PENYEMBELIHAN ISMAIL
QS Ash-Shafaat: 100-111
Nabi Ibrahim pun tidak melupakan Siti Hajar dan putranya, Ismail. Setiap saat, Nabi Ibrahim pergi mengunjungi dan menjenguk Ismail di Mekah. Nabi Ibrahim bahagia melihat keadaan Siti Hajar dan Ismail yang dianugerahi banyak rahmat oleh Allah.
Tempat yang dulu tandus dan terpencil itu sekarang ramai dikunjungi para kabilah. Nabi Ibrahim juga ikut berperan serta mendidik Ismail sehingga menjadi anak yang beriman kepada Allah.
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remaja, Nabi Ibrahim bermimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail. Nabi Ibrahim termenung karena itu merupakan perintah Allah yang amat berat.
Sebagai seorang ayah, dia tidak tega anaknya dijadikan kurban. Namun, sebagai seorang Nabi dia harus mendahulukan cintanya kepada Allah daripada cintanya kepada keluarga dan harta bendanya.
Allah mengetahui kebimbangan hati Nabi Ibrahim. Maka, Allah berfirman, “Aku lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Ibrahim mengamanatkan risalah-Nya.” Nabi Ibrahim pun kemudian menguatkan niatnya untuk menyembelih putranya, Ismail. Akhirnya, Nabi Ibrahim pergi ke Mekah untuk memenuhi kewajibannya kepada Allah.
Sebelumnya, Nabi Ibrahim terlebih dahulu memberitahukan hal tersebut kepada Ismail. Ismail memang seorang anak saleh yang sangat taat kepada Allah dan berbakti kepada kedua orangtuanya.
Ketika sang ayah memberitahukan tentang perintah Allah yang harus dilaksanakan, Ismail berkata, “Wahai Ayah, laksanakanlah perintah Allah tersebut. Insya Allah, engkau akan menemuiku sebagai orang yang sabar dan patuh kepada perintah Allah. Aku hanya minta beberapa hal pada saat ayah akan melaksanakan perintah Allah. Pertama, Ayah harus mengikatku kuat-kuat agar aku tidak banyak bergerak. Kedua, lepaskan pakaianku agar darahku tidak mengenai pakaian dan menyebabkan berkurangnya pahalaku atau membuat ibu bersedih. Ketiga, tajamkanlah pisau ayah dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaanku. Keempat, sampaikanlah salamku kepada ibu, berikanlah pakaianku ini sebagai obat penghibur untuknya.”
Nabi Ibrahim pun memejuk Ismail dan mencium kedua belah pipinya. Beliau lalu berkata. “Aku sangat bahagia memiliki seorang putra sepertimu, yang taat kepada Allah dan berbakti kepada orangtua.”
Mereka pun pergi ke sebuah bukit. Di bukit itu, Ismail diikat tangan dan kakinya, kemudian dibaringkan di tanah. Nabi Ibrahim mengambil pisau yang sudah diasahnya dengan tajam. Nabi Ibrahim tidak tega melihat putranya berbaring tak berdaya. Matanya menitikkan air mata tanda duka cita. Akhirnya sambil memejamkan mata, pisau itu diletakkan di leher lsmail dan penyembelihan dilakukan.
Akan tetapi, secara ajaib, pisau yang sudah diasah itu tiba-tiba menjadi tumpul di leher Ismail. Inilah salah satu mukjizat dari Allah yang mengukuhkan bahwa perintah Allah itu merupakan suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Ismail. Allah hanya ingin menguji ketaatan mereka berdua.
Ismail yang merasakan pisau ayahnya tumpul di lehernya, lalu berkata, “Wahai Ayah, rupanya engkau tidak tega memotong leherku.”
“Aku tidak tahu mengapa pisau ini tumpul. Aku akan mencobanya lagi dengan menelungkupkan badanmu,” ucap Nabi Ibrahim sambil menelungkupkan tubuh Ismail. Beliau mencoba lagi menyembelih dari belakang. Namun, tetap saja gagal. Beliau bingung dan putus asa karena kegagalannya. Dia takut tidak sanggup melaksanakan penintah Allah.
Melihat hal tersebut, Allah berfirman, “Wahai Ibrahim, engkau telah lulus dalam ujian-Ku. Aku akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Ketika mendengarnya, Nabi lbrahim menangis terharu bercampur bahagia. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih seekor domba sebagai ganti Ismail.
Sejak saat itu, Nabi Ibrahim melaksanakan ibadah kurban kepada Allah dengan menyembelih domba dan binatang ternak lainnya.
Ismail pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang cerdas dan rajin beribadah. Ia kemudian meminang seorang gadis dari Bani Jurhum dan hidup bahagia dalam pernikahannya. Sayangnya. Siti Hajar meninggal pada saat Ismail baru menikah.
0 komentar:
Post a Comment