Wednesday, 26 October 2016

Mimpi Sang Raja (Kisah Dalam Al-Quran)

Kisah Dalam Al-Quran

Mimpi Sang Raja
QS. Yusuf; 43-49

Suatu hari, Raja Mesir, penasihat, para arif bijaksana, dan para pembesar berkumpul di istana. Mereka sengaja diundang oleh raja Mesir untuk mengartikan mimpi sang raja. Mimpi itu datang dalam beberapa malam tidurnya sehingga meresahkan sang raja. 

Raja bermimpi seakan-akan melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus. Di samping itu. raja juga bermimpi melihat tujuh butir gandum hijau di samping tujuh butir lainnya yang kering. 

Tidak ada seorang pun di antara para pembesar dan para arif bijaksana yang dapat mengartikan mimpi tersebut. Bahkan, sebagian dari mereka menganggap mimpi itu tidak berarti apa-apa. Mereka menganjurkan agar raja tidak memikirkan mimpi tersebut. 

Pada saat itu, pelayan istana yang pernah ditolong Nabi Yusuf sedang menyuguhkan makanan dan minuman. Dia mendengar percakapan raja dengan para tamunya. Lalu. dia teringat pesan Nabi Yusuf untuk menceritakan tentang dirinya. Dia juga teringat bahwa Nabi Yusuf telah mengartikan mimpinya dengan tepat. Maka, dia pun memberanikan diri mendekati sang raja. 


“Wahai Paduka Raja, hamba punya teman yang pandai mengartikan mimpi. Sekarang, dia berada di dalam penjara. Dia seorang pemuda yang berbudi luhur dan cerdas. Dia dipenjara, padahal dia tidak melakukan kesalahan. Dia dijebloskan ke sana karena adanya fitnah dan tuduhan palsu. Ketika hamba berada di dalam penjara, dialah yang mengantikan mimpi hamba dan ucapannya tepat seperti yang hamba alami. Jika Paduka berkenan. hamba akan menemuinya untuk menanyakan tentang anti mimpi Paduka.” 

Raja merasa senang dengan ucapan pelayan tersebut. Harapannya untuk mengartikan mimpinya pun muncul. Raja lalu mengizinkan pelayan untuk mengunjungi Nabi Yusuf di dalam penjara.

Pelayan istana sangat senang begitu melihat Nabi Yusuf dalam keadaan sehat. Dia segera menyampaikan mimpi raja dan menceritakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengartikan mimpi tersebut. Pelayan itu berkata bahwa bila Nabi Yusuf dapat mengartikan mimpi raja dengan benar, kemungkinan besar raja akan membebaskannya dari penjara. Nabi Yusuf pun mencoba menafsirkan mimpi itu. 

“Negara akan menghadapi masa makmur dan subur selama tujuh tahun. Tanaman seperti sayuran dan gandum akan tumbuh dengan melimpah ruah. Kemudian, akan menyusul masa paceklik selama tujuh tahun berikutnya. Tumbuh-tumbuhan akan rusak. Akan tetapi, setelah itu akan tiba tahun basah. Hujan akan turun dengan derasnya menyirami tanah-tanah yang kering dan tanaman akan kembali menghijau. “

“Aku akan segera menyampaikan anti mimpi raja tersebut.”

“Baiklah, sampaikan juga pesanku, bahwa pada saat masa subur, kerajaan harus menyisihkan sebagian basil panennya untuk masa paceklik.”

Setelah mendengar kata-kata Nabi Yusuf, pelayan istana pun berpamitan. Dia segera menyampaikan kata-kata Nabi Yusuf kepada raja. Raja mendengarkan dengan seksama dan segera memercayai kata-kata Nabi Yusuf. Raja merasa Nabi Yusuf pastilah orang yang bijaksana, maka ia menyuruh pelayan untuk membawa Nabi Yusuf menghadapnya ke istana. 

Singkat cerita, Nabi Yusuf menghadap raja yang telah menunggunya. Raja senang bisa bertemu dengan Nabi Yusuf. Perkiraannya benar. Nabi Yusuf memang orang yang sangat bijaksana. Oleh karena itu, raja langsung memerintahkan agar Nabi Yusuf dibebaskan dan penjara. 

“Aku sudah banyak mendengar tentangmu. Setelah aku bertemu denganmu, aku menjadi yakin bahwa engkau memang orang yang bijaksana. Karena engkau sudah bisa mengartikan mimpiku, maka aku akan membebaskanmu dari penjara.” 

“Ampuni hamba, Paduka Raja. Hamba ingin dibebaskan dari penjana dalam keadaan bersih dari
tuduhan apa pun. Sesungguhnya, hamba tidak bersalah.” 

“Baiklah, permintaanmu itu menunjukkan bahwa engkau berhati suci. Aku akan mengabulkan permintaanmu.” 

Raja pun mengumpulkan para wanita yang telah menghadiri jamuan makan Zulaikha. Di hadapan sang raja mereka menceritakan apa yang mereka lihat dan alami dalam acara jamuan tersebut. Mereka menyatakan kesan mereka tentang Nabi Yusuf bahwa Nabi Yusuf adalah seorang yang saleh dan jujur. Mereka juga menyatakan bahwa bukanlah Nabi Yusuf yang bersalah, melainkan Zulaikha. Zulaikha pun akhirnya mengakui bahwa dialah yang bersalab dalam peristiwa tersebut. Dia juga mengakui bahwa dialah yang meminta suaminya untuk memenjarakan Nabi Yusuf. 

Hasil pertemuan tersebut diumumkan raja kepada seluruh masyarakat. Akhirnya, masyarakat tahu kejadian yang sesungguhnya sehingga nama Nabi Yusuf yang sempat tercemar bisa bersih kembali. 

Baca juga kisah dalam Al Quran berikutnya pada postingan yang berjudul : Bendahara Negeri Mesir (Kisah Dalam Al-Quran)

0 komentar:

Post a Comment

Tabir Wanita