Negara-negara tetangga yang sedang kekurangan bahan makanan datang ke Mesir untuk meminta pertolongan dari Nabi Yusuf. Mereka datang untuk membeli gandum yang masih tersedia di dalam gudang-gudang kerajaan. Di antara para pendatang yang ingin berbelanja ke Mesir terdapat rombongan orang-orang Palestina. Di antaranya terdapat saudara-saudara Nabi Yusuf. Mereka menghadap Nabi Yusuf yang memakai pakaian kerajaan. Mereka sama sekali tidak mengenali beliau.
Nabi Yusuf yang masih mengenali mereka sebagai saudara-saudaranya segera bertanya pada mereka.
“Siapakah kalian? Ceritakan kepadaku tentang keluarga kalian?” tanya Nabi Yusuf dengan suara berwibawa.
Nabi Yusuf yang masih mengenali mereka sebagai saudara-saudaranya segera bertanya pada mereka.
“Siapakah kalian? Ceritakan kepadaku tentang keluarga kalian?” tanya Nabi Yusuf dengan suara berwibawa.
“Wahai Paduka, kami adalah putra-putra Yakub yang berjumlah dua belas orang. Saudara kami yang termuda tidak ikut bersama kami karena sedang menjaga ayah yang sudah lanjut usia dan buta. Seorang saudara kami sudah lama pergi dan hingga kini kami tidak tahu keberadaannya. Kami datang atas perintah ayah kami untuk memohon pertolongan dari Paduka.”
“Kami bermaksud membeli gandum dari persediaan kerajaan Paduka untuk memenuhi kebutuhan kami yang mendesak.”
“Sesungguhnya aku meragukan keterangan kalian. Aku tidak dapat mengabaikan kemungkinan bahwa kalian adalah mata-mata yang dikirim musuh untuk mengacaukan negeri ini. Aku menghendaki kalian membawa bukti-bukti yang kuat bahwa kalian betul-betul putra Yakub,” ucap Nabi Yusuf dengan suara tegas.
“Paduka. kami orang asing di negeri ini. Tidak ada seorang pun yang kami kenal. Sangat sulit bagi kami untuk membuktikan ucapan kami. Kami pasrah kepada keputusan Paduka,” jawab juru bicara putra Yakub.
“Baiklah” jawab Nabi Yusuf sambil berpikir.
“Hmmm ... kali ini aku memberi kesempatan kepada kalian untuk membeli gandum secukupnya dengan satu syarat. Bila kalian kembali lagi ke mari, kalian harus membawa adik kalian yang bungsu. Aku akan menyuruh pegawaiku untuk melayani kebutuhan kalian.”
“Maaf Paduka. ayah kami tidak akan mengizinkan kami membawa adik bungsu kami ke mari karena ayah sangat mencintainya. Dia menjadi pengganti kedudukan saudara kami. Yusuf. Namun. kami akan berusaha membujuk ayah agar memperbolehkan kami mengajak Benyamin.
Baiklah, aku akan menunggu janji kalian,” tegas Yusuf. Kemudian, Yusuf menyuruh pegawainya untuk mengisi karung-karung mereka dengan gandum dan bahan makanan. Sedangkan. barang-barang emas yang mereka bawa untuk membeli gandum disisipkan kembali ke dalam karung-karung mereka secara diam-diam.
Mereka lalu segera pulang ke Palestina dengan membawa beberapa karung gandum. Setibanya di rumah, mereka menceritakan tentang perjalanan mereka kepada sang ayah. Mereka memuji penguasa Mesir yang bersikap ramah, adil, dan rendah hati itu. Mereka menyampaikan juga bahwa bila mereka datang lagi untuk membeli gandum. mereka harus mengajak serta Benyamin. Mereka memohon kepada sang ayah agar diizinkan mengajak Benyamin ke Mesir.
“Tidak. sekali lagi tidak akan kuberikan izin kepada kalian untuk membawa Benyamin. Aku tidak akan memercayakan Benyamin kepada kalian setelah apa yang terjadi kepada Yusuf.”
Tapi Ayah, kami mohon. “Dulu kalian berjanji akan menjaga Yusuf dengan baik, tetapi kalian pulang dengan berita bahwa Yusuf telah dimangsa serigala. Aku tidak ingin apa yang terjadi pada Yusuf terulang lagi pada Benyamin.”
“Baiklah, Ayah. Namun, kami tidak dapat kembali ke Mesir tanpa membawa Benyamin,” ujar salah satu di antara mereka.
Nabi Yakub pun terdiam. Dia tidak rela bila harus kehilangan Benyamin.
Kemudian, salah satu anak Nabi Yakub tersebut membuka karung-karung gandum. Mereka menemukan barang emas mereka masih berada di dalam karung. Mereka gembira dengan penemuan tersebut.
“Ayah lihat, penguasa Mesir itu mengembalikan semua emas kita. Tentunya, dia memberikan gandum-gandum ini dengan cuma-cuma,”
Untuk beberapa saat, kehidupan mereka terjamin dengan gandum-gandum tersebut. Namun, lama-kelamaan persediaan makanan mereka habis. Akhirnya, Nabi Yakub memperbolehkan mereka membawa Benyamin ke Mesir.
Setibanya di istana kerajaan Mesir, mereka disambut baik oleh Nabi Yusuf. Nabi Yusuf menyediakan jamuan dan penginapan bagi mereka. Bahkan. Nabi Yusuf mengajak Benyamin menginap bersamanya di istana.
“Bila kakakku Yusuf masih ada, tentunya sekarang engkau akan menyediakan tempat untuknya,” kata Benyamin sambil mencucurkan air mata. Hatinya sedih teringat kepada Yusuf. sang kakak.
“Apabila aku menggantikan kakakmu yang hilang, apakah engkau akan suka?” tanya Nabi Yusuf.
“Tentu saja, namun sayangnya engkau tidak dilahirkan oleh ayahku, Yakub, dan ibuku. Rahil”
Nabi Yusuf menangis mendengar perkataan Benyamin. Lalu. dia memeluk Benyamin dengan erat. Beliau mengaku bahwa dialah kakak Benyamin yang hilang tersebut. Nabi Yusuf menceritakan semua hal yang telah dialaminya. Beliau berpesan agar Benyamin merahasiakan hal tersebut dari saudara-saudaranya yang lain.
Benyamin sangat bahagia mengetahui bahwa kakaknya masih hidup dan ada di hadapannya. “Ayah pasti sangat senang mengetahui bahwa Kakak masih hidup. Sejak Kakak hilang, Ayah sangat menderita sampai-sampai Ayah kehilangan penglihatannya karena terlalu banyak menangis.”
Mendengar hal itu, Nabi Yusuf pun menangis. Dia dapat merasakan penderitaan ayahnya.
Baca juga cerita dalam Al-Quran selanjutnya yang berjudul : Bertemu Sang Ayah (Kisah Dalam Al-Quran)
0 komentar:
Post a Comment