

Abu Bakar Ash-Shiddiq hanya mempersiapkan pasukan. Dia melantik seorang panglima pada setiap batalion pasukan dan diperintahkan untuk berangkat ke tempat tertentu.
  1. Khalid bin Walid berangkat memerangi Thulaihah bin Khuwailid di Bani Asad dan para sekutunya yang berasal dari kaum murtad Bani Thayyi, Abas dan Dzabyan. Kalau tugas itu sudah selesai, dia diperintahkan memimpin pasukan untuk menumpas Malik bin Nuwairah yang menjadi pemimpin kaum murtad Bani Tamim di daerah Al-Bathah.
  2. Ikrimah bin Abu Jahal diperintahkan membumihanguskan gerakan
  3. Musailamah Al-Kadzdzab di daerah Yammah.
  4. Syurahil bin Hasanah diperintahkan untuk mengikuti jejak ‘Ikrimah dengan tujuan yang sama.
  5. Thariqah bin Hajiz diperintahkan berangkat ke Bani Salim dan para sekutunya seperti Bani Hawazin.
  6. Amru bin Al-Ash diperintahkan berangkat ke daerah Qadha’ah, Wadi’ah dan Al-Harits.
  7. Khalid bin Sa’id diperintahkan untuk berangkat ke Syam.
  8. A1-’Ala’ bin A1-Hadhrami diperintahkan berangkat ke daerah Bahrain.
  9. Hudzaifah bin Muhshan A1-Ghalfani diutus berangkat ke daerah Daba Ba’uman.
  10. Arafah bin Hartsamah diperintahkan untuk memerangi penduduk Maharah.
  11. Al-Muhajir bin Abu Umayyah diperintahkan berangkat untuk menyerbu rombongan A1-Aswad di daerah Shan’a’, kemudian dilanjutkan ke Hadhramaut.
  12. Suwaid bin Muqarrin Al-Muzanni berangkat ke daerah Tihamah di Yaman.
Kemudian, Abu Bakar Ash-Shiddiq membagi-bagikan selebaran kepada seluruh kabilah Arab. Selebaran itu isinya sama :
“Dari Abu Bakar; Khalifah Rasulullah saw. Surat ini ditujukan kepada siapa saja yang telah menerima suratku ini, baik yang umum maupun yang khusus; baik mereka yang masih tetap memegang teguh Islam maupun sudah keluar darinya.

Keselamatan atas siapa saja yang mengikuti petunjuk dan tidak melenceng setelah mendapatkan petunjuk kearah kesesatan dan kegelapan.

Sesungguhnya aku memuji Allah yang tidak ada tuhan selain Dia. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Dia semara. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Kita membenarkan apa yang dibawa oleh Muhammad dan menolak apa yang dibuang dan diperangi oleh Rasulullah saw. 

Perlu diketahui. sesungguhnya, Allah telah mengutus Muhammad dengan benar dari sisi-Nya kepada semua makhluk-Nya untuk membawa kabar gembira dan peringatan serta menyeru ke jalan Allah dengan izin Allah.

Rasulullah saw. membawa pelita yang menerangi untuk memberi peringatan kepada orang Yang hidup durhaka dan meluruskan perilaku orang- orang kafir. Allah menganugerahi hidayah kebenaran kepada siapa saja Yang menerima seruan ini, dan Rasulullah saw. menghancurkan siapa saja yang berpaling darinya dengan izin Allah. Sehingga kemudian, ada yang taat dan ada yang durhaka dalam menyikapi Islam ini”. 

Dalam surat itu juga ada pernyataan berikut ini :
“Telah sampai berita kepadaku bahwa ada sebagian dari kalian yang keluar dari agamanya, padahal sebelumnya dia mengikrarkan Islam dan mengerjakan amal saleh. Kalian telah menipu Allah dan pura-pura tidak tahu akan perintah-Nya. Sungguh, kalian justru mematuhi bujukan setan. 

Aku mengutus fulan kepada kalian. Dia membawa pasukan yang terdiri dari sahabat Muhajirin dan Anshar serta para tabi‘in. Aku memerintahkannya agar tidak memerangi dan membunuh siapa pun sampai dia menyerukan kepada mereka untuk kembali ke jalan Allah. 

Siapa saja yang mau menerima ajakan itu, mengikrarkan Islam kembali, menghentikan perbuatan buruk dan beramal saleh, maka dia akan diterima dan akan dibantu. Tetapi, siapa saja yang menolak, maka aku memerintahkan kepada si fulan untuk memerangi mereka sehingga tidak ada satu orang pun yang tersisa dari mereka di muka bumi ini. Mereka semua akan dibakar dengan api dan mereka semua akan dibunuh. Kaum wanita ataupun anak kecil akan ditawan. Tegasnya, sekali lagi, tidak ada seorang pun yang akan diterima kecuali memang dia beragama Islam. 

Siapa saja yang mengikutinya, maka jauh lebih baik baginya. Tetapi siapa yang meninggalkannya, maka dia tidak akan pernah melemahkan Allah. Aku telah memerintahkan semua utusanku untuk membacakan suratku ini di setiap tempat berkumpul yang sekiranya bisa didengar oleh semua orang.
Kalau kaum muslimin sudah mengumandangkan azan, maka biarkanlah mereka, tetapi kalau mereka tidak mengumandangkan azan, maka kobarkanlah peperangan terhadap mereka. Kalau mereka mengumandangkan azan, maka aku akan mempertanyakan tanggungjawab mereka atas hal itu. Akan tetapi, kalau mereka menolak mengumandangkan azan, maka hukuman akan segera dijatuhkan kepada mereka. Jika mereka mengikrarkan Islam, maka hal itu akan diterima dan mereka pun akan dibimbing menuju keadaan yang lebih baik.” 

Biografi Abu Bakar selanjutnya bisa dibaca pada postingan selanjutnya yang berjudul : Penaklukan Negeri Irak (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Thursday, 27 October 2016

Perang Khaibar (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Biografi Lengkap Rasulullah SAW, bilik islam
Sejak kaum Yahudi diusir dari Madinah, mereka tinggal di Khaibar, kurang lebih 200 mil sebelah utara Madinah. Di sini, mereka hidup merdeka dan tempat itu juga telah dipenuhinya dengan benteng-benteng yang kokoh sehingga pada setiap kesempatan mereka dapat melakukan serangan terhadap umat Islam.

Tidak henti-hentinya kaum Yahudi berupaya hendak menghancurkan Islam; Mereka memandang Perjanjian Hudaibiyah yang secara lahiriah merugikan kaum muslimin itu sebagai kelemahan Islam. Melihat hal itu, timbullah kembali harapan mereka untuk menghancurkan Islam, kemudian mereka bersekutu dengan kaum Ghathafan untuk bersama-sama menyerang Madinah.

Mendengar berita tentang rencana penyerangan tersebut, Nabi segera menyuruh para sahabatnya supaya bersiap-siap untuk menyerbu Khaibar. Orang-orang yang diperbolehkan ikut menyerang adalah orang-orang yang ikut ke Hudaihiyah. Mereka barus rela tidak mendapatkan harta pampasan perang. 


Kurang lebih 1.600 orang dengan 100 pasukan herkuda kaum muslimin itu berangkat menuju Khaibar. Mereka semua merasa optimis akan pertolongan Allah. Mereka masih ingat akan firman Allah yang turun ketika di Hudaibiyah. 

Dengan persiapan persenjataan yang cukup, kaum muslimin sudah berada di depan benteng-benteng Khaibar: Sementara itu, pasukan Yahudi dipimpin oleh Sallam bin Misykam. Kini kedua pasukan tersebut sudah saling berhadapan. Peperangan pun tak dapat dielakkan lagi. Kedua pasukan bertempur mati-matian, hingga Sallam bin Misykam, pimpinan Yahudi pun, berhasil dibunuh ketika itu. 

Selanjutnya, pimpinan. pasukan Yahudi dipegang oleh Harits bin Abi Zainab. Ia keluar dari benteng Na’im dengan maksud hendak menggempur pasukan muslim. 

Akan tetapi, kaum muslimin memperketat pengepungan atas benteng-benteng Khaibar dengan keyakinan bahwa kekalahan Yahudi menghadapi Muhammad berarti penumpasan terakhir yang mereka lakukan terhadap Bani Israil di negeri-negeri Arab. 

Tak lama kemudian, benteng-benteng musuh jatuh ke tangan kaum muslimin dan hanya tinggal dua buah benteng yang masih berdiri kokoh dan kuat, yaitu benteng Watih dan Sulalim yang termasuk dalam kelompok benteng-benteng Khaibar. 

Sejak saat itu, perasaan putus asa mulai merayap ke dalam hati orang-orang Yahudi. Mereka meminta berdamai. Semua harta benda mereka yang ada di dalam benteng diserahkan kepada Nabi. Nabi mengambil alih seluruh daerah kekuasaan dan harta kekayaan mereka dan memberikan kebebasan kepada mereka untuk menjalankan agama mereka serta menarik jizyah (pajak) kepada mereka. 

Beberapa waktu setelah keadaan menjadi aman dan setelah perjanjian perdamaian dibuat, Zainab bin Harits istri Sallam bin Misykam menyampaikan hadiah daging domba beracun kepada Muhammad. Ketika ia bersama para sahabat memakan daging itu, tiba-tiba Nabi mernuntahkannya kembali. Tetapi Basyir bin Bara’ salah seorang sahabat Nabi meninggal saat itu juga. Lalu, Zainab dipanggil dan ia pun mengaku. 

Sebenarnya, kesalahan ini cukup menjadi alasan untuk menghukum kaum itu. Tetapi, Nabi masih memiliki harapan mereka dapat berlaku baik terhadap Islam sehingga hanya Zainab sajalah yang dikenakan hukuman mati.

Demikianlah peperangan yang sangat sengit, yang terjadi antara kaum muslimin dengan Yahudi di daerah pertahanan benteng-benteng Yahudi yang sangat kuat dan kokoh. Peperangan ini terjadi pada permulaan tahun ke-7 Hijriah. Pada akhir tahun tersebut, berangkatlah Nabi bersama kaum muslimin ke Mekah untuk melakukan ibadah haji sebagaimana yang telah dijanjikan. 

Biografi Nabi Muhammad selanjutnya bisa dibaca pada postingan yang berjudul : Perang Mu’tah (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Wednesday, 26 October 2016

Seruan Kepada Raja-Raja Untuk Memeluk Islam (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Biografi Lengkap Rasulullah SAW, bilik islam
Sekembalinya kaum muslimin dari Hudaibiyah, Nabi mengumpulkan umatnya. Beliau menjelaskan kepada mereka bahwa Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Saat ini, telah tiba saatnya untuk menyebarluaskan Islam ke segala penjuru dunia. Salah satu cara yang ditempuh adalah mengirimkan utusan dan surat kepada raja-raja, di antaranya adalah Ghassan, Mesir, Abessinia (Habasyah), Persia, dan Romawi. 

Para utusan yang membawa surat kepada raja-raja itu menuju tempat yang telah ditugaskan oleh Nabi secara bersama-sama. Surat kepada Ghassan dikirim oleh Syuja’ah bin Wahab. Akan tetapi ia mengalami nasib malang. Ia dibunuh oleh penguasa Ghassan yang bersekutu dengan Romawi. 


Surat yang dikirim kepada raja Mesir memperoleh sambutan baik. Utusannya diterima dengan penuh kehormatan, lalu dikirimkan hadiah untuk Nabi sekalipun ia sendiri tidak masuk Islam.

bilik islam
Adapun surat yang dikirim oleh Abdullah bin Hudhafah mendapatkan respons yang tak terduga. ia kembali dari Persia dengan membawa laporan bahwa Kisra sangat marah membaca surat Nabi karena namanya ditulis di bawah nama Nabi. Surat tersebut dirobek-robek lalu dibuangnya. 

Mendengar laporan itu Nabi berkata, “Allah akan merobek-robek kerajaannya.”  Selanjutnya, Kisra menulis surat untuk Badzan, Gubernur Yaman, yang isinya memerintahkan Gubernur mengirim dua orang yang perkasa untuk menangkap Muhammad. Perintah ini dilaksanakan oleh Badzan. 

Saat dua lelaki itu datang ke Madinah, Rasulullah menyambutnya seraya berkata, “Kembalilah, besok saja kalian menghadapku karena aku ingin mengabarkan tentang sesuatu kepada kalian.” 

Keesokan harinya, kedua orang tersebut datang dan Nabi berkata, “Sampalkan kepada Gubernur kalian bahwa Tuhanku telah membunuh Kisra semalam.” Pada malam hari, 10 Jumadil Ula tahun ke-9 Hijriah, Allah menggerakkan Syirawaih, anak Kisra, untuk membunuhnya. 

Akhirnya, kedua orang tersebut kembali. ke Yaman dan menceritakan berita yang disampaikan oleh Rasulullah. Setelah mendengar berita ini, Badzan dan pengikutnya masuk Islam. 

Sementara itu, surat untuk Heraclius, Kaisar Romawi, dikirim oleh Dihyah bin Khafilah. Surat tersebut berhunyi :
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad bin Abdullah kepada Heraclius pembesar Rornawi. 

Salam sejahtera kepada orang yang bersedia mengikuti petunjuk yang besar. Dengan ini, aku mengajak Tuan untuk mengikuti ajaran Islam. Bila Tuan menerima ajaran Islam, Tuan akan selamat. Allah akan memberi pahala dua kali kepada Tuan. Tetapi, bila Tuan menolak, maka Tuanlah yang menanggung seluruh dosa rakyat Tuan. 

Wahai ahli kitab, marilah kita bersama-sama berpegang teguh pada kalimat yang sama (yang ada di) antara kami dan kamu, yakni bahwa tidak ada tuhan yang wajib disembah selain Allah dan kita tidak akan mempersekutukan-Nya dengan apa pun. Kita tidak akan mengangkat sebagian dari kita (manusia) menjadi Tuhan, bagi yang lainnya. Namun, apabila mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, bahwa kami ini adalah orang-orang Islam.” 

Demikianlah isi surat yang dikirim oleh Nabi. Pada saat itu,’kebetulan Abu Sufyan sedang berada di Suriah. ia dipanggil oleh Raja untuk menjelaskan tentang Muhammad. Abu Sufyan yang ketika itu masih menaruh dendam kepada Muhammad dan pengikutnya secara objektif menerangkan secara panjang lebar mengenai diri Muhammad beserta ajarannya. Dengan penjelasan itu, Heraklius menjadi tertarik pada Islam. Namun demikian, niatnya untuk masuk Islam terhalang oleh para pendeta, sehingga ia hanya mengirim surat balasan kepada Nabi bersama beberapa hadiah sebagai rasa simpatinya kepada Islam. 

Upaya Nabi Muhammad menyebarluaskan Islam dengan cara mengirim utusan-utusan merupakan tindakan yang luar biasa, karena sebelum berselang 30 tahun sesudah itu, daerah-daerah tersebut telah dimasuki kaum muslimin dan sebagian besar penduduknya telah memeluk Islam. Islam sebagai agama yang umurnya relatif muda, telah diperlihatkan oleh Nabi, bahwa ia akan menjadi agama dunia, petunjuk bagi umat manusia, serta kekal hingga akhir zaman.

Biografi Nabi Muhammad selanjutnya bisa dibaca pada postingan berikutnya yang berjudul : Perang Khaibar (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Sahabat Rasulullah SAW. (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra., bilik islam
Dalam sejarah hidupnya, Abu Bakar Ash Shiddiq bukan hanya beriman kepada risalah Muhammad bin Abdullah. Dia juga berusaha menjadi sahabat dekat Rasulullah saw. dalam menyebarkan risalah Islam. 

Abu Bakar mempunyai sekian banyak teman yang seangkatan dengannya. Teman-temannya itu mempunyai ketajaman pikiran dan kecerdasan yang tidak jauh berbeda dengannya. Dia menemui mereka dan menyerukan supaya mengikuti ajaran kebenaran sekaligus meninggalkan kekafiran dan syirik kepada Allah.

Ada beberapa orang sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq yang bersedia menerima ajaran Islam dan menjadi muslim. Di antara mereka adalah Utsman bin Affan, Abdur-Rahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Al‘ Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan masih banyak lagi pemuda Mekah terpilih yang mengikuti langkahnya. 


Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak hanya mengayunkan langkahnya untuk turut menyebarkan Islam. Demi risalah suci itu, dia rela untuk mengorbankan semua kekayaan miliknya, bahkan jiwa dan raganya. 

Kaum musyrikin Quraisy adalah golongan yang paling geram dengan dakwah Islam. Sebab, dakwah itu bisa meruntuhkan singgasana berhala-berhala mereka dan mengubah adat-istiadat yang sudah turun-temurun mereka terima. Penerapan prinsip keadilan dan perdamaian serta ajaran untuk menyejajarkan martabat semua manusia yang menjadi rintisan dakwah Islam tidak pernah mereka kenal sebelumnya. Karena itulah, mereka berupaya keras untuk membendung arus penyebaran dakwah itu. Di antara cara yang ditempuh mereka adalah dengan menakut-nakuti dan mengancam kaum muslimin. 

Suku Quraisy mencurahkan segenap tenaga untuk menekan dan menyiksa kaum muslimin. Terutama para budak lemah yang tidak mempunyai kabilah permanen dan tidak bisa melindungi diri dari siksaan fisik pihak lain. Para budak lemah itulah target utamanya. 

Persoalan itu tidak dipandang sebelah mata oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dia mengerahkan semua hartanya untuk memerdekakan para budak muslim dari belenggu perbudakan karena dia berkeyakina bahwa setiap manusia adalah saudara bagi manusia lainnya.

Pada suatu hari, Ahu Bakar Ash Shiddiq lewat di suatu tempat. Di sana, dia melihat Bilal bin Rabah A1-Habsyi, muadzin Rasulllah saw. sedang disiksa dengan kejam. Dia diletakkan di atas padang pasir panas di bawah teriknya sinar matahari, sementara di atasnya ditimpakan batu besar oleh tuannya. Tuannya memaksa Bilal untuk meninggalkan Islam dan memeluk agama lamanya. Tetapi rintihan yang keluar dari mulut Bilal hanyalah, “Ahad, Ahad (Tuhan yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Esa).“ 

Abu Bakar Ash-Shiddiq maju ke depan dan meminta kepada Tuan pemilik Bilal agar Bilal dijual kepadanya. Tuan itu setuju dengan harga yang ditawarkan Abu Bakar Ash-Shiddiq hingga akhirnya Bilal bebas dari siksaan dan dimerdekakan oleh Abu Bakar. 

Abu Bakar Ash-Shiddiq juga pernah membeli Amir bin Fahirah, kemudian memerdekakannya. Setelah itu, Amir diberi pekerjaan untuk menjaga domba-domba miliknya. 

Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak mengindahkan ucapan ayahnya, Abu Quhafah, yang melarangnya menghambur-hamburkan uang untuk membeli para budak dan mcmerdekakannya. Justru dia membeli Zanirah binti ‘Ubais dan Al-Hindiyah budak wanita Bani Ma’mal dan putrinya.

Tentang kedermawanannya itu, Maimun bin Ishaq bin Al-Hasan Al-Hanafi meriwayatkan dari Ahmad bin Abdul-Jabbar A1-’Atharidi, dari Abi Mu’awiyah Ad-Dharir, dan A1-A’masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah; ia menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada harta benda dan kekayaan yang bisa kupetik manfaatnya selain milik Abu Bakar Ash-Sliiddiq.”Abu Bakar Ash-Shiddiq menjawab, “Jiwa raga dan hartaku hanya untukmu, wahai Rasulullah saw.” 

Abu Bakar Ash-Shiddiq sendiri tidak selamat dari berbagai kekejaman suku Quraisy. Demikian juga Rasulullah saw. sebagai pengemban risalah. Bukan hanya satu kali Abu Bakar Ash-Shiddiq menyaksikan teror yang dilancarkan oleh suku Quraisy kepada Rasulullah saw. Untuk mengatasinya, dia rela menyerahkan nyawanya untuk membela Rasulullah saw. 

Pada suatu hari, suku Quraisy berkumpul di Masjidil-Haram, tepatnya di sekitar Hajar Aswad. Mereka melihat Rasulullah saw. melakukan shalat di sebelah Ka’bah. Hal itu membuat mereka meradang karena mereka menganggapnya sebagai bentuk pelecehan. Uqbah bin Abi Mu’aith segera bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Rasulullah saw. dari belakang. Dia melepas bajunya, dan segera melilitkannya ke leher Rasulullah saw. keras-keras. Cekikan itu sangat kuat karena Uqbah memang ingin membunuh Rasulullah saw. 

Tak berapa lama, Abu Bakar Ash-Shiddiq masuk ke Masjidil-Haram. Dia melihat perbuatan Uqbah. Abu Bakar bergegas menghambur ke depan, menekan perut Uqbah dan memukul-mukulnya supaya cekikan itu melonggar. Setelah cekikan tersebut lepas, Abu Bakar Ash-Shiddiq segera menendang Uqbah ke samping hingga terjengkang. 

Pada hari itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak bisa terhindar dari berbagai tendangan dan pukulan dari suku Quraisy yang beramai-ramai memukulinya hingga babak belur. Tetapi dia justru memikirkan keselamatan Rasulullah saw. dan tidak menghiraukan dirinya. Dia berkata, “Apakah kalian bakal membunuh seseorang yang berkata, ‘Tuhanku adalah Allah,’ padahal dia telah membawa sejumlah bukti yang kuat?” 

Abu Bakar Ash-Shiddiq juga mempunyai sikap yang tegas dan mulia. Sikap itu sangat berperan dalam menegakkan sendi-sendi kebenaran Islam. Di antara sikapnya yang perlu diteladani dalam hal ini adalah ketika terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj. 

Waktu itu, seusai Isra’ Mi’raj, Rasulullah saw. bercerita kepada semua penduduk Mekah bahwa Allah telah menjalankan beliau di malam hari dari Masjidil-Haram ke Masjidil Aqsha. Beliau sempat mengerjakan shalat di sana sebelum kemudian dinaikkan ke langit, Sidratul-Muntaha. 

Tentu saja kaum musyrikin hanya mencibir cerita dari Rasulullah saw. itu. Mereka menganggap Rasulullah saw. mengarang cerita. Buruknya, sebagian kaum muslirnin pun sudah mulai dihinggapi kebimbangan. Mereka bertanya-tanya dalam hati, apa benar cerita yang dibawa Rasulullah saw.? Mereka merenungkan hal tersebut dengan rasa tidak percaya. 

Mereka bergumam dalam hati. “Demi Allah, ini sebuah perkara yang sangat ganjil dan tidak masuk akal. Biasanya, kalau kita bepergian menggunakan unta saja membutuhkan waktu sekitar satu bulan dari Mekah ke Syam. Itu hanya untuk pergi. Sementara untuk pulangnya membutuhkan waktu sebulan lagi. Bagaimana mungkin Muhammad bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus dalam waktu satu malam dan kembali ke Mekah tepat di pagi hari. Ditambah lagi, dia mengklaim dinaikkan ke langit oleh Allah. Ah yang benar saja! ini tidak masuk akal,” sangkal mereka. 

Imbasnya, segelintir kaum muslimin ada yang murtad dari Islam. Sementara kebanyakan lainnya merasa bimbang dan pergi menemui Abu Bakar Ash-Shiddiq. Mereka ingin mengetahui pendapat dan keyakinannya dalam menanggapi masalah itu karena dialah orang yang paling dekat dengan Rasulullah. 

Mereka mengabarkan kepadanya tentang berita Isra’ yang dibawa Rasulullah saw. Walaupun sangat kaget dengan cerita itu, Abu Bakar justru bertanya balik, “Lalu, apakah kalian mengingkari kabar dan Rasulullah ini?” 

“Benar, wahai Abu Bakar. Akal kami tidak menerima cerita ini. Kalau engkau tidak percaya, engkau dapat menemui Rasulullah. Beliau masih berada di masjid dan bercerita kepada orang banyak,” jawab mereka.

Abu Bakar menjawab dengan penuh keyakinannya., “Demi Allah, kalau benar Rasulullah saw. men yatakan itu, maka beliau telah berkata jujur. Perlu kalian ketahui, beliau sering memberikan kabar padaku bahwa wahyu Allah turun dari langit ke bumi hanya dalam waktu sesaat, baik pada waktu malam mau pun siang. Terlebih mengenai peristiwa Isra’ Mi’raj ini. Dengarlah, aku dengan tegas membenarkannya. Justru kalian inilah yang tidak masuk akal kalau tidak mempercayainya.” 

Bersama rombongan kaum muslimin, Abu Bakar Ash-Shiddiq mendatangi masjid. Di sana, dia mendengar langsung Rasulullah saw. sedang menggambarkan ciri-ciri Baitul Maqdis, sebagai bukti bahwa beliau benar-benar ke sana. Sebelumnya, memang Abu Bakar AshS hiddiq telah mengunjungi Baitul Maqdis. Setelah Rasulullah saw. rampung menceritakan gambaran Baitul Maqdis, Ahu Bakar AshS hiddiq langsung rnenyela, “Engkau benar, wahai Rasulullah saw.” 

Sejak saat itulah Rasulullah saw, memanggilnya dengan sebutan Ash-Shiddiq (yang membenarkan) Sehingga, semakin eratlah tali persahabatan antara Rasulullah saw. dengan Abu Bakar Ash-Shlddiq. Sampai sampai Rasulullah saw. berkata tentang Abu Bakar Ash-Shiddiq, “Kalau saja aku bisa mengangkat salah satu hamba Allah ini sebagai kekasih, maka aku akan menjadikan Abu Bakar Ash-Shiddiq scbagai kekasihku. Namun, dia tetaplah sahabatku dan saudaraku seiman sampai Allah mengumpulkan kita berdua di sisi-Nya.” 

Setelah peristiwa Bai’at Al-’Aqabah Rasulullah saw. memerintahkan kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah. ini terkait dengan peristiwa yang menimpa kaum muslimin, yaitu penindasan besar-besaran. Di samping itu, Allah juga sudah memberikan sinyal agar hijrah dilaksanakan. 

Di kota Mekkah, hampir tidak tersisa lagi kaum muslimin kecuali mereka yang terhalang dan hijrah atau mereka yang masih merasa bimbang dengan agama baru itu. Kelompok yang disebut terakhir mi adalah golongan yang lemah imannya. 

Di antara yang masih berada di Mekah adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Ali bin Abu Thalib. 

Suatu hari, Abu Bakar Ash-Shiddiq meminta izin kepada Rasulullah saw. untuk berangkat berhijrah. Namun Rasulullah saw. menolak. “Jangan berangkat hijrah dulu, ya Abu Bakar Ash Shiddiq. Mudah-mudahan Allah memunculkan seorang rekan bagimu dalam perjalanan hijrah,” kata Rasulullah saw. 

Abu Bakar Ash- Shiddiq sangat berharap bahwa orang yang bisa didampinginya berhijrah adalah Rasulullah saw. sendiri. Alangkah bahagianya dia. Sebenarnya, RasuluIIah saw. sendiri ketika mengatakan itu hanya menunjuk kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq semata. 

Akhirnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq membeli dua ekor unta yang disembunyikan di rumahnya. Dia merawat unta itu baik-baik sebagai persiapan untuk perjalanan panjang hijrah. Dia rnasih mengidam-idamkan, semoga yang diajak Rasulullah saw. berhijrah adalah dirinya. 

Rasulullah saw. mernpunyai kebiasaan mengunjungi rumah Abu Bakar Ash-Shiddiq hanya sekali dalam sehari. Terkadang di waktu sore, dan terkadang di waktu pagi. 

Pada suatu hari, Rasulullah saw. berkunjung ke kediaman Ahu Bakar Ash- Shiddiq di siang hari. Itu agak aneh, karena tidak biasanya Rasulullah saw. mengunjungi Abu Bakar Ash-Shiddiq di siang hari. Melihat Rasulullah saw., Abu Bakar Ash-Shiddiq bergumam dalam hati, “Ada apa Rasulullah saw. datang di siang hari seperti ini? Sungguh, pasti ada sesuatu yang telah terjadi.” 

Setelah dipersilakan duduk, Rasulullah saw. langsung berkata, “Sesungguhnya,  Allah telah mengizinkanku untuk keluar dari Mekah dan berhijrah ke Madinah.” 

“Apakah aku yang akan menemani engkau, ya Rasulullah?” tanya Abu Bakar Ash-Shiddiq.

“Benar, engkau yang akan jadi teman perjalananku,” jawab Rasulullah saw. 

Tidak seorang pun yang mengetahui keluarnya Rasulullah saw. dari kota Mekah kecuali Abu Bakar Ash-Shiddiq, kedua putrinya (Asma’ dan Aisyah), putranya (Abdullah), dan Ali bin Abu Thalib. Ali diperintahkan Rasulullah saw. untuk sementara tinggal di Mekah sekaligus ditugasi untuk mengembalikan barang-barang titipan masyarakat yang dititipkan kepada Rasulullah saw. 

Rasulullah saw. dan Abu Bakar Ash-Shiddiq keluar dari pintu belakang rumah sambil mengendap-endap. Keduanya melangkah menuju Gua Tsur yang berada di luar kota Mekah. Sebelumnya, dua sahabat ini menyewa Abdullah bin Uraiqith. Ia adalah orang musyrik yang disewa sebagai penunjuk jalan ke kota Madinah melalui jalur pantai. Dia juga orang yang dipercaya menuntun kedua unta untuk diberikan kepada Rasulullah saw. dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Rencananya, kedua unta itu dibawa oleh Abdullah bin Abu Bakar dan Mekah, kemudian diserahkan kepada Abdullah bin Uraiqith. Dan Abdullah bin Uraiqith, sepasang unta itu bakal dipasrahkan kepada Rasulullah saw. dan Abu Bakar Ash-Shiddiq di sebuah tempat yang telah disepakati. Ketika Abu Bakar dan Rasulullah saw. tiba di gua Tsur, Abu Bakar Ash-Shiddiq maju memasuki gua terlebih dahulu sebelum Rasulullah saw. Dia ingin memastikan bahwa gua itu bersih dari ular dan binatang buas lainnya. Bahkan, kalaupun ada bahaya mengancam, dia bersedia menjadi korban pertama demi melindungi Rasulullah saw. 

Ketika sudah yakin tidak ada apa-apa, Rasulullah saw. masuk mengikuti jejak Abu Bakar Ash-Shiddiq. Keduanya tinggal di dalam gua selama tiga hari, Selama di sana, Abdullah bin Abu Bakar bolak-balik menyampaikan kabar kepada keduanya ihwal suku Quraisy, pada sore hari. 

Setelah Abdullah meninggalkan gua untuk pulang ke Mekah, datanglah Amir bin Fahirah. Dia menggiring sekawanan domba dan menggembalakannya di jalanan yang dilalui Abdullah bin Abu Bakar supaya bisa menyapu jejak Iangkahnya, sehingga suku Quraisy tidak bisa membuntuti perjalanan keduanya. Asma’ binti Abu Bakar bertugas mengirim makanan kepada keduanya di sore hari. Makanan itu dibungkus dalam kantong yang terbuat dari kulit. Asma’ memotong ikat pinggangnya menjadi dua, satu untuk mengikat mulut kantong makanan tersebut, dan satu lagi digunakan untuk mengikat pinggangnya. Karena itu, Asma’ binti Abu Bakar dikenal sebagai Asma’Dzatun-Nithaqain (Asma’ pemilik dua ikat pinggang). 

Allah menurunkan pertolongan kepada Rasulullah saw. dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Perjalanan hijrah itu, dengan rahmat Allah, berjalan lancar sampai ke kota Madinah tanpa ada halangan berarti. Setelah Rasulullah saw. tiba dan bertempat di kota Madinah, meletuslah sejumlah pertempuran melawan suku Quraisy, kaum musyrikin dan para pemeluk Yahudi. Abu Bakar Ash-Shiddiq selalu berada di garis terdepan dalam berjihad, Perang Badar, Uhud, Khandaq, Khaibar, Hudaibiyah, Penakiukan Kota Mekah, Perang Hunain, dan perang lainnya. 

Di kota Madinah itulah Rasulullah saw. menikahi Aisyah, putri Abu Bakar Ash-Shiddiq. Oleh karena itu, derajatnya terangkat menjadi mertua Rasulullah saw. Keikhlasan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam bergaul dengan Rasulullah saw. dan mengimani ajarannya seakan sudah menembus semua batas yang ada. Di kota Madinah, sebagaimana di kota Mekah, dia masih terus menjalankan misinya untuk menyebarkan Islam. 

Dalam kitab Abu Bakar dengan Fanhash, orang Yahudi, kita bisa menarik kesimpulan sampai di mana kadar keimanan Abu Bakar. Kisah itu bisa mewakili berbagai kisah lainnya yang memiliki topik yang sama, yakni membuktikan tingginya nilai keimanan Abu Bakar. 

Kita mungkin akan merasa heran bagaimana Abu Bakar yang terkenal lembut, sopan, santun dan halus bahasanya, tetapi bisa berubah menjadi keras sehingga memukul musuh Allah yang ingin mencoreng wajah agama yang lurus itu. Semua itu tidak lepas dari fondasi imannya yang kokoh. 

Kaum Yahudi di Madinah berencana untuk memperdaya kaum muslimin Mekah untuk membantu mereka menghadapi suku Aus dan Khazraj. Akan tetapi, rencana tersebut gagal total. Mereka lebih dulu takluk di tangan kaum muslimin sebelum mampu memecah-belah barisan kaum Muhajirin dan Anshar. Karena itu, mereka menggunakan rencana kedua, yakni melancarkan kebohongan guna melecehkan martabat agama Islam. 

Di tengah-tengah kaum Yahudi, ada seorang alim bernama Fanhash. Para pemeluk Yahudi menganggapnya sebagai cendekiawan mereka. Dia merupakan tempat bertanya tentang bagaimana cara menyudutkan kaum muslimin dan melecehkan harkat mereka. 

Pada suatu hari, Abu Bakar Ash-Shiddiq bertandang ke rumah Fanhash untuk menyerunya supaya masuk Islam. Waktu itu, di rumahnya ada banyak sekali kaum Yahudi yang berkumpul mengelilinginya. Rupanya dia sedang menggelar rapat. 

Abu Bakar Ash-Shiddiq herkata kepadanya, “Wahai Fanhash, celakakalah engkiu! Takutlah kepada Allah dan ,masuklah ke dalam agama Islam. Demi Allah, sesungguhnya, engkau mengetahui bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dia datang dengan membawa kebenaran dari sisi Allah. Keberadaannya telah termaktub dengan jehas dalam kitab Taurat dan Injil.”

Sambil bibirnya menyungging senyum mengejek, Fanhash malah berkata, “Demi Allah, wahai Abu Bakar: Sesunguhnya kita ini tidak butuh kepada Allah, tetapi Allahlah yang butuh kepada kita. Kita tidak akan bermunajat dengan penuh ketakutan kepada-Nya, tetapi Dialah yang takut kepada kita. Kita sama sekali tidak membutuhkan-Nya, tetapi Dialah yang butuh kepada kita. Kalau saja Allah tidak butuh kepada kita karena Dia sudah Maha Kaya, niscaya Dia tidak akan meminta pinjaman utang kepada kita sebagaimana yang sering didengungkan oleh sahabatmu, Muhammad. Kalian telah tahu sendiri bahwa Allah melarang kalian untuk mengambil riba (kelebihan), tetapi Dia telah ,menberikan kelebihan kepada kita. Kalau saja Dia kaya, niscaya tidak akan memberikan kelebihan kepada kita setelah Dia melunasi utang-Nya.” 

Abu Bakar Ash-Shiddiq sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa Fanhash memang sengaja melecehkan Islam. Melecehkan Rasulullah saw., bahkan firman Allah. Dia nyaris tidak menguasai dirinya. Ingin rasanya dia melayangkan beberapa tamparan kepada musuhnya itu. Untungnya dia sendiri bisa menenangkan diri. Dengan geram dia membentak, “Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Kalau saja bukan karena perjanjian damai yang tertulis antara kalian dengan kami, niscaya aku akan memukul kepalamu, musuh Allah.”

Abu Bakar Ash-Shiddiq lantas mengayunkan langkahnya pergi agar tidak memperpanjang permusuhannya itu.

Biografi Abu Bakar selanjutnya dapat dilihat pada postingan yang berjudul : Khalifah Pertama(Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Nama Dan Nasab Umar Bin Khattab (Biografi Lengkap Umar Bin Khattab ra.)

Biografi Lengkap Umar Bin Khattab ra., bilik islam
Dia adalah Abu Hanifah Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Rabah bin Abdullah bin Qarth bin Razzah bin Adi bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib A1-Qurasyi. Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim bin A1-Mughirah bin Abdillah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah bin Ka’b. 

Menurut sebuah riwayat, Umar dilahirkan 13 tahun setelah Tahun Gajah. Dari Sa’id bin A1-Musayyab ia mengatakan, “Umar masuk Islam setelah 40 pria dan 10 wanita. Sesudah dia masuk Islam, maka Islam tampak mulai bersinar di kota Mekah.” 

Umar memiliki kedudukan yang mulia di tengah kaum Quraisy di masa Jahiliah, sehingga dia diangkat menjadi duta mereka, yaitu ketika terjadi peperangan dan peristiwa-peristiwa lainnya. Dia juga ditampilkan untuk unjuk kebanggaan, ketika mereka hendak bermegah-megahan. 

Dia masuk Islam pada tahun keenam dari masa kenabian. Kulitnya putih kemerah-merahan dan perawakannya tinggi. Disebutkan dalam sejarah bahwa warna kulitnya menjadi cokelat setelah dilanda tahun-tahun kelabu (yaitu ketika terjadi masa paceklik di masa pemerintahannya, hal ini akan dikupas lebih lanjut dalam biografi selanjutnya berikutnya). 

Dia wafat karena ditikam (sewaktu mengimami shalat subuh) saat berusia 63 tahun. Dia dikuburkan di ruangan yang mulia bersama Rasulullah saw. dan sahabatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Semoga Allah meridhai Al-Faruq Umar. 

Persaksian Semuanya
Setelah Al-Faruq Umar ra. masuk Islam, dia bertemu seorang penggembala, lalu penggembala tersebut berkata kepadanya, “Aku merasa bahwa orang yang bekerja dengan kedua tangannya itu (yakni, Umar) telah masuk Islam.” Maka, dia menimpali, “Apakah dia orang yang menang dalam pertandingan gulat di pasar Ukazh?! 

Ia menjawab, “Ya.” 

Ia melanjutkan, “Demi Allah, sungguh, dia akan melapangkan kepada mereka, baik berupa kebaikan maupun keburukan.” 

Dialah Al-Faruq yang tidak lunak dalam urusan kebenaran dan pelaksanaannya. Badui ini telah merangkum tentang perbuatannya. 

“Sungguh dia akan melapangkan kepada mereka, baik berupa kebaikan maupun keburukan.” Ya, Umar meluaskan kebajikan pada ahli kebajikan dan keburukan pada ahli keburukan; karena dia tidak menghiraukan celaan orang lain dalam urusan kebenaran.

Biografi Umar selanjutnya bisa dilihat pada postingan yang berjudul : Setan Takut Ketegasan Al-Faruq ra. (Biografi Lengkap Umar Bin Khattab ra.)

Tuesday, 25 October 2016

Abu Bakar Masuk Islam (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra. bilik islam
Abu Bakar Ash-Shiddiq bisa dinilai sukses dalam dunia perdagangan. Dia memiliki kekayaan yang berlimpah dari hasil bisnis itu. Dia mempunyai sekian banyak unta dan domba layaknya para hartawan Mekah lainnya di waktu itu. 

Abu Bakar Ash-Shiddiq menjalani hidup yang diliputi kemudahan dan kemewahan seperti kebanyakan pedagang dan hartawan Mekah. Dia hidup terhormat layaknya Khadijah binti Khuwailid istri Rasulullah saw. yang juga “ibu” kaum muslimin.


Dari jalur perdagangan itulah dia mulai mengenal Muhammad bin Abdullah. Dia juga mengetahui sifat-sifat Muhammad yang terpuji, berbudi luhur dan bersih. Jalan hidup dan perilaku beliau sungguh patut diteladani. 

Keakraban terjalin antara Abu Bakar dengan Muhammad. Usia keduanya tidak terpaut jauh. Usia Abu Bakar Ash-Shiddiq lebih muda dua tahun beberapa bulan dari usia Rasulullah saw. 

Wahyu turun kepada Muhammad bin Abdullah. Beliau diutus menjadi Nabi untuk memberikan petunjuk kepada semua manusia dan dipilih menjadi rasul yang menyebarkan risalah ketuhanan. Dan sini, Rasulullah saw. teringat akan sahabat karibnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau tahu bahwa sahabatnya itu adalah sosok orang yang cerdas dan berwawasan luas. 

Rasulullah saw. menjelaskan tentang Islam di hadapan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Tidak sedikit pun Abu Bakar Ash-Shiddiq mengalami kebimbangan saat dia menerima Islam. Dia menerima ajakan menuju kebenaran itu dan beriman dengan semua ajaran Muhammad bin Abdullah tanpa berpikir panjang. 

Abu Ja’far bin As-Samin menyitir dari Yunus bin Abu Bakar, dari Ibn Ishaq, dan Muhammad bin Abdur-Rahman bin Abdullah bin Al-Hushain At-Taimi bahwa Rasulullah saw. Bersabda :
“Setiap kali aku berdakwah kepada seseorang. pasti dia akan mengalami kebimbangan dan berpikir seribu kali sebelum menyatakan mau masuk Islam atau tidak. Ini tidak berlaku bagi Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia tidak diterpa kebimbangan atau harus menunggu untuk berpikir beribu kali. Dia langsung menerima ajaran Islam.”

Biografi Abu Bakar selanutnya bisa dibaca pada postingan yang berjudul : Sahabat Dekat Rasulullah (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Perjanjian Hudaibiyah (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Biografi Lengkap Rasulullah SAW, bilik islam
Setahun setelah Perang Ahzab berlalu, Nabi Muhammad mengumumkan kepada kaum muslimin agar mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah. Pada bulan Dzul Qa’dah tahun ke-6 Hijriah, Nabi beserta 1.400 orang pengikutnya berangkat menuju kota Mekah tanpa membawa senjata kecuali pedang yang disarungkan, yang menurut adat bangsa Arab merupakan hiasan yang khas. Hal tersebut dimaksudkan agar orang-orang mengetahui bahwa mereka datang bukan untuk berperang, tetapi untuk berhaji ke Baitullah. 

Setelah melakukan perjalanan selama beberapa hari, sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Hudaibiyah. Sebuah tempat yang terletak beberapa kilometer dari Mekah. Di sini, mereka berkemah dan menyembelih binatang kurban seraya mengucap talbiah. 


Untuk mengetaui kekuatan dan untuk merintangi kaum muslimin agar jangan sampai masuk Mekah, diutuslah Budail bin Warqa’, pimpinan suku Khuza’ah. Setelah mengadakan pembicaraan dengan Nabi, Nabi meminta kepada Budail. agar ia memberitahukan kepada kaum Quraisy, bahwa kedatangan kaum muslimin bukan untuk berperang melainkan hendak menunaikan ibadah haji dan hendak memuliakan Baitullah. 

Mereka pun kembali kepada Quraisy. Mereka juga ingin meyakinkan Quraisy supaya kaum muslimin dibiarkan saja mengunjungi Ka’bah. Akan tetapi, mereka justru dituduh dan tidak diterima dengan baik oleh Quraisy. 

Mengenai rombongan kaum muslimin yang segera memasuki kota Mekah, menjadi dilema tersendiri bagi kaum Quraisy. Sebab, masuknya kaum muslimin ke Mekah bisa diartikan 

sebagai takluknya Quraisy tanpa syarat. Tetapi sebaliknya, mereka pun tidak bisa mentah-mentah menolak niat kaum muslimin yang datang untuk menunaikan ibadah haji, bukan untuk berperang karena bulan itu adalah bulan suci, di mana berlaku larangan perang. 

Kaum Quraisy kembali mengirimkan utusan lagi. Kali ini, orang yang diutus adalah Hulais pimpinan Ahabisy. Ketika Nabi melihat ia datang, beliau meminta supaya ternak kurban itu dilepaskan di depan matanya, agar Hulais melihat sendiri adanya bukti yang jelas bahwa kedatangan kaum muslimin hanyalah untuk berhaji ke Baitullah. 

Hulais terharu melihat pemandangan itu. Kembalilah ia kepada kaum Quraisy. ia menceritakan. apa yang telah dilihatnya kepada kaum Quraisy. Namun, begitu mendengar ceritanya itu, pemimpin Quraisy marah kepadanya. 

Dua kali sudah kaum Quraisy mengirimkan utusan kepada Nabi, namun keduanya tidak membawa hasil apa-apa. Akhirnya, diutuslah Urwah bin Ma’ud Ath-Thaqafi. Namun demikian, Urwah tidak berhasil mengadakan perjanjian. 

Terpikir oleh Nabi Muhammad, bahwa mungkin utusan-utusan Quraisy itu tidak berani menyampaikan pendapatnya yang dapat mewakili pihak Quraisy. Oleh karena itu, Nabi berganti mengirimkan utusannya kepada kaum Quraisy. Namun, utusan tersebut justru dianiaya dan untanya dibunuh. 

Sementara mereka sedang berusaha untuk mencapai perdamaian dengan jalan tukar-menukar utusan datanglah pasukan bersenjata musuh yang mengintai kaum muslimin. Pasukan tersebut segera ditangkap. Karena kaum muslimin datang bukan untuk berperang, pasukan itu pun segera dibebaskan, sebagai suatu tanda bahwa kaum muslimin ingin menempuh jalan damai serta ingin menghormati bulan suci. Jangan sampai ada pertumpahan darah di Hudaibiyah yang juga masuk dalam wilayah suci kota Mekah. 

Nabi saw. sekali lagi berusaha hendak menguji kesabaran Quraisy dengan mengirimkan seorang utusan yang akan mengadakan perundingan dengan mereka. Nabi mengirim Utsman bin Affan. ia pun berangkat menemui pimpinan-pimpinan Quraisy itu. Pembicaraan Utsman dengan kaum Quraisy terjadi begitu lama. Kaum muslimin menanti-nanti kembalinya Utsman, tetapi tidak juga datang karena Utsman ditahan oleh kaum Quraisy. 

Tersiar kabar bahwa Utsman telah dibunuh. Karena itu, Nabi menganjurkan agar kaum muslimin melakukan bai’at kepada beliau. Mereka pun berbai’at kepada Nabi dan akan memerangi kaum Quraisy bersama Nabi sampai kemenangan tercapai. Perjanjian tersebut terjadi di bawah pohon yang terkenal dalam sejarah sebagai Bai’atur Ridhwan. 

Perjanjian setia ini telah mendapat ridha Allah sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya, Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (Al-Fath [48]: 18) 

Bai’atur Ridhwan rnenggetarkan hati kaum Quraisy sehingga mereka melepaskan Utsman dan mengutus Suhail bin Amr untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin. Karena perjanjian itu terjadi di Hudaibiyah, maka peranjian tersebut terkenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah. 

Adapun perjanjian ini berlaku untuk masa 10 tahun. Isinya antara lain meliputi :
  1. Kaum muslimin belum diperbolehkan untuk menunaikan haji di tahun ini, tetapi ditangguhkan sampai tahun depan;
  2. Di tahun depan, kaum muslimin diperbolehkan berhaji, tetapi tidak boleh tinggal di Mekah lebih dari tiga hari;
  3. Kaum muslimin Madinah tidak diperbolehkan mengajak orang-orang Islam yang tinggal di Mekah untuk tinggal di Madinah. Demikian juga kaum muslimin, tidak diperbolehkan menghalangi umat Islam Madinah yang ingin tinggal di Mekah;
  4. Apabila di antara orang-orang Islam Mekah ada yang melarikan diri ke Madinah, maka harus dikembalikan ke Mekah dan tidak demikian sebaliknya; dan
  5. Seluruh suku bangsa Arab, bebas menjalin hubungan dengan siapa saja. 

Demikian isi perjanjian tersebut, yang secara lahiriah dipandang sangat merugikan kaum muslimin. Para sahabat hampir seluruhnya merasa keberatan terhadap isi perjanjian tersebut. Namun demikian, pada hakikatnya peranjian itu merupakan suatu kemenangan yang besar bagi kaum muslimin, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah swt., :
“Sesungguhnya, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu pada jalan yang lurus.” (Al-Fath [48]: 1-2) 

Isi perjanjian Hudaibiyah itu juga merupakan bukti nyata bahwa Nabi adalah seorang yang mencintai perdamaian dan membenci peperangan. Demikian juga memperlihatkan kecerdikan dan keunggulan Nabi saw. Adanya ketentuan bahwa Perjanjian Hudaibiyah berlaku untuk masa 10 tahun, ini memberi kesempatan kepada kaum muslimin untuk memperluas dan memperkuat kedudukan mereka terhadap kaum Quraisy. Sebagai akibat dari perjanjian ini, kaum muslimin dapat mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada dakwah secara damai.

Selama dua tahun pertama, jumlah orang yang masuk Islam telah melebihi jumlah kaum muslimin selama dua windu sebelumnya. Ketika di Hudaibiyah, jumlah mereka sebanyak 1.400 orang, tetapi dua tahun kemudian, sewaktu mendatangi kota Mekah, beliau diikuti oleh 10.000 orang. 

Begitulah sukses yang diperoleh kaum muslimin sebagai akibat dari Perjanjian Hudaibiyah. Bila seseorang semakin memikirkan prinsip-prinsip Islam, ia akan semakin yakin padanya. Prajurit-prajurit besar seperti Khalid bin Walid -panglirna perang dan ahli strategi Quraisy yang ulung- dan Amru bin Ash memeluk Islam dalam masa Perjanjian Hudaibiyah.

Biografi Nabi Muhammad selanjutnya bisa dibaca pada postingan yang berjudul : Seruan Kepada Raja-raja untuk Memeluk Islam (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Monday, 24 October 2016

Kepribadian Dan Sosok Abu Bakar (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra. bilik islam
Sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq dapat dibedakan dengan orang lain dari ketampanan wajah dan keluhuran budinya. Dalam dirinya juga terhimpun sifat-sifat lelaki yang sempurna. Gambaran fisiknya dapat dilukiskan sebagaimana berikut ini. 

Dia adalah orang yang berwajah sangat tampan dengan sinar cerah yang terpancar sekaligus teduh. Warna kulitnya kuning langsat. Tubuhnya agak kurus. Namun, posturnya tinggi semampai. Kedua pipinya cekung. Wajahnya lonjong dengan tulang menonjol di beberapa bagiannya. Matanya juga cekung menyipit. Jidatnya lebar. Dalam tubuhnya terbayang kekuatan dan keperkasaan. 


Dia adalah orang yang perjalanan hidupnya bergelimang kemudahan karena segala sesuatu untuk keperluannya serba tersedia. Cakrawala pergaulannya sangat luas, karena memang dia mudah akrab. Tabiatnya lemah-lembut. Pemikirannya mendalam. Otaknya encer. Pandangannya menerawang jauh ke depan. Buah pikirannya cemerlang dan mencengangkan. Setiap ucapannya bisa dipastikan kejujurannya. 

Pendeknya, dia berbeda jauh dengan para pemuda Mekah waktu itu yang mempunyai tabiat tercela. Dia tidak mau minum khamar, baik di masa jahiliah maupun di masa Islam. Lembaran hidupnya tidak pernah ternoda dengan segala kekotoran dan kenistaan sebagaimana yang dialami para pemuda Mekah di masanya. 

Abu Bakar Ash-Shiddiq banyak menimba ilmu dari para guru. Tidak heran, dia mempunyai wawasan luas tentang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dia mampu membaca dan menulis. Dia banyak menelaah sejarah bangsa Arab, berbagai nasab dan riwayat hidup mereka. Para pakar nasab di kalangan bangsa Arab pun harus datang kepadanya untuk bisa menyerap ilmunya, selain agar bisa berkawan dekat dengannya. 

Ibnu Hisyam dalam kitab As-Sirah An Nabawiyyah menggambarkan sosok Abu Bakar sebagai berikut. 

“Abu Bakar adalah laki-laki yang lemah-lembut terhadap semua orang. Dia sangat disayangi karena sikap ramahnya. Dia adalah satu-satunya orang di kalangan suku Quraisy yang mendalami secara intensif nasab-nasab dan sejarah suku Quraisy. Dia juga mengetahui secara pasti berbagai peristiwa yang menimpa suku Quraisy, dan peristiwa yang baik sampai peristiwa yang buruk. 

Mata pencahariannya adalah berdagang. Kejujurannya dalam dunia bisnis sudah dikenal di mana-mana. Anggota kaumnya banyak yang bersanding dan bersahabat akrab dengannya. 

Karena berbagai kelebihan telah dimiliki, seperti pengetahuan yang luas, perdagangan yang sukses dan pergaulan yang ramah. 

Dalam keseharian, Abu Bakar bergelut di dunia perdagangan. Ketekunan dan kegigihannya membuahkan keuntungan berlipat. Barang dagangannya adalah busana. Itu merupakan lahan bisnis yang memerlukan jiwa seni dan cita rasa tinggi untuk menentukan motif yang cocok bagi semua orang. Namun, di balik semua sifatnya yang penuh kelembutan, tersimpan keteguhan hati dan kemauan yang membaja.” 

Biografi Abu Bakar selanjutnya dapat dibaca pada postingan yang berjudul : Abu Bakar Masuk Islam (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Perang Ahzab (Perang Parit) - Biografi Lengkap Rasulullah SAW

Biografi Lengkap Rasulullah SAW, perang khandak, perang parit
Dengan keluarnya Bani Qainuqa dari Madinah, telah menimbulkan sakit hati di kalangan Bani Nadhir. Sejak saat itulah mereka telah menanti-nanti saat yang paling baik untuk membalas dendam kepada Nabi Muhammad. Dengan cara sembunyi-sembunyi, pada saat Nabi sedang berjalan-jalan di lorong mereka, hampir saja mereka berhasil membunuh Nabi. Rencana mereka tidak berhasil karena Nabi dapat mengetahui maksud mereka sehingga beliau terhindar dari bahaya.

(baca juga biografi Nabi sebelumnya : Perang Uhud - Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Perbuatan Bani Nadhir tersebut telah melanggar perjanjian yang telah dibuat bersama. Karena pelanggaran ini, sesuai dengan perjanjian itu, maka Nabi mengeluarkan perintah agar semua kaum Yahudi keluar dari kota Madinah, Tetapi, mereka menentang perintah ini karena merasa kuat dan mengharapkan bantuan Abdullah bin Ubay. Sesudah dikepung oleh tentara Islam, mereka menyerah. Akhirnya, mereka diusir keluar kota Madinah. 

Di antara mereka, sebagian besar mengungsi ke Khaibar sebagian lagi nenyebar ke berbagai tempat lain, tetapi seluruhnya telah dikoordinasikan oleh kaum Yahudi. 

Lalu, bergabunglah kekuatan Yahudi dengan kekuatan kafir Quraisy Mekah, ditambah orang-orang Arab Badui untuk bersama-sama menentang Islam. 

Pada bulan Syawwal tahun ke-5 Hijriah, pasukan gabungan yang terdiri dari 24 ribu orang bergerak menuju Madinah. Mereka bertekad hendak melancarkan serangan besar-besaran. Sekali serangan untuk yang terakhir. Sementara itu, di pihak Islam, hanya mempersiapkan pasukan sejumlah 2.000 orang. 

Rencana sekutu itu telah diketahui terlebih dahulu oleh Nabi. Dengan segera, Nabi bermusyawarah dengan para sahabatnya untuk menghalau serangan yang bakal dilancarkan itu. 

Salman Al-Farisi adalah orang yang banyak mengetahui seluk-beluk peperangan yang belum dikenal di daerah-daerah Arab. Ia mengusulkan supaya di sekitar Madinah digali parit dan keadaan kota diperkuat dari dalam. 

Usul ini segera dilaksanakan oleh kaum muslimin. Saat menggali parit, Nabi juga turun tangan. Beliau ikut mengangkat tanah dan terus member semangat, dengan menganjurkan kepada mereka supaya terus melipatgandakan kekuatan. 

Setelah pekerjaan penggalian selesai, anak-anak dan kaum wanita dipindahkan ke tempat yang lebih aman, untuk berjaga-jaga jika kaum Yahudi yang masih berada di dalam kota menyerbu kaum muslimin secara tiba- tiba. Semula pasukan gabungan mengira bahwa mereka dapat bertemu dengan pasukan kaum muslimin di Uhud, tetapi ternyata di tempat tersebut kosong. Kemudian mereka meneruskan perjalanannya. Tak lama kemudian tentara sekutupun tiba. Mereka terkejut oleh adanya parit, mereka heran sekali melihat jenis pertahanan yang asing bagi mereka. 

Selama satu bulan lamanya kota Madinah dikepung musuh. Selama pengepungan itu, kaum muslimin menderita kelaparan. Banyak tentara Islam yang takut dan khawatir, terlebih lagi karena pengaruh beberapa orang munafik dalam golongan mereka. 

Setelah lewat satu bulan, tentara musuh tak tahan lagi. Mereka menyerbu dengan melompati. parit yang agak sempit dengan kuda mereka. Peperangan pun tak dapat dihindarkan. Dalam peperangan itu, Ali bin Abu Thalib telah dapat membunuh Amr bin Abdu Wadd yang konon mampu menghadapi 100 orang. 

Begitu berat penderitaan yang dirasakan oleh kaum muslimin pada waktu itu. Mereka harus berperang menghadapi musuh-musuhnya dalam keadaan lapar. Hal ini dilukiskan dalam firman Allah sebagai berikut :
“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan.” (A1-Ahzab [33]: 10) 

Ayat di atas menggambarkan betapa hebatnya perasaan takut dan perasaan gemetar pada saat itu. Ditambah lagi perasan menderita di pihak kaum muslimin, setelah pimpinan baru Quraizhah, Ka’ab bin As’ad berkhianat, lari ke pihak musuh. Padahal. dia adalah orang yang mengetahui strategi pertahanan Nabi. 

Tiba-tiba, datanglah Nu’aim bin Mas’ud -salah seorang pemuka Yahudi- menghadap Nabi. Ia menyatakan diri masuk Islam atas kesadaran sendiri. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Nabi untuk menghancurkan kekuatan musuh. Beliau mengutus Nuaim menemui musuh. Ia menghasut pemimpin Yahudi untuk tidak percaya kepada Quraisy, dan sebaliknya, menghasut pemimpin Quraisy agar tidak percaya kepada pemimpin Yahudi. Hal ini membuat barisan musuh mulai tidak percaya satu sama lain. Sehingga perpecahan di antara mereka tak dapat dielakkan lagi.

Dalam keadaan seperti itu datanglah angin topan yang bertiup kencang disertai hujan deras yang memporak-porandakan kemah-kemah pasukan gabungan itu. Inilah pertolongan Allah kepada kaum muslimin, sebagaimana disitir di dalam firman Allah :
“Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) ,mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari Peperangan. Dan Allah adalah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (A1-Ahzab [33]: 25) 

Ayat tersebut rnengisyaratkan kepada kaum muslimin bahwa kaum muslimin tidak perlu berperang, karena Allah telah menghalau mereka dengan mengirimkan angin dan Malaikat. Pasukan gabungan itu pun mengundurkan diri dan kembali ke negeri masing-masing dengan tangan hampa. 

Setelah seluruh pasukan gabungan itu kembali pulang ke negeri mereka masing-masing, Nabi Muhammad mulai memikirkan keadaan yang mungkin terjadi pada kesempatan lain. Kali ini, Allah telah menyelamatkan umat Islam dari musuh yang selama ini mengancamnya. Sungguh pun demikian, pihak Yahudi dapat saja mengulangi kembali peristiwa semacam itu. Mereka dapat mencari kesempatan kembali untuk melakukan hal yang sama; tidak pada musim dingin yang begitu dahsyat seperti tahun ini; yang telah berubah wujud menjadi bantuan Allah dalam menghancurkan pihak musuh. 

Keberhasilan kaum muslimin dalam mematahkan serangan yang dilancarkan oleh pasukan gabungan yang jumlahnya begitu besar sangat menakjubkan suku-suku di sekitar Madinah yang kemudian dengan sukarela mereka bergabung dengan umat Islam. Sejak saat itulah, Islam tersiar dengan cepat di antara suku-suku yang berada di sekitar Madinah. 

Sesudah mengusir musuh dari dalam kota, kaum muslimin memutuskan untuk menghukum Bani Quraizhah yang membantu penduduk Mekah sewaktu menyerang Madinah. Kaum Yahudi memohon kepada Nabi agar nasib mereka diputuskan oleh Sa’ad bin Mu’adh, seseorang yang berasal dari kaum mereka sendiri. Nabi pun menunjuk Sa’ad untuk memutuskannya. 

Sa’ad merninta agar Bani Quraizhah mau bersumpah untuk tunduk atas putusan yang akan diambilnya. Keputusan yang diambil oleh Sa’ad adalah :
1) semua laki-laki Bani Quraizhah yang berkhianat harus dibunuh;
2) harta bendanya dibagi-bagikan; dan
3) anak-anak serta wanita-wanitanya ditawan. 

Keputusan Sa’ad dilaksanakanlah. Sebanyak 700 orang Bani Quraizhah dibunuh. Sejak saat itu, tamatlah riwayat bangsa Yahudi di Madinah.

Biografi Nabi Muhammad selanjutnya bisa dilihat dalam postingan berjudul : Perjanjian Hudaibiyah (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Sunday, 23 October 2016

Nama Dan Nasab Abu Bakar (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.
Abu Bakar Ash Shiddiq ra. (Nama dan Nasab)

Merujuk pada silsilah keluarga, namanya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay A1-Qurasyi At-Taimi. Sedangkan nama keluarganya adalah Abu Quhafah. 

Nama ibunya adalah Ummu A1-Khair binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Hasan bin Taim bin Murrah. Dia adalah putri dari paman Abu Quhafah. 

Abu Bakar Ash-Shiddiq berasal dari sebuah kabilah yang sangat disegani di antara kabilah-kabilah suku Quraisy di Mekah. Kabilahnya memiliki posisi terhormat di kalangan masyarakat Mekah. 

Seperti diketahui, kabilah di Mekah terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kedudukan masing-masing. Setiap kedudukan mempunyai jabatan dan fungsi sendiri-sendiri. Kedudukan itu terkait dengan urusan Ka’bah dan pengaturan kelancaran jamaah haji di Baitul-Haram. 

Bani Abdul Manaf mempunyai wewenang untuk menyuplai minuman dan menghormati jamaah haji yang datang ke Mekah. 

bilik islam
Bani Abdud-Dar mempunyai tugas memasang umbul-umbul dan tirai di Ka’bah. Mereka juga bertugas menyelenggarakan pertemuan untuk kemakmurkan Baitul Haram. 

Sementara itu, kabilah yang mempunyai wewenang untuk mengatur pasukan berkuda ataupun pejalan kaki adalah Bani Makhzum. Itulah kabilah asal Khalid bin Walid. 

Kabilah Taim bertugas mengurusi pembayaran diyat (denda) sebagaimana yang berlaku dalam tradisi jahiliah. Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq beranjak dewasa, dia memimpin kabilahnya untuk mengepalai tugas itu. 

Bani Taim bin Murrah mempunyai posisi terpandang di antara kabilah-kabilah di Arab. Diceritakan bahwa suatu hari, A1-Mundzir bin Ma’ As-Sama’-sebagai raja di daerah Hirah- pernah mau membunuh salah seorang budak dari Al-Qais bin Hajar Al-Kindi. Ketua tertinggi dalam kepengurusan Bani Taim memperbolehkan hal itu. Maka, dinyatakan dalam sebuah syair: 

“Untuk hukuman bagi salah satu budak Al-Qais bin Hajar, Bani Taim yang merupakan lentera dalam kegela pan telah mernperkenankannya” 

Setelah peristiwa tersebut, Bani Taim lebih dikenal dengan julukan sebagai “lentera dalam kegelapan”.

Biografi Abu Bakar selanjutnya bisa dibaca pada postingan berjudul : Sosok Abu Bakar (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Perang Uhud (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

biografi lengkap nabi muhammad
Kemenangan kaum muslimin dalam Perang Badar merupakan tonggak sejarah yang amat menentukan kelanjutan hidup dari perjuangan Islam. Sedangkan di pihak Quraisy, kekalahan ini merupakan pukulan yang sangat berat. Dengan kekalahan itu, mereka berniat menuntut balas terhadap orang-orang Islam. 

Karena sebagian besar dari pemimpin tewas di Badar, maka diangkatlah Abu Sufyan sebagai panglima perang. Mereka merencanakan suatu serangan yang lebih besar dan mempersiapkan pasukan yang lebih kuat. Untuk itu, keuntungan perdagangan ke Suriah tidak dibagi-bagikan tetapi dipergunakan untuk memperkuat pasukan-pasukan perang. 


Waktu satu tahun kiranya telah cukup bagi Quraisy untuk menyusun kekuatan. Pada bulan Sya’ban tahun ke-3 Hijriah mereka berangkat menuju Madinah dan berkemah di kaki Gunung Uhud, 3 mil jauhnya dari Madinah. Mereka terdiri atas 200 orang pasukan berkuda dan 300 unta dengan segala muatannya serta 700 orang di antaranya berbaju besi. Kaum wanita yang dipimpin oleh Hindun (Istri Abu Sufyan) juga dikerahkan untuk menghibur dan membesarkan hati bagi para tentara yang sedang berperang. 

Sebelumnya, Nabi telah mengetahui rencana pemberangkatan pasukan Quraisy itu melalui sepucuk surat yang dikirim dari Mekah oleh Abbas, paman Nabi yang mulai bersimpati kepada Islam. Nabi segera menugaskan beberapa orang untuk menyelidiki keadaan di luar kota dan ternyata pasukan Quraisy sudah mendekati Madiriah. 

Karena musuh terlalu besar Nabi berniat hendak bertahan dan menanti musuh di dalam kota Madinah. Tetapi, dalam musyawarah, kebanyakan para sahabat menghendaki agar musuh dihadapi di medan perang. Nabi pun tunduk pada hasil putusan musywarah, sekalipun beliau merasa kurang tepat. 

Dalam hal yang tidak ada wahyu yang turun mengenainya, Nabi selalu bermusyawarah dengan para sahabat dan keputusan itu pasti dijalankan dengan tawakal kepada Allah. 

Umat Islam mulai bergerak dengan kekuatan 1.000 orang. Tetapi, setelah pihak musuh terlihat, Abdullah bin Ubay, tokoh munafik, menarik diri beserta 300 orang pengikutnya. Kini, pasukan Nabi tinggal 700 orang. Mereka tetap maju ke medan perang. 

Nabi mengatur barisan para sahabat. lima puluh orang barisan pemanah ditempatkan di lereng-lereng gunung dan kepada mereka diperintahkan, “Lindungi kami dari belakang, karena dikhawatirkan mereka akan mengepung kami dari belakang. Bertahanlah kalian di tempat itu dan jangan sekali-kali. meninggalkan tempat kalian.” 

Tiba-tiba terdengar sorak gemuruh dari musuh pertanda perang segera dimulai. Mereka bergerak maju menyerang dengan formasi berbentuk bulan sabit. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid dan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal. 

Kini, kedua belah pihak siap bertempur. Peristiwa yang selalu diingat oleh Quraisy ialah peristiwa Badar dan korban-korbannya, sedangkan yang selalu diingat oleh kaum muslimin ialah Allah beserta pertolongan-Nya. Nabi saw. berkhutbah dengan memberi semangat dalam menghadapi pertempuran itu. Beliau menjanjikan pasukannya akan mendapatkan kemenangan apabila mereka bersabar. 

Seperti biasanya, pertempuran diawali dengan perang tanding. Dan pihak Quraisy maju Thalhah dan segera disambut oleh Ali bin Abu Thalib. Duel antara keduanya pun terjadi. Dengan cepat, Ali memberikan satu tebasan yang membuat kepala lawannya itu terbelah menjadi dua. 

Lalu, berlangsunglah pertempuran yang sebenarnya. Setelah diberikan pedang oleh Nabi, Abu Dujana menyerbu ke tengah-tengah barisan musuh yang banyak itu. 

Demikian juga Hamzah, paman Nabi. ia maju hingga memporak-porandakan pasukan musuh. Namun demikian, Hamzah gugur sebagai syuhada. Ia ditombak oleh seorang budak bangsa Habsy, bernama Wahsyi. Kendati demikian, barisan Quraisy semakin bertambah kacau, karena pimpinan mereka banyak yang tewas. Mereka tidak tahan lagi lalu melarikan diri dan dikejar oleh pasukan Islam. 

Melihat musuh lari tunggang-langgang, tentara Islam yang berjumlah 50 orang yang diamanahi tugas berada di atas bukit untuk menjaga celah bukit melanggar perintah Rasulullah. Mereka turut mengejar musuh yang lari, meninggalkan tempat pertahanan mereka, karena mengharapkan harta rampasan perang yang banyak. Dengan suara yang keras, Ibnu Zubair menyuruh mereka supaya kembali, tetapi tidak dihiraukan sama sekali. 

Pasukan berkuda Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid saat melihat tempat yang strategis itu kosong, berputar dan melalui tempat itu pasukan Khalid berhasil memukul pasukan Islam dari belakang. 

Peta peperangan berubah. Orang-orang Quraisy menyerbu Nabi dengan hebatnya. Melihat serbuan itu, para sahabat datang berkerumun mengelilingi Nabi untuk melindungi beliau. Abu Dujana tidak mundur setapak pun sekalipun panah bertubi-bertubi mengenai punggungnya. Ia tetap di tempatnya melindungi Nabi hingga syahid. 

Ketika itu, Nabi juga terkena pukulan yang melukai keningnya, hingga wajahnya berlumuran darah. Tidak hanya itu, beliau terkena sebuah batu besar yang dilempar oleb Utbah bin Abi Waqqash sehingga kepala beliau terluka. Dua keping lingkaran rantai topi besi yang menutupi wajah beliau, telah menancap di pipi mengenai gigi beliau. Melihat Nabi terjatuh, seseorang dari pihak musuh berteriak keras mengatakan bahwa Nabi saw. telah terbunuh. 

Mendengar berita tentang terbunuhnya Nabi, Ali, Umar dan Abu Bakar terperanjatnya. Hal ini menyebabkan semangat pertempuran semakin berkobar. Demikian juga Anas bin Nadhir. Setelah mendengar berita tersebut, ia merasakan bahwa hidupnya sudah tidak berarti lagi. Ia menerjunkan dirinya ke tengah-tengah musuh. Ia bertempur dengan hebat hingga roboh dengan tubuh dipenuhi luka-luka, hingga tidak dapat dikenali lagi wajahnya. 

Ka’ab bin Malik yang juga mendengar berita tentang wafatnya Nabi, setelah menyaksikan sendiri bahwa Nabi masih hidup, lalu berteriak seraya berkata, “Wahai saudara-saudaraku! Selamat! Kabar gembira! Rasulullah masih hidup! Beliau ada di sini!” 

Dengan cepat, Nabi memberi isyarat agar Ka’ab tutup mulut agar pertempuran segera usai dan agar korban di pihak muslimin tidak bertambah lagi. Dalam pertempuran itu, umat Islam menderita kerugian yang cukup besar, 70 orang gugur sebagai syuhada. Sedang di pihak musuh hanya 25 orang yang tewas. Sungguh mahal harga ketaatan kepada Rasulullah. Mereka harus membayar dengan 70 orang syahid dan Nabi sendiri menderita luka-luka yang cukup parah. 

Kekalahan kaum muslimin di Perang Uhud bukan kekalahan yang sebenarnya. Allah menguji keimanan Nabi saw. dan dalam hal ini ia telah membuktikannya dengan baik. Di tengah-tengah bahaya dan kesukaran-kesukaran itu, Nabi tetap bertahan. Hal ini juga menjadi pelajaran bagi umat beliau yang telah mendurhakai perintahnya. Sebagaimana telah disebutkan dalarn firman Allah :
“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antaramu ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.” (Ali Imran [3]: 152) 

Dengan kemenangan itu pihak Quraisy merasa gembira. Terhadap peristiwa Uhud ini, mereka merasa telah dapat membalas dendam atas kekalahan mereka di Badar. 

Rupanya Hindun tidak merasa cukup dengan kemenangan itu dan tidak merasa cukup dengan gugurnya Hamzah. Bersama-sama wanita-wanita kafir Quraisy lainnya, ia pergi hendak menganiaya mayat-mayat kaum muslimin. Mereka memotong telinga-telinga dan hidung-hidung mayat itu. Hindun memakainya sebagai kalung dan anting-anting. Kemudian dibelahnya perut Hamzah, dikeluarkan jantungnya lalu dikunyah dengan giginya. Demikian kejinya perbuatan wanita itu. 

Ketika Nabi mencari mayat Hamzah, kemudian melihat jasad pamannya telah dianiaya dan dibelah perutnya, beliau merasa sedih sekali. Beliau bersabda, “Demi Allah, kalau pada suatu saat nanti Allah memberikan kemenangan kepada kami saat melawan mereka, niscaya akan kuaniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab.” Kemudian turunlah firman Allah :
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi, jika kamu bersabar, sesungguhnya, itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar, Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu sempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (An.Nahl [16]: 126.127) 

Dengan turunnya ayat ini, Nabi memaafkan mereka. Beliau menabahkan hati dan melarang para sahabat melakukan penganiayaan. Nabi memerintahkan agar para syuhada Perang Uhud dikuburkan. Sesudah itu, dengan dipimpin oleh Nabi sendiri, kaum muslimin kembali ke Madinah.

Biografi selanjtnya bisa dilihat pada postingan yang berjudul : Perang Ahzab (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Saturday, 15 October 2016

Perang Badar (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

biografi lengkap nabi muhammad
Kemarahan penduduk Mekah semakin hari sernakin menjadi disebabkan pengetahuan mereka bahwa Islam di Madinah telah mengalami kemajuan yang pesat. Mereka khawatir, orang-orang Islam akan membalas kekejaman-kekejaman yang pernah mereka lakukan. Perdagangan mereka dengan Suriah pun terhalang. Untuk pergi ke Damaskus, mau tidak mau mereka harus melalui Madinah yang sekarang telah dikuasai Islam. 


Di samping itu, dikisahkan bahwa sebelum Nabi hijrah ke Madinah, seorang tokoh yang bernama Abdullah bin Ubay yang mempunyai pengaruh yang cukup besar -menurut rencana akan diangkat sebagai pemimpin besar oleh sebagian besar penduduk Madinah- dengan kehadiran Nabi di Madinah, pupuslah rencana tersebut. Oleh karena itu, timbullah rasa dengki dan marah terhadap diri Nabi. 

Kemarahan juga mereka tujukan kepada penduduk Madinah yang memberikan perlindungan kepada Nabi saw. dan pengikut-pengikutnya. Mereka menganggap hahwa penduduk Madinah sebagai pemberontak dan mereka ingin menghukum penduduk Madinah bersama Nabi Muhammad saw. Mereka mencarii-cari kesempatan untuk melaksanakan maksud itu sampai suatu kesempatan datang dari segolongan orang Madinah. 

Walaupun penduduk Madinah menerima ajaran Nabi saw., tetapi banyak juga yang meragukannya. Mereka tidak dapat menyetujui kekuasaan Muhammad saw. dan mengadakan gerakan gelap untuk menyingkirkan Nabi dari negeri mereka. Dalam kedaan seperti itu, penduduk Mekah sudah bersiap-siap pula hendak menyerang orang Islam dengan kekuatan yang besar. Hal ini menyebabkan kedudukan orang Islam mulai sulit dan berada dalam kondisi bahaya. Setiap waktu, orang Islam berada dalam kecemasan; kekhawatiran kalau-kalau datang serangan dari luar atau timbul pemberontakan dalam negeri. 

Dalarn keadaan kritis seperti itu, turunlah wahyu Allah yang berbunyi :
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah) dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu) maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.” (Al-Baqarah [2]: 190-191) 

Ayat di atas memberi isyarat kepada kaum muslimin untuk mengangkat senjata dalam rangka melindungi diri. Tetapi dilarang melewati hatas atau mendahului menyerang. Agama Islam berdiri di atas keadilan yang sempurna, tidak mau menyerang dan tidak suka diserang. 

Dengan adanya perintah tersebut, Nabi mulai menyusun pasukan, mengatur pertahanan dan perlengkapan. Pada awalnya, Nabi mengutus beberapa orang mata-mata untuk mengetahui rencana dan kekuatan musuh serta menarik kepala-kepala suku Badui ke pihak Islam.

Pada bulan Rajab tahun ke-2 Hijriah, Nabi mengutus 12 orang Muhajirin dengan diketahui oleh Abdullah bin Jashy untuk bertolak ke selatan. Sepucuk surat diberikan kepadanya dengan perintah membukanya setelah dua hari perjalanan. Perintah itu pun dipatuhi. Setelah dua hari perjalanan, sesuai pesan Nabi, Abdulab membuka surat tersebut. 

Adapun isi surat tersebut adalah, “Kalau sudah kau baca surat ini, teruskan perjalananmu sampai Nakhlah dan awasi keadaan mereka kemudian laporkan hasilnya.” 

Di Nakhlah kelompok yang dipimpin Ahdullah itu bertemu kafilah dagang Quraisy yang dipimpin oleh Amr bin Hazrami. Mereka sedang menuju Mekah. Kelompok ini teringat akan perlakuan Quraisy dahulu ketika harta benda mereka dirampas. Kelompok yang 

dipimpin oleh Ahdullah ini menyerang kafilah dagang Quraisy di Nakhlah dekat Mekah dan di Skrimish. Mereka membunuh Amr bin Hazrami. Peristiwa Nakhlah ini membangkitkan semangat bangsa Quraisy untuk menyerang kaum muslimin. 

Nabi mendapat laporan bahwa kafilah bangsa Quraisy menyerang kaum muslimin. Nabi mendapat laporan bahwa kafilah dagang bangsa Quraisy yang sangat besar, yang terdiri dari 1.000 ekor unta dengan segala muatannya, sedang dalam perjalanan dari Suriah menuju Mekah. 

Untuk mengurangi kekuatan musuh yang telah siap menyerang itu, Nabi memerintahkan untuk mencegat kafilah dan merampasnya untuk dijadikan kekuatan perang. 

Maksud Nabi ini diketahui oleh Abu Sufyan yang memimpin kafilah itu. Abu Sufyan segera mengirim utusan ke Mekah untuk meminta bantuan tentara sebanyak-banyaknya, sedangkan dalam perjalanan, kafilahnya diperbolehkan melalui satu tempat yang bernama Badar; menyusuri pantai Laut Merah. 

Mekah bersegera mengirimkan bantuan yang terdiri dari 1.000 orang tentara. Seratus orang di antaranya berkendaraan kuda dan 700 orang lainnya berkendaraan unta. Pasukan itu dipimpin oleh Abu Jahal. Sebenarnya Abu Sufyan telah mengirim kurir untuk menginformasikan hahwa kafilah dagangnya telah selamat. Namun, Abu Jahal bersikeras melanjutkan perjalanan. Abu Jahal ingin memperlihatkan kekuatan tentaranya kepada orang Madinah. 

Sementara itu, pasukan Rasulullah saw. hanya terdiri dan 313 orang: di antaranya dua orang penunggang kuda. Tentara yang kecil ini berangkat bersama Rasulullah menuju ke Badar. Dengan demikian, peperangan antara kaum Quraisy dengan kaum muslimin Madinah tak dapat dihindarkan lagi. 

Pada pagi hari, di hari Jum’at, 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriah, kedua pasukan ini saling berhadapan. Saat itu, Nabi sendiri yang memimpin kaum muslimin, mengatur barisan. Tetapi, ketika dilihatnya pasukan Quraisy begitu besar, sedang jumlah kaum muslimin sangat sedikit, di samping perlengkapan yang sangat terbatas dibanding dengan perlengkapan Quraisy, Nabi kembali ke kemahnya dengan ditemani oleh Ahu Bakar. Sungguh, beliau cemas terhadap peristiwa yang akan terjadi hari itu. Sungguh pilu hatinya, melihat nasib yang akan menimpa Islam kalau kaum muslimin tidak mendapat kemenangan. 

Kini, Nabi saw. menghadap wajahnya ke Kiblat dengan seluruh jiwanya. Beliau menghadapkan diri kepada Allah swt. Beliau memohon kepada Allah akan segala apa yang telah dijanjikan kepadanya. Beliau membisikkan dalam hatinya agar Allah memberikan pertolongan. Kemudian turunlah wahyu Allah :
“Wahai Nabi, kobarkanlah semangat orang-orang beriman untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabat niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang yang sabar dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar) , niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al-Anfal [8]: 65-66) 

Setelah itu, Nabi bermusyawarah dengan para sahabat,.Abu Bakar dan Umar memberikan pendapat agar pertempuran diteruskan. Begitu pula Miqdad bin Amr dan Muhajirin. Ia berkata kepada Rasulullah, “Teruskan apa yang diperintahkan Allah kepadamu.” 

Sehubungan dengan adanya larangan tidak boleh mendahului menyerang, maka orang-orang Islam menaati larangan itu hingga musuh mendahului menyerang. Sudah menjadi kebiasaan bangsa Arab bahwa sebelum perang dimulai, terlebih dahulu diadakan perang tanding satu lawan satu. 

Tiga orang prajurit dari pihak musuh melawan tiga orang pahlawan Islam, untuk bertanding. Ketika itu, dari pihak muslim yang tampil adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin Abu Thalib dan ‘Ubaidah bin Harits. 

Hamzah tidak lagi memberikan kesempatan kepada Walid. Hamzah dan Ali berhasil membunuh lawan tandingnya masing-masing. Lalu, mereka segera membantu Ubaidah yang sedang diterkam oleh ‘Uthah, sehingga ketiga prajurit musuh, seluruhnya dapat dikalahkan. 

Selesai perang tanding, perang dilanjutkan dengan peperangan yang sebenarnya antara kedua belah pihak. Dalam peperangan itu, di pihak Quraisy banyak yang tewas, bahkan Abu Jahal sendiri tewas di tangan pemuda Anshar. Jumlah yang tewas dari pihak musuh sebanyak 70 orang sedangkan di pihak Islam yang gugur sebagai syuhada berjumlah 12 orang. 

Pasukan Quraisy pun akhirnya mundur setelah mengetahui banyak pasukan mereka yang tewas. Namun demikian, kaum muslimin telah berhasil mengejar mereka dan menangkap sehanyak 70 orang musuh sebagai tawanan perang. 

Dampak kemenangan pasukan islan ini, sedikit banyak memukul psikologis kaum Yahudi dan badui, sehingga mereka bertanya-tanya dalam hati, bagaimana mungkin kamu muslimin yang hanya sepertiga pasukan Quraisy dapat mengalahkan pasukan musuh yang berjumlah 1 .000 orang? 

Sementara itu Nabi sibuk dengan urusan tawanan perang. Dia memisah-misahkan mereka. Kepada para sahabat beliau berkata, “Perlakukanlah mereka dengan sebaik-baiknya.” 

Terhadap para tawanan ini, Umar bin Khaththab mengusulkan agar mereka dibunuh semuanya, seimbang dengan kekejaman mereka terhadap orang-orang islam, tetapi Abu Bakar mengusulkan agar tawanan-tawanan yang kaya diwajibkan menebus dirinya masing-masing, lalu dibebaskan. Sedangkan tawanan yang miskin dan tidak berbahaya dibebaskan tanpa uang tebusan. 

Setelah bermusyawarah, akhirnya Nabi memutuskan bahwa tebusan diberikan sesuai dengan kemampuan keluarga setiap tawanan, diperkirakan tebusan itu mencapai 400 dirham. Para tawanan yang mempunyai kepandaian menulis, dapat menebus dirinya dengan kepadaiannya itu. Demikian juga terhadap kelompok ahli syair, yang sering menyandungkan syair untuk melawan Nabi, dihadapkan ke muka mahkamah yang dipimpin oleh Nabi saw. Sekalipun mereka adalah tawanan perang yang sedang diadili, Nabi tetap memperlakukannya dengan baik. Bahkan, usulan untuk mencabut gigi tawanan agar mereka tidak mampu menghasut umat ditolak oleh Nabi SAW. 

Demikianlah perlakuan kaum muslimin terhadap tawanan perang sebagai salah satu cara untuk menyiarkan Islam pada waktu itu

Biografi selanjutnya bisa dibaca pada postingan yang berjudul :  Perang Uhud (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Tabir Wanita