Sunday, 30 October 2016

Cara Mengimani Kitab-Kitab Allah (Al-Quran Dan Selain Al-Quran)

cara mgnimani al quran, bilik islam
Cara Mengimani Kitab A1-Qur’an
  1. Meyakini akan kebanaran isi, keaslian, kemurnian, dan kesucian alQ ur’an.
  2. Berusaha mempelajari bacaan al-Qur’an sehingga dapat membacanya sesuai ilmu tajwid yang benar.
  3. Membacanya dengan istiqamah (rutin) seperti setelah maghrib dan sebagainya
  4. Berusaha mempelajari isinya secara berangsur-angsur sehingga dapat mengerti dengan benar isi kandungan al-Qur’an yang dibacanya.
  5. Berusaha mengamalkan isi al-Qur’an, setelah kita mengetahui arti dan maksud ayat demi ayat, misalnya: melaksanakan yang diperintahkan seperti shalat, puasa, berbakti kepada orang tua, dan sebagainya. Menjauhi larangannya seperti meninggalkan shalat, membantah perintah orang tua, meminum barang yang memabukkan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
  6. Mencintai al-Qur’an dan menjadikan hiasan hati, lisan (suara) dan hiasan ruangan.
  7. Mendakwahkan al-Qur’an, maksudnya adalah bila kita sudah pandai membaca maka ajak dan ajari orang lain agar bisa membaca. Bila kita mengerti isi dalam kandungan al-Qur’an maka beritahu orang lain agar mereka mengerti dan tidak dalam kesesatan dan dalam kemaksiatan.

Cara Mengimani Kitab-kitab selain Al-Qur’an
  1. Meyakini adanya kitab Taurat, Zabur dan Injil. Maksudnya adalah kita harus yakin bahwa Allah SWT telah menurunkan 3 kitab kepada para rasul sebelum Kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
  2. Sebagai seorang muslim tidak diwajibkan memahami dan mempelajari serta mengamalkan isi yang terkandung dalam kitab Taurat, Zabur dan Injil. Namun kita mengamalkan al-Qur’an berarti kita telah mengamalkan kitab-kitab yang lain. Dan setelah turunnya al-Qur’an sebagai penyempurna kitab-kitab terdahulu merupakan bukti dan titik awal berlakunya kitab-kitab yang lain.
  3. Menghormati para pengikut kitab-kitab yang lain, dengan cara tidak ikut campur dan tidak mengganggu mereka, hal itu sebagai wujud adanya demokrasi dalam negara Islam.

Tempat Tinggal Malaikat

bilik islam
Kedudukan dan tempat tinggal para Malaikat adalah dilangit, sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya : “Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan Malaikat-malaikat yang bertasbih memuji Rabb-Nya juga memohon ampunan bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Asy-Syuuraa:5).

Allah Ta’ala telah mensifati para Malaikat bahwa mereka berada di sisi-Nya. Allah SWT berfirman :
Artinya: “Jika orang-orang itu menyombongkan diri, maka mereka (Malaikat) yang di sisi Rabb-Mu justru bertasbih kepada-Nya siang dan malam, dan mereka tidak pernah merasa jemu.”(OS. Fushshilat:38)

Mereka turun ke dunia dengan perintah Allah SWT untuk menunaikan berbagai urusan yang diembankan kepada mereka Allah SWT berfirman :
Artinya :“Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Rabb-Mu.  Milik-Nya segala yang ada dihadapan kita, yang ada dibelakang kita dan segala yang ada diantara keduanya, dan Rabb-Mu tidaklah lupa.” (QS. Maryam:64).

Dan seringkali turunnya mereka adalah pada kesempatan-kesempatan tertentu, seperti malam Lailatul Qodar. Allah SWT berfirman  :
Artinya: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para Malaikat dan Ruh (Jibril) dengan idzin Rabb-Nya untuk mengatur semua urusan .“ (QS. Al- Qodr: 3-4).

Saturday, 29 October 2016

Tabiat Dan Kebiasaan Para Malaikat

tabiat malaikat, kebiasaan malaikat, bilik islam
Malaikat bertabi’at untuk selalu taat kepada Allah Ta’ala. Malaikat tidak memiliki kemampuan untuk bermaksiat kepada Allah. Mereka selalu menjahui maksiat kepada Allah dan selalu bersikap taat karena Allah Ta’ala menciptakan mereka demikian. Para Malaikat sedikitpun tidak dibebani kemampuan untuk bermaksiat, karena tidak ada syahwat atau hawa nafsu pada diri mereka. 

Secara mutlak para Malaikat adalah makhluk yang diperintahkan untuk selalu beribadah dan melakukan ketaatan. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala :
Artinya: “Mereka takut kepada Rabb Yang (berkuasa) di atas mereka dan melaksanakan apa-apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (QS. An-Nahl: 50)

Dalam ayat ini, mereka -para Malaikat-  juga merasa takut kepada Allah SWT, adapun al-khauf (rasa takut) adalah salah satu bentuk takliif(pembebanan) syari’at. Bahkan, ini (al-khauf) adalah termasuk jenis ibadah yang paling tinggi. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala kepada mereka :
Artinya : “Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (Malaikat) dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak member syafa‘at melainkan kepada orang yang diridhai (Allah), dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS. Al-Anbiyaa’ : 28) 

Allah Ta’ala juga berfirman :
Artinya: “Dan syafa’at (pertolongan) di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah di idzinkan-Nya (memperoleh syafa‘at itu). Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka (para malaikat itu), mereka berkata: “Apakah yang telah di imankan oleh Rabb kalian.. ?“  mereka menjawab; “(Perkataan) yang benar, ‘dan Dia-Iah Yang Maha Tinggi, Maha Besar.”(QS. Saba’: 23)

Pengertian Beriman Kepada Kitab Allah

biliki islam
Beriman Kepada Kitab Allah
“Al-Kutub” adalah bentuk jama’ dari “kitab” (penulisan) dengan arti “maktuub” (yang tertulis). Maksudnya pemakaian kata itu di sini ialah : Kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada rasul-Nya sebagai rahmat dan petunjuk bagi makhluk, agar mereka mencapai dengannya kebahagian dunia akhirat. 

Iman kepada kitab-kitab Allah termasuk salah satu rukun Iman dari enam Rukun Iman yang harus kita yakini. Arti iman pada kitab-kitab Allah adalah berkeyakinan penuh bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang dia turunkan atas rasul-rasul-Nya untuk hamba-hamba-Nya dengan membawa kebenaran yang nyata dan bahwa kitab-kitab itu adalah Kalam (kalimat) Allah yang Dia berbicara dengan itu menurut hakekatnya sebagaimana yang Dia kehendaki dan dengan cara yang Dia inginkan. 

Baca juga : Cara Mengimani Kitab Al-Quran

Al-Our’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupan, agar memperoleh kebahagiaan lahir dan batin, di dunia dan akhirat kelak. Konsep-konsep yang dibawa al-Qur’an selalu relevan dengan problema yang dihadapi manusia karena ia turun untuk berdialog dengan setiap umat yang ditemuinya sekaligus menawarkan pemecahan terhadap problema tersebut kapan dan di manapun mereka berada. Oleh sebab itu, al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar dan sekaligus melengkapi Kitab-kitab sebelumnya, yakni Zabur, Taurat dan injil.

Pengertian Beriman Kepada Kitab Allah

Pengertian beriman kepada kitab-kitab Allah yaitu mempencayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para rasul yang berisi wahyu Allah supaya disampaikan isi dan kandungannya kepada umat manusia. Kumpulan wahyu itu ada yang disebut suhuf. 

Sebagai orang Islam kita wajib mempercayai semua kitab dan suhuf yang telah diturunkan Allah kepada para rasul-Nya. 

Allah berfirman dalam surah an-Nisa ayat 136 yang artinya sebagai benikut:
“Wahai orang-orang yang beriman, Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada kitab (al-Qur’an) yang diturunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang diiturunkan sebelumnya, Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh” (QS. An-Nisa ayat 136) 

Pada ayat di atas, dengan tegas Allah mengingatkan kepada orang yang beriman agar tetap menjaga keimananNya, jangan sampai menjadi orang yang kufur (kafir), Allah juga mengisyaratkan jika tidak mengimani kitab-kitab-Nya maka seseorang akan jauh bersesat. Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang Islam agar tidak tersesat. 

Beriman berarti percaya dengan sungguh-sungguh kepada sesuatu. Beriman kepada Kitab Allah berarti percaya bahwa Allah SWT telah menurunkan beberapa Kitab kepada para Nabi dan Rasul untuk disampaikan dan diajarkan kepada seluruh umat manusia sebagai pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. 

Umat Islam yang rajin membaca al-Qur’an berarti telah beriman kepada Allah. Karena dengan membaca al-Qur’an berarti kita percaya pada kitab-kitab Allah. Sedangkan percaya kepada kitab-kitab Allah termasuk salah satu rukun iman yang ketiga. Sebagai seorang muslim kita harus membiasakan diri untuk selalu membaca dan mengamalkan ajaran al-Qur’an. Sudahkah kamu mengamalkan ajaran al-Qur’an?

Thursday, 27 October 2016

Sayap Malaikat Dan Keindahan Malaikat

sayapsayap malaikat, bilik islam
Sayap-sayap Malaikat
Malaikat memiliki sayap-sayap sebagaimana yang telah Allah Ta’ala kabarkan kepada kita. Diantara mereka ada yang memiliki dua pasang sayap, ada yang tiga, ada yang empat, dan ada yang lebih banyak lagi dari itu. Firman Allah :
Artinya: “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. “ (QS. aathir: 1) 

Makna dan, “Allah menjadikan mereka sebagai sosok yang bersayap,” yaitu sebagian mereka (Malaikat) memiliki dua pasang sayap, ada yang lebih banyak lagi.

Indahnya Malaikat
Allah Ta’ala menciptakan Malaikat dalam penampakan yang indah dan mulia. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang Jibril,
Artinya: “Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai keteguhan maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa).” (QS.An-Najm:5-6).

Ibnu ‘Abbas RA, berkata (Dzu Marratin) dalam ayat QS. An-Najm tersebut, yaitu “indah untuk dilihat.” Qatadah RA berkata, “yaitu memiliki postur yang tinggi lebih indah.” Ada pula yang mengatakan (Dzu Marratin), yaitu “yang memiliki kekuatan.” Tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat tersebut, yaitu lafadz tersebut artinya kuat dan indah untuk dilihat. 

Sesungguhnya manusia juga telah menetapkan bahwa Malaikat itu memliki penampakan yang indah, sebagaimana mereka menetapkan bahwa setan itu memiliki penampakan yang buruk. Oleh karena itu, dapat anda sekalian saksikan bahwa mereka menyerupakan orang yang tampan dengan Malaikat. 

Perhatikan apa yang dikatakan para wanita mengenai Yusuf AS, tatkalah mereka melihatnya.
Allah SWT berfirman :
Artinya: “Maka ketika perempuan itu mendengar cercaan mereka, Ia pun mengundang perempuan-perempuan lain dan disediakannya tempat duduk bagi mereka, dan kepada masing-masing mereka diberikan sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian Ia berkata (kepada Yusuf), “Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka “Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya, mereka terpesona kepada (keelokan rupa) nya, dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri. Seraya berkata,” Maha sempurna Allah ini bukan manusia. ini benar-benar malaikat yang mulia.”(QS. Yusuf:31).

Adakah Keserupaan Bentuk dan Rupa antara Malaikat dan Manusia?

Imam Muslim RA meriwayatkan dalam kitab Shahihnya, demikian juga Imam At-Tirmidzi RA dalam kitab Sunahnya, dan sahabat Jabir Ia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda. “Telah diperlihatkan kepadaku para Nabi. Ternyata diantara mereka ada Musa, seolah-olah ia bagian dari orang-orang Kabilah Syam-ah.Dan aku melihat ‘isa bin Maryam, aku melihat ternyata orang yang paling mirip dengannya adalah ‘Urwah bin Mas‘ud. Beliau melanjutkan sabdanya:
Artinya: “Dan aku juga melihat Ibrahim, aku lihat ternyata orang yang paling mirip dengannya adalah sahabat kalian ini (yaitu beliau sendiri). Dan aku juga melihat Jibril, dan aku lihat ternyata orang yang paling mirip dengannya adalah Dihyah. 

Apakah keserupaan ini benar-benar terjadi (secara hakiki) antara rupa Jibril yang sesungguhnya dengan rupa Dihyah al-Kalbi ? Ataukah keserupaan tersebut terjadi disaat malaikat Jibril menampakan diri dengan rupa manusia ? Yang benar adalah yang terakhir (yaitu terjadi disaat Jibril menampakan diri dengan rupa manusia).

Monday, 24 October 2016

Perbedaan Antar Malaikat Dalam Postur (Ukuran) Dan Kedudukan

bilik islam
Malaikat tidak diciptakan dalam satu rupa dan ukuran. Sebagian antara mereka memiliki dua sayap, sedangkan Jibril memiliki 600 sayap. Dan di sisi Allah SWT, mereka memiliki kedudukan yang berbeda-beda yang telah diketahui. Allah SWT berfirman :
Artinya “Dan tidak satu pun diantara kami (malaikat) melainkan masing-masing mempunyai kedudukan tertentu.” (QS.Ash-Shaaffaat: 164). 

Allah Ta’ala berfirman tentang Jibril :
Artinya : Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang memiiki kekuatan, memiiki kedudukan tinggi disisi (Allah) Yang memiliki ‘Arsy, yang disana (dialam malaikat) Ia ditaati dan dipercaya. “(QS. At-Takwiir: 19-2 1).

Maksudnya, Jibril memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia disisi Allah SWT. Dan termasuk Malaikat yang paling utama adalah Malaikat yang menghadiri (turut serta) dalam perang Badar. Disebutkan didalam Shahih al-Bukhari, dan Rifaah bin Raafi RA, bahwa Jibril mendatangi Nabi Muhammad SAW seraya berkata, “Bagaimana anggapan kalian atas orang-orang yang mengikuti perang Badar? “mereka adalah yang terbaik diantara kami.” Jawab Beliau. Jibril pun berkata, “Demikian juga malaikat yang mengikuti perang Badar, mereka disisi kami adalah malaikat-malaikat yang terbaik.”

Saturday, 10 September 2016

Nama-nama Dan Tugas Malaikat

tugas malaikat, nama malaikat
Walaupun malaikat itu makhluk gaib, tetapi kita wajib mempercayai adanya malaikat. Percaya kepada malaikat-malaikat Allah SWT adalah rukun iman yang kedua. 

Secara keseluruhan jumlah malaikat itu banyak sekali. Jumlah yang pasti hanya Allah saja yang mengetahui. Tetapi, kita selaku umat Islam hanya diwajibkan mengetahui 10 malaikat saja. Berikut ini adalah nama kesepuluh malaikat tersebut, yaitu :

1. Malaikat Jibril
2. Malaikat Mikail
3. Malaikat rsrafil
4. Malaikat Izrail
5. Malaikat Munkar
6. Malaikot Nakir
7. Malaikat Raqib
8. Malaikat Atid
9. Malaikat Malik
10. Malaikat Ridwan 

Tugas-tugas Malaikat
Malaikat tidak dikarunial oleh Allah hawa nafsu seperti manusia, sehingga malaikat tidak akan menentang perintah Allah seberat apapun itu. Semua tugas yang diberikan Allah akan dilaksanakannya dengan sempurna. Para malaikat pun tidak pernah memiliki pamrih tertentu atau memohon balasan atas ketaatannya kepada Allah SWT. 

Tugas kesepuluh Malaikat adalah sebagai berikut:
  1. Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu dari Allah SWT. untuk para Nabi dan rasul-Nya.
  2. Malaikat Mikail bertugas mengatur pembagian rezeki kepada makhluk Allah SWT., seperti mengatur hujan, memberi buah kepada tumbuhan dan mengatur tingkat kebaikan kepada tanaman.
  3. Malaikat Israfil bertugas meniup terompet sangkakala. Apabila ditiup pertama kali maka semua makhluk akan mati, dan ketika ditiup untuk kedua kalinya maka semua makhluk akan hidup kembali.
  4. Malaikat lzrail berugas mencabut nyawa semua makhluk. Malaikat Izrail disebut juga malaikat maut.
  5. Malaikat Munkar bertugas memeriksa amal perbuatan dan mengajukan pertanyaan kepada manusia di alam barzah atau alam kubur.
  6. Malaikat Nakir bertugas seperti malaikat Munkar.
  7. Malaikat Raqib bertugas mencatat amal perbuatan manusia yang baik.
  8. Malaikat Atid bertugas mencatat amal perbuatan manusia yang buruk.
  9. Malaikat Malik bertugas menjaga pintu neraka, bersifat keras dan tidak mempunyai belas kasihan kepada penghuni neraka.
  10. Malaikat Ridwan bertugas menjaga pintu surga, bersifat lemah lembut, dan ramah kepada penghuni surga. 

Agar mudah dihafal, perhatikan di bawah ini : 

Malaikat Jibril : Menyampaikan wahyu
Malaikat Mikail : Menyampaikan rezeki
Malaikat Israfil : Meniup sangkakala
Malaikat Izrail : Mancabut nyawa
Malaikat Munkar : Menanyai manusia di dalam kubur
Malaikat Nakir : Menanyai manusia di dalam kubur
Malaikat Raqib : Mencatat perbuatan baik manusia
Malaikat Atid : Mencatat perbuatan buruk manusia
Malaikat Malik : Menjaga neraka
Malaikat Ridwan : Menjaga surga

Pengertian Malaikat Dan Hubungannya Dengan Allah

arti malaikat, apa itu malaikat
Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah ingkar. Malaikat sangat patuh terhadap perintah Allah SWT. Malaikat tercipta dari cahaya atau nur. Orang yang beriman kepada Allah ia harus juga beriman kepada adanya malaikat-malaikat Allah. 

Allah menciptakan malaikat untuk membantu-Nya dalam mengatur kehidupan manusia. Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah ingkar. Malaikat sangat patuh terhadap perintah Allah SWT. Malaikat tercipta dari cahaya atau nur. Orang yang beriman kepada Allah Ia harus juga beriman kepada adanya malaikat-malaikat Allah. 

Malaikat berbeda dengan manusia dan makhluk lainnya, baik sifat maupun asal penciptaannya. Malaikat diciptakan dari nun atau cahaya, sedangkan manusia dari tanah. Malaikat tidak dapat dilihat dengan mata karena mereka makhluk yang gaib. 

Walaupun begitu, khusus kepada para nabi dan rasul Allah, di antara malaikat itu ada yang menampakkan diri, bahkan dipertemukan oleh Allah. Malaikat kadang-kadang datang kepada nabi dan rasul dengan menjelma sebagai manusia. Kadang-kadang datang dengan bentuk aslinya. Kadang-kadang ia juga datang dengan suara seperti suara gemenincing lonceng.

Malaikat selalu tunduk dan patuh menjalankan tugas yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Mereka tidak pernah menentang atau melanggar perintah Allah. Mereka tidak pernah merasakan payah atau bosan dalam menunaikan tugasnya. Malaikat juga tidak pernah ingkar atau mengeluh. Malaikat adalah makhluk yang taat menjalankan perintah Allah.

Menurut bahasa (etimologi), Malaikat berarti utusan. Lafadznya dari akar kata al-aka dengan wazan (timbangan) maf’ala yang huruf hamzahnya diharakati setelah huruf sebelumnya disukun. Kata ini berarti ar-risaalah (surat), baik huruf laam mendahului hamzah sebagaimana (al-malak) maupun huruf hamzahnya mendahulul huruf laam. 

Ibnu Manshur ra. mengatakan bahwa pengertian dari Malaikat adalah arr isaalah (surat) artinya Malaikat, karena ia menyampaikan risalah dari Allah Ta’ala.

Secara istilah (termenologi), Malaikat berarti sosok yang lembut (halus) yang diberikan kemampuan menyerupai beragam bentuk makhluk yang berbeda, yang bertempat tinggal di langit. (Lihat Fathul Baari, Vl/368). 

Dalam Kitab Syarah Durusul Muhimmah Li Amatil Ummah, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazra mengartikan Malaikat sebagai makhluk ghaib yang diciptakan dari cahaya yang senantiasa menyembah Allah "Azza wa Jalla.” 

Malaikat tidak sedikitpun darinya sesuatu yang menjadi kekhususan Rububiyyah dan Uluhiyyah. Allah ‘Azza wa Jalla telah menganugerahkan kepda mereka (Malaikat) ketaatan penuh terhadap perintah-Nya dan kekuatan untuk melakukan ketaatan itu. Allah berfirman :

“Dan kepunyaan-Nya siapa yang ada di langit dan di bumi. Dan para Malaikat yang ada disisi-Nya tidaklah mereka menyombongkan diri dan menyembah-N ya dan tidak pula mereka merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiyaa’: 19-20).

Pengertian Beriman Kepada Malaikat Allah SWT

iman kepada malaikat
Meyakini dan mengimani Malaikat Allah merupakan salah satu Rukun iman. Siapa yang tidak meyakini dan mengimani Malaikat Allah. sama halnya dengan tidak beriman kepada Allah. Beriman berarti percaya dengan sungguh-sungguh kepada sesuatu. Beriman kepada Malaikat berarti percaya bahwa Malaikat itu ada meskipun tidak pernah dilihat. Iman kepada Malaikat Allah merupakan rukun iman yang kedua setelah beriman kepada Allah SWT. Dengan meyakini adanya Malaikat iman kita menjadi tebal sehingga dapat menjadi mukmin yang sejati dan berbuat kebaikan. Sebab merasa selalu ada yang mengawasi semua aktivitas sehari-hari kita. 

Adapun Malaikat merupakan makhluk ghaib ciptaan Allah SWT. Yang berasal dari cahaya (nur). Malaikat selalu taat kepada Allah tanpa pernah membantah tugas yang diberikannya. Malaikat selalu bertasbih menyucikan nama Allah SWT. Wujud malaikat adalah ghaib. Ghaib adalah segala sesuatu yang diyakini keadaannya tetapi tidak tampak atau terlihat oleh kasat mata serta tidak dapat ditangkap oleh panca indra.

Makhluk ghaib ini berbeda dengan makhluk nyata yang bisa dilihat oleh mata, seperti manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Malaikat tidak berjenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan. Malaikat juga mempunyai akal, tetapi oleh Allah tidak diberi hawa nafsu, sehingga tidak mempunyai keinginan, seperti keingmnan  makan dan minum. 

Malaikat tidak pernah berbuat dosa, sehingga termasuk makhluk suci. Jadi untung apabila manusia dapat berperilaku suci sehingga tidak berbuat dosa, seperti para rasul dan Nabi Allah serta umat Allah yang beriman.

Segala tindakan dan gerak gerik kita bahkan ucapan yang keluar dari mulut adalah tidak terlepas dari pengawasan Malaikat, Allah seraya berfiman : “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18). 

Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Malaikat termasuk makhluk ciptaan Allah yang gaib yang tidak dapat dilihat, diraba maupun didengar. Walaupun benar-benar ada. Iman kepada malaikat Allah adalah termasuk salah satu rukun iman yang ke 2. Sesungguhnya Iman kepada Malaikat merupakan salah satu prinsip dan pninsip-pninsip Aqidah. Tidak sempurna iman seseorang melainkan dengan beriman kepada para Malaikat. Malaikat merupakan bagian dari alam ghaib yang dengannya Allah memuji orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang percaya kepada berita-berita yang telah disampaikan Allah SWT dan Rasul-Nya Nabi SAW. 

Iman kepada Malaikat merupakan rukun kedua dari rukun-rukun Iman. Arti iman pada Malaikat : membenarkan sepenuh hati sesungguhnya Allah SWT mempunyai Malaikat yang diciptakan dari cahaya, mereka tidak bermaksiat kepada Allah SWT pada apa yang Dia perintahkan dan mereka melakukan pada apa yang dipenintahkan oleh Allah SWT kepada mereka.

Meyakini Keagungan Dan Kesempurnaan Allah SWT

Keagungan Allah, iman kepada allah. kesempurnaan allah
A.    Sifat Wajib bagi Allah
Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah. Maka, wajib juga dipercayai akan sifat Allah yang dua puluh dan perlu diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah. Sifat yang mustahil bagi Allah merupakan lawan kepada sifat wajib.
Marilah kita mengenal 20 sifat wajib bagi Allah SWT, yaitu : 


B. Sifat Mustahil bagi Allah
Kita wajib mengetahui 20 sifat mustahil bagi Allah SWT. Mustahil artinya tidak dapat dibenarkan oleh akal, atau sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Adapun sifat-sifat mustahil bagi Allah, ialah segala sifat yang berlawanan dengan sifat-sifat yang wajib bagi Allah, yaitu : 


C. Sifat Jaiz bagi Allah
Disamping sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah ada lagi sifat boleh atau sifat jaiz yang dimiliki oleh Allah. Sifat jaiz bagi Allah hanya ada satu, artinya boleh atau mungkin bagi Allah menjadikan sesuatu itu “ada” atau boleh atau mungkin juga membuatnya “tidak ada”, maksudnya disini boleh melakukannya atau meninggalkannya. Allah sangat berkuasa untuk memilih, membuat sesuatu atau meninggalkannya. 

Firman Allah SWT : Artinya: “Allah wenang menjadikan sesuatu atau meninggalkannya”. 

Dan dalam pembuatan apa saja Allah itu tidak dipaksa atau terpaksa. Contohnya, boleh atau mungkin bagi Allah menciptakan langit, bumi dan matahari dan lain-lain dan dilain pihak boleh atau mungkin juga bagi Allah untuk tidak menciptakannya. Tidak wajib bagi Allah membuat sesuatu seperti menghidupkan atau mematikan tapi Allah mempunyai hak muthlaq untuk menghidupkan atau mematikan.

Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilih-Nya.” (QS. Al Qashash: 68). 

Artinya : “Kepunyaan AIlah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya, Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Ma’idah: 17) 

Jelasnya, tidak seorangpun dari makhluk Allah yang berhak untuk memaksa Allah untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Karena Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa. Kekuasaanya tidak bisa dipaksa. Jika bisa dipaksa berarti wajib dilakukan. Maka mustahi bagi Allah memiliki sifat.

Wednesday, 7 September 2016

Malaikat Tidak Makan, Tidak Minum, Tidak Bosan Dan Tidak Letih (Iman Kepada Malaikat)

rukun iman, bilik islam
Malaikat Tidak Makan dan Tidak Minum
Sebelumnya, telah diulas pada postingan sebelumnya bahwa para Malaikat tidak disifati dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan,demikian pula mereka tidak butuh kepada makanan manusia serta minuman mereka. 

Allah SWT telah mengabarkan kepada kita tentang Malaikat yang mendatangi Nabi Ibrahim RA dalam rupa manusia, maka Nabi Ibrahim AS menyuguhkan makanan kepada mereka akan tetapi tangan mereka tidak menyentuh makanan tersebut sedikit pun. Maka Nabi Ibrahin pun merasa takut kepada mereka, hingga ditampakkanlah hakikat (bahwa) mereka (adalah Malaikat, dan hilanglah rasa takut Nabi Ibrahim RA kemudian beliau pun beristhigfar kepada Allah. 

Allah SWT berfirman :
Artinya: “Sudahkah sampai kepadamu (wahai Muhammad) cerita para tamu Ibrahim (yaitu para Malaikat) yang dimuliakan ? (lngatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalau mengucapkan, “Salaam” Ibrahim pun menjawab, ‘Salaam ‘(Mereka itu) orang-orang yang belum dikenainya. Maka diam-diam Ia (Ibrahim) pergi menemul keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada mereka (tetapi mereka tidak mau makan). Ibrahim, berkata, “Mengapa tidak kamu makan?” Maka Ia (Ibrahim) merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, “Janganlah kamu takut“ dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (ishaq).” (QS. Adz-Dzaariyaat:24.28)
 
Dalam ayat yang lain, Allah SWT befirman : 
Artinya : “Maka, ketika (Nabi Ibrahim) melihat tangan mereka takut ketika tidak menjamah (hidangan tersebut), Ibrahim pun mencurigai mereka dan merasa takut kepada mereka. Mereka (para Malaikat) berkata, ‘Jangan takut Seseungguhnya kami adalah (Malaikat-Malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.” (QS. Huud: 70) 

Para Malaikat Tidak Merasakan Bosan dan Tidak Letih
Para Malaikat senantiasa beribadah kepadah Allah SWT,taat kepada-Nya serta melaksanakan perintah-perintah-Nya tanpa rasa letih dan bosan. Tidaklah mereka merasakan apa yang umumnya dirasakan oleh manusia dan perkara tersebut. 

Allah Ta’ala berfirman tentang sifat para Malaikat :
Artinya : “Mereka (Malaikat-malaikat) itu bertasbih malam dan siang, tidak ada henti-hentinya.” (QS.Al-Anbiyaa’:20) 

Makna (Laa Yafturun) dalam surat Al- Anbiya ayat 20 adalah tidak merasa lemah.
 
Dalam ayat lain, Allah SWT Berfirman :
Artinya : “Jika orang-orang itu menyombongkan diri,maka mereka (Malaikat) yang di sisi Rabb-Mu justru bertasbih kepada-Nya siang dan malam, dan mereka tidak pernah merasa jemu.” (QS. Fushshilat:38)

Jenis Kelamin Malaikat (Iman Kepada Malaikat)

sifat kelamin malaikat
Malaikat Tidak Disifati dengan Jenis Laki-laki maupun Perempuan
Diantara sebab sesatnya manusia ketika berbicara tentang alam ghaib bahwa sebagian mereka berusaha untuk menakar alam ghaib ini dengan ukuran manusia yang bersifat duniawi. Maka, pernah kami dapati salah seorang diantara mereka dalam makalahnya disebuah koran mereka merasa heran bahwa Jibril pernah datang kepada Rasullah SAW. 

Bagaimana mungkin Jibril mampu datang dalam kecepatan yang luar biasa ini, sementara cahaya saja membutuhkan berjuta-juta tahun cahaya untuk sampai dari satu bintang ke bintang yang lain dilangit ? 

Orang seperti ini tidak mengerti,bahwa perumpamaannya adalah seperti perumpamaan nyamuk yang berusaha untuk mengukur kecepatan pesawat terbang dengan suatu kadar ukuran tertentu.Andai saja orang tersebut memikirkan perkara tersebut, niscaya ia akan mengetahui bahwa alam Malaikat memiliki kadar-kadar ukuran yang sama sekali berbeda dengan ukuran-ukuran yang berlaku pada kita selaku manusia. 

Sungguh dalam perkara ini, orang-orang musyrik Arab yang menyangka bahwa Malaikat adalah berjenis perempuan telah sesat. Perkataan mereka yang jauh dari kenyataan ini bercampur dengan khurafat yang lebih besar, dimana mereka menyangka bahwa para Malaikat adalah anak-anak perempuan Allah SWT. 

Al-Qur’an mengajak mereka berdialog mengenai dua perkara ini. Al Qur’an telah menjelaskan bahwa (keyakinan) mereka tidak bersandar kepada dalil yang Shahih dalam perkara yang menjadi pendapat mereka,dan ucapan mereka adalah ucapan yang serampangan.Yang mengherankan juga adalah bahwasanya mereka menisbatkan anak-anak perempuan bagi Allah SWT. Padahal mereka tidak suka dengan anak-anak perempuan. Tatkala salah seorang diantara mereka diberi kabar gembira dengan dikaruniai rizqi berupa anak perempuan, maka merah padamlah wajahnya disertai kemarahan yang sangat. Terkadang ia bersembunyi dari khalayak karena malu yang disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Adakalanya, ia bersikap melampaui batas sampai-sampai ia tega menguburkan anak perempuan tersebut kedalam tanah hidup-hidup. 

Bersamaan dengan itu semua, mereka justru menisbatkan anak kepada Allah SWT,dan menyangka bahwa anak-anak tersebut adalah perempuan. Demikianlah khurafat tersebut tumbuh dan menyebar diakal orang-orang yang tidak disinari hidayah (petunjuk dari Allah SWT). Simaklah ayat berikut yang menceritakan khurfat ini disertai dialog bersama para pelaku khurafat tersebut. 

Allah SWT berfirman :
Artinya : “Maka tanyakanlah (Muhammad) kepada mereka (Orang-orang kafir Mekah), “Apa anak perempuan itu untuk Rabb mu sedangkan untuk mereka anak laki-laki ? Atau apakah kami menciptakan Malaikat-malaikat berupa perempuan sedangkan mereka menyaksikan (nya)? Ingatlah Sesungguhnya diantara kebohongannya mereka benar-benar mengatakan, Allah mempunyai anak dan sungguh, mereka benar-benar pendusta Apakah Dia (Allah) memliki anak-anak perempuan dari pada anak-anak laki-laki ? Mengapa kamu tau ? Bagaimana (caranya) kamu menetapkan? Maka mengapa kamu tidak memikirkan ? Ataukah kamu mempunyai bukti yang jelas.” (QS.Ash-Shafaat: 149-156).

Allah SWT telah menjadikan ucapan mereka ini sebagai persaksian yang dengannya mereka nanti akan dihisab. Padahal diantara dosa yang paling besar adalah berbicara atas Nama Allah tanpa dasar ilmu. Allah SWT berfirman : 

Artinya : “Dan mereka menjadikan para Malaikat hamba-hamba (Allah) Yang Maha Pengasih itu sebagai jenis perempuan. Apa mereka menyaksikan penciptaan (Malaikat-malaikat itu)? Kelak akan dituliskan kesaksian mereka dan akan dimintakan pertanggungn (QS.Az-Zukhruf : 19).

Kedudukan Para Malaikat Di Sisi Allah (Iman Kepada Malaikat)

Sebaik-baik sifat yang diberikan kepada Malaikat adalah bahwa mereka hamba-hamba Allah, akan tetapi mereka adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Telah kami sebutkan pengakuan orang-orang musyrik bahwa para Malaikat adalah anak-anak perempuan Allah merupakan pengakuan yang bathil tidak ada kebenarannya sama sekali. 

Allah Azza Wajalla telah mendustakan orang-orang yang berkata demikian dengan ucapan ini (yaitu bahwa para Malaikat adalah hamba-hamba Allah), dan Allah telah menjelaskan tentang hakikat Malaikat serta kedudukan mereka di banyak tempat pembahasan. Allah Ta’ala berfirman :
 
Artinya : “Dan mereka berkata, “ Rabb Yang Maha Pengasih telah menjadikan (Malaikat) sebagai anak.” Mahasuci Dia. Sebenarnya mereka (para Malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (Malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafa‘at melainkan kepada orang-orang yang di Ridhai (Allah), dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. Maka Ia akan kami beri balasan dengan Jahannam. Demikianlah kami memberikan balasan kepada siapa saja yang berbuat zhalim”. (QS. Al- Anbiyaa’: 26-29)

Malaikat adalah hamba yang disifati dengan seluruh sifat ‘Ubudiyah (penghambaan), mereka melakukan pelayanan, dan melaksanakan berbagai perkara yang diberitahukan. Ilmu Allah meliputi mereka. Mereka tidak mampu untuk melampaui perintah dan melanggar berbagai perkara yang diberitahukan mereka. Dan mereka senantiasa merasa takut kepada Allah. Seandainya dimungkinkan sebagian mereka melakukan tindakan melampaui batas, maka sungguh Allah akan meng-adzab mereka sebagai balasan atas pembangkangannya.

Diantara kesempurnaan penghambaan Malaikat adalah mereka tidak mendahului Allah dengan memberikan usulan dan mereka pun tidak menyanggah satu perintah pun dari sekian banyak perintah, melainkan mereka senantiasa menunaikan perintah-penintah-Nya dan bersegera memenuhi seruannya. Allah berfirman :

Artinya : “Mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.”(QS. Al- Anbiyaa’: 27) 

Dan mereka, para Malaikat, tidak mengerjakan sesuatu pun selain yang di perintahkan Allah SWT kepada mereka. Perintah Allah lah yang menggerakkan mereka dan perintah Allah pula yang menghentikan mereka pula.

Inti Kandungan Iman Terhadap Malaikat

iman kepada malaikat, keutamaan iman kepada malaikat.
Iman pada Malaikat Allah SWT Mengandung Empat Perkara
1. Iman dengan keberadaan mereka para malaikat.

2. Iman kepada siapa yang telah kita ketahui namanya diantara mereka dengan namanya itu sendiri, seperti Jibril, sedangkan siapa yang belum kita ketahui namanya, maka kita beriman kepadanya secara global (masuk dalam iman pada keseluruhan Malaikat). 

3. Iman pada apa yang kita ketahui tentang keadaan mereka, seperti sifat Jibril yang Nabi telah mengabarkan bahwa beliau melihatnya, dengan bentuk asli penciptaanya dengan 600 sayap yang telah menutup ufuk. Kadang Malaikat berubah bentuk ke bentuk laki-laki sebagaimana yang terjadi pada Jibril. dalam hadits tentang pertanyaannya masalah iman dan islam yang telah diulas sebelumnya. 

4. Iman pada apa yang telah kita ketahui tentang amal perbuatan mereka dalam merealisasikan perintah-perintah Allah seperli bertasbih dan beribadah kepada Allah siang dan malam, karena sesungguhnya Malaikat tercipta dengan tabi’at-tabi’at menaati Allah SWT. Dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk bermaksiat. 

Allah berfirman :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakamya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan..” (QS. At-Tahrim: 6) 

Jadi, perbuatan mereka meninggalkan kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan merupakan tabi’at penciptaan, Allah tidak membebani mereka sedikitpun mujahadah (perjuangan melawan hawa nafsu) sebab mereka tidak mempunyai syahwat.

Ibadah-Ibadah Para Malaikat (Iman Kepada Malaikat)

mengenal malaikat allah
Para Malaikat adalah hamba-hamba Allah (yang selalu beribadah kepada-Nya), mereka di bebani untuk selalu taat kepada-Nya. Mereka mengerjakan ibadah dan beragam urusan lainnya, dengan mudah dan ringan. Dan akan kami sebutkan di sini sebagian ibadahnya para Malaikat yang telah disebutkan oleh Allah atau yang dikabarkan oleh Rasul-Nya.

1. Malaikat Bertasbih
Para Malaikat senantiasa berdzikir kepada Allah Ta’ala, dan seagung-agung dzikir selalu bertasbih kepada Allah. 

Allah berfirman, yang artinya : “(Malaikat-Malaikat) yang memikul ‘Arsy dan (Malaikat) yang berada di sekeliling ‘Arsy bertasbih dengan memuji Rabb-Nya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beriman (seraya berkata), “Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari adzab Neraka.”(QS. Ghaa fir: 7)

Sebagaimana bertasbihnya para Malaikat, yang mereka secara umum juga bertasbih kepada Allah. Allah berfirman :
Artinya : “Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan Malaikat-Malaikat bertasbih memuji Rabb-Nya dan mereka memohonkan ampunan bagi orang-orang yang ada di bumi. lngatlah, sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Asy- Syuraa’: 5)

Tasbihnya mereka kepada Allah berlangsung secara terus menerus, siang maupun malam. Allah berfirman :
Artinya : “Mereka (Malaikat-Malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang.” (QS. Al-Anbiyaa’: 20) 
 
Dan karena banyaknya tasbih mereka, maka sesungguhnya mereka para Malaikat adalah makhluk yang bertasbih dengan sebenar-benarnya, dan layak bagi mereka untuk berbangga dengan hal itu. Firman Allah :
Artinya : “Dan sesungguhnya kami selalu teratur dalam barisan (dalam melaksanakan perintah Allah). Dan sungguh, kami benar-benar terus bertasbih (kepada Allah).” (QS. Ash-Shaffaat: 165-166) 

Dan tidaklah mereka, para Malaikat, memperbanyak tasbih melainkan karena tasbih adalah dzikir yang paling utama. Sebagaimana telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya, dan Abu Dzaar ra. Ia berkata “Rasulullah ditanya, “Apakah dzikir yang paling utama..? “Beliau menjawab, “Apa yang Allah pilihkan bagi para Malaikat-Nya atau bagi para hamba-Nya, yaitu; Subhaanallaahi wa bihamdih (Mahasuci Allah dan bagi-Nya Segala puji).

2. Majaikat Bersholat
Nabi Muhammad SAW menekankan kepada para sahabat beliau agar supaya meneladani para Malaikat dalam hal berbaris untuk mengerjakan shalat.
Beliau bersabda “Tidakkah kalian berbaris seperti berbarisnya para Malaikat di hadapan Rabb-Nya...” Dan ketika beliau di tanya bagaimana berbarisnya para Malaikat, maka beliau menjawab “Mereka menyempurnakan (dahulu) barisan pertama, kemudian barulah yang setelahnya. Dan mereka (para Malaikat) saling merapat dalam shaf (barisan).” (HR. Al- Jama’ah Bighairi Bukhori). 

Juga dalam ayat Al-Qur’an yang mengabarkan tentang Malaikat :
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami selalu teratur dalam barisan (dalam melaksanakan perintah Allah).” (QS. Ash-Shaaffaat: 165) 

Mereka para Malaikat berdiri, ruku’, dan sujud (dalam rangka beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla). Disebutkan dalam Kitab Musykiilul Aatsaarkaiya Ath-Thahawi juga oleh Ath-Thabrani, Ketika Rasulullah sedang bersama para sahabatnya, beliau bertanya kepda mereka, "Apakah kalian mendengar apa nyang telah aku dengar..? 

Mereka menjawab, Kami tidak mendengar apapun.” 

Lantas beliau bersabda :
“Sesungguhnya aku mendengar rintih kelelahan langit. Dan tidaklah tercela langit tersebut merintih kelelahan, karena tidak ada tempat sejengkal pun melainkan disana terdapat malaikat yang sedang bersujud atau berdiri.”

3. Malaikat Berhaji
Para Malaikat memiliki Ka’bah tersendiri di langut ke tujuh, dimana mereka menunaikan Haji padanya. Ka’bah inilah yang disebutkan oleh Allah SWT dengan nama Baitul Makmur. Allah Ta’ala bersumpah dengannya di Surat At- Thuur : ayat 4 : “Demi Baitul Makmur (Ka’bah)”. 

Rasulullah SAW bersabda di dalam hadist tentang Isra’, yaitu setelah beliau melewati langit yang ketujuh :
Artinya : "Kemudian aku pun di bawa naik ke Baitul Ma’mur. Ternyata setiap hari Ia dimasuki oleh 70 ribu Malaikat, dan mereka tidak kembali kepadanya di akhir kewajiban mereka.” (HR. Muslim) 

Terdapat 70.000 Malaikat yang melakukan ibadah shalat setiap hari kepada Allah dan mengerjakan Thawaf sebagaimana penduduk bumi berthawaf di Ka’bah mereka. Baitul Makmur adalah Ka’bah bagi penduduk langit yang ketujuh. Dan pada suatu ketika Rasulullah mendapati Nabi Ibrahim AS, menyandarkan punggungnya ke Baitul Makmur karena beliaulah yang membangun Ka’bah yang ada di bumi.

Al-Hadz lbnu Katsir ra, juga menyebutkan bahwasanya Baitul Makmur berada tepat di atas Ka’bah, seandainya Baitul Makmur jatuh, maka akan tepat menjatuhi Ka’bah di Kota Mekkah. Disebutkan juga bahwa pada setiap langit terdapat rumah yang digunakan untuk beribadah bagi penghuni langit tersebut, dan mereka mengerjakan shalat di dalamnya. Adapun rumah ibadah yang paling bawah dinamakan Baitul ‘lzzah.
 
4. Takutnya Malaikat Kepada Allah SWT. 
Tatkala pengetahuan para Malaikat tentang Rabb mereka sangatlah besar, maka pengagungan dan rasa takut mereka pun kepada Allah sangatlah besar. Besarnya rasa takut pada Malaikat kepada Rabb mereka dapat tergambar melalui hadist yang diriwayatkan oleh An-Nawwaas bin Sam’an, ia berkata, Rasulullah bersabda :
“Apabila Allah hendak memberikan perintah, maka Allah berbicara dengan wahyu, sehingga seluruh langit-langit pun bergetar karenanya, karena sangat takutnya kepada Allah. Dan apabila hal itu terdengar oleh penduduk langit, maka mereka tersungkur sujud kepada Allah, dan (Malaikat) Yang pertama kali mengangkat Kepalanya adalah Jibril, maka Allah Ta‘ala pun menyampaikan wahyu yang ia inginkan kepada Jibril (HR. Ibnu Janir, lbnu Khuzaimah, Ath-Thabrani, dan Ibnu Abi Khatim dengan lafadz darinya). 

Adapun dalam Kitab Al-Mu’jamu Ausaathkary’a Imam Ath- Thabrani dengan Sanad yang Hasan dari Jabir bahwa Rasulullah bersabda :
“Aku melintasi para Malaikat pada malam aku di Isra‘ kan, sementara Jibril bagaikan alas tikar yang basah karena takut pada Allah Ta’ala.” (Lihat Shahih Al-Jaami’:l//206).

Saturday, 27 August 2016

Kapan Malaikat Diciptakan Dan Dari Apa Malaikat Diciptakan ?

Kapan Malaikat Diciptakan Dan Dari Apa Malaikat DIciptakan ?, penciptaan malaikat, bahan malaikat diciptakan, waktu malaikat diciptakan, kisah malaikat diciptakan, dalil malaikat diciptakan.
1. Bahan Penciptaan Malaikat
Rasulullah SAW. memberitahukan kepada kita dalam hadits yang diriwayatkan dari ‘Aisyah binti Abi Bakar RA. Bahwa bahan yang menyusun penciptaan Malaikat adalah cahaya. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW. “Malaikat diciptakan dari cahaya, Jin diciptakan dari kobaran api, dan Adam diciptakan daii apaapa yang telah diterangkan kepada kalian.” (HR. Imam Muslim). 

Rasulullah SAW tidak menjelaskan secara gamblang kepada kita tentang cahaya seperti apa yang menyusun materi penciptaan Malaikat. Oleh karena itu, kita tidak bisa menyelami permasalahan ini untuk lebih menentukan jenis cahaya tersebut, karena hal itu adalah perkara ghaib yang tidak ada penjelasan yang melebihi penjelasan hadits di atas. 

Sedangkan apa yang diriwayatkan dan lkrimah ra. Bahwa ia berkata:
“Malaikat itu diciptakan dari cahaya kemuliaan, dan Iblis diciptakan dan api kehinaan.” 

Juga apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bahwa ia berkata: “Allah menciptakan Malaikat dari cahaya kedua hasta dan dada.” 

Adapun yang disebutkan oleh Waliyullah ad-Dahiawi di dalam Hujjatul Baalighah (hlm.33), yaitu bahwa Malaa-ul A’laa (para Malaikat) itu terbagi tiga jenis:
  1. Yang Pertama, alam kebenaran, dimana tatanan kebenaran bergantung kepada mereka. Maka mereka diciptakan dalam bentuk jasad dan cahaya, seperti api yang pernah dilihat oleh Nabi Musa, kemudian ditiupkan padanya ruh yang mulia.
  2. Yang Kedua, terjadi percampuran yang tepat di dalam uap-uap tipis dan beberapa unsur yang mengakibatkan bergejolaknya jiwa mulia yang sangat menolak keburukan-keburukan sifat-sifat kehewanan.
  3. Yang Ketiga, mereka adalah jiwa-jiwa manusia yang sumbernya hampir sama dengan sumber Malaikat, dimana ia senantiasa melakukan amalan-amalan yang menyelamatkan yang menjadikan mereka disejajarkan dengan para Malaikat. Kemudian dihilangkan darinya unsur-unsur (manusia) sehingga ia berjalan di jalur para Malaikat dan dianggap bagian dari Malaikat.

2. Kapan Malaikat Diciptakan?
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan diciptakannya para Malaikat. Allah SWT tidak mengabarkan kepada kita tentangnya. Akan tetapi kita mengetahui bahwa Allah SWT, menciptakan Malaikat sebelum Allah menciptakan Nabi Adam AS, bapak manusia. Allah telah mengabarkan kepada kita bahwa Allah memberiahukan kepada Malaikat-Nya bahwa Dia hendak menjadikan seoorang khalifah di atas bumi. Allah berfirman :
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu beriman kepada para alaikat, Aku menjadikan khalifah di bumi....” (QS. Al - Baqarah : 30). 

Yang dimaksud dengan khalifah disini iadalah Nabi Adam AS. Kemudian Allah memerintahkan mereka untuk sujud kepada Adam setelah Allah SWT menciptakannya. Sebagaimana Firman-NYa :
Artinya : Maka apabila aku telah menyempurnakan (kejadian besar)nya ,dan aku telah meniupkan ruh (ciptaan)Ku kedalamnya,maka kamu (wahai parah malaikat) tunduklah kepadanya (Adam) dengan bersujud.” (QS.Al Hijr:29).

Dali-Dalil Naqli Tentang Malaikat (Iman Kepada Malaikat)

Dali-Dalil Naqli Tentang Malaikat (Iman Kepada Malaikat), dalil naqli malaikat, dalil tentang malaikat, keberadaan malaikat, dalil tentang keberadaan malaikat.
Umat Islam harus beriman (percaya dengan sungguh-sungguh) kepada Malaikat Allah SWT, dimana Malaikat itu diberi tugas masing-masing, sesuai dengan dalil ayat di bawah ini :
Yang artinya : “Rasul Telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dan Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dan rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (mereka berdoa): “Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (Q.S. Al-Ba qarah; 285) 
 
Malaikat tidak pernah durhaka dan tidak pernah menentang perintah Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT. :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim : 6)

Artinya : “Padahal Sesungguhnya bagikamu ada (Malaikat-malaikat) yang Mengawasi (pekerjaanmu),”(QS. Al-In fithar: 82)  

Sabda Nabi SAW. : “Beritahukan kepadaku tentang Iman” Rasulullah menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hrin Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk” Orang tadi berkata,” Engkau benar,” (HR. Muslim)

Mengekspresikan Rasa Iman Kepada Malaikat Allah SWT dalam Kehidupan Sehari-hari
Seperti yang telah dijelaskan bahwa para malaikat senantiasa melaksanakan perintah Allah dan tidak mendurhakai-Nya. Mereka senantiasa bertasbih memuji Allah yang Maha Suci, sepanjang waktu siang malam tanpa henti. ltulah perilaku dan sifat malaikat yang utama. 

Perilaku malaikat berbeda dengan perilaku iblis atau syetan. Jika iblis atau syetan selalu menentanag perintah Allah, seperti dalam kisah iblis menentang perintah Allah untuk bersujud kepada Adam, sehingga akhirnya iblis dan Adam keduanya diturunkan Allah ke bumi. 

Sedangkan bagi manusia jika tunduk dan senantiasa melaksanakan perintah Allah dan mengerjakan apa yang dilarang Allah berarti manusia sudah dikuasai oleh syetan atau iblis.

Manusia diciptakan dari tanah, Jin dan syetan atau iblis diciptakan dari api. Adapun malaikat diciptakan oleh Allah dari cahaya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
Artinya : Malaikat diciptakan dari cahaya dan jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalian (yaitu dan tanah). (HR. Muslim). 

Tidak ada yang tahu bagaimana rupa dan bentuk malaikat kecuali hanya Allah yang Maha Tahu dan Rasul Muhammad SAW. Ketika isra’ mi’raj Nabi Muhammad melihat rupa dan wujud Malaikat Jibril yang asli.
Malaikat tidak memiliki jenis kelamin laki- laki atau perempuan. Malaikat bisa menjelma apa saja, termasuk bisa menjelma menjadi manusia biasa atas perintah dan kehendak Allah. Sebagaimana dikisahkan dalam AI-Qur’an, malaikat menjadi manusia yang mendatangi Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim, Nabi Luth, Nabi Daud dan Siti Maryam ibunda Nabi Isa.

Seperti yang telah dijelaskan bahwa sifat malaikat yang utama adalah bertasbih dan memuji Tuhan Yang Maha Suci sepanjang waktu siang dan malam.

Selain itu ada beberapa sifat Malaikat lainnya, di antaranya :
  1. Suci dari sifat-sifat manusia dan jin, seperti hawa nafsu, lapar, sakit, makan, tidur, bercanda, berdebat dan lainnya.
  2. Selalu takut dan taat kepada Allah.
  3. Tidakk pernah melakukan maksiat dan selalu mengerjakan apa saja yang diperintahkan Allah.
  4. Mempunyai sifat malu.
  5. Menyukai wewangian
  6. Bisa terganggu bila ada anjing dan patung serta bau yang kurang sedap
  7. Mampu menjelma dan merubah wujudnya
  8. Memiliki kekuatan dan kecepatan cahaya.

Rangkuman
Iman kepada Malaikat, berarti percaya dan meyakini dengan sungguh-sungguh di dalam hati kepada para Malaikat Allah. Malaikat yang wajib diketahui ada sepuluh, mereka termasuk makhluk ghaib yang ma’shum, melaksanakan tugas masing-masing sesuai atas perintah yang diberikan oleh Allah dengan penuh ketaatan.

Kemuliaan Mengimani Malaikat Allah SWT (Iman Kepada Malaikat)

Kemuliaan Mengimani Malaikat Allah SWT (Iman Kepada Malaikat), kisah malaikat, kemulyaan malaikat, buah iman kepada malaikat.
Meyakini dan mengimani Malaikat Allah SWT, pasti membuahkan hasil-hasil yang mulia, di antaranya:
  1. lImu tentang keagungan dan kebesaran Allah SW, kekuatan dan kekuasaanN ya, maka dimanakah perbandingan antara keagungan makhluk dengan keagungan Allah ‘Azza wa Jalla.
  2. Rasa syukur kita pada Allah SWT, atas perhatian-NYa pada anak cucu Adam Alaihis Salam. Dimana Dia mewakilkan dan diri para Malaikat itu untuk menjaga, menulis amalan, mengatur rizki, menyampaikan risalah dan karomah, dan selainnya dari kemashlahatan manusia di dunia sampai nanti kealam akhirat.
  3. Cinta pada Malaikat, sebab ibadah kita pada Allah Ta’ala yang selalu mereka tegakkan pada siang dan malam.
  4. Manusia akan selalu ngat bahwasanya hidup di dunia ni tidak boleh sewenang-wenang, sombong apalagi kufur. Karena slang dari malam kita selalu di awash oleh Malaikat-Malaikat yang sangat tunduk dan setia pada Allah SWT.
  5. Manusia sebagai bagian dari Makhluk Allah SWT. Tidaklah perlu berkecil hati dalam pengharapan untuk mencapai Ridha Allah ‘Azza wa Jalla. Yang terpenting manusia senantiasa berusaha dan ikhtiar. Malaikat penyampai wahyu dan risalah selalu siaga untuk menyampaikan kepada sang Khaliq yakni Allah SWT atas semua apa yang menjadi harapan dan permohonan para makhluk-Nya (manusia) di muka bumi.
  6. Dalam urusan duniawi, baik urusan penghasilan, jodoh, pekerjaan, pangkat dan jabatan, hidup kaya atau miskin, kita sebagai makhluk yang beriman harus optimis dan semangat karena semua sudah ada yang mengatur, yakni Allah SWT, melalui para Malaikat-Malaikat-Nya.
  7. Waspada bahwa dunia ini adalah fana dan tidak kekal,yakni ketika ia ingat Malakul maut yang suatu ketika akan di perintahkan untuk mencabut nyawanya. Karena itu, Ia akan semakin rajin mempersiapkan diri menghadapi hari akhir dengan beriman dan beramal sholeh.
  8. Senantiasa istiqomah (meneguhkan pendirian) dalam menaati Allah karena barang siapa beriman bahwa para malaikat itu mencatat semua amal perbuatanya, maka ini menjadikannya semakin takut kepada Allah, sehingga ia tidak akan berbuat maksiat kepada-Nya , baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
  9. Bersabar dalam menaati Allah serta merasakan ketenangan dan kedamaian karena sebagai seorang mukmin ia yakin bahwa bersamanya dalam alam yang luas ini ada ribuan malaikat yang menaati Allah dengan sebaik-baiknya dan sesempurna-sempurnanya.

Keagungan Wujud Malaikat (Iman Kepada Malaikat)

Keagungan Wujud Malaikat (Iman Kepada Malaikat), wujud malaikat, iman kepada malaikat, bentk malaikat, cerita malaikat, kisah malaikat.
Allah Ta’ala berfirman tentang Malaikat penjaga Neraka
Yang Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman Peltiharalah diri dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu penjaganya Malaikat-malaikat yang kasar yang keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS.At-Tahriim : 6)

Dan untuk menggambarkannya kami cukupkan dengan menyebutkan beberapa hadits yang berbicara tentang dua Malaikat yang mulia berikut ini :

Pertama: Besarnya Wujud Jibril
Imam Ahmad ra. meriwayatkan dalam Musnadnya dari Abdullah yang mulia bin Mas’ud ra, Ia berkata.
Artinya : “Rasulullah SAW melihat Jibril dalam penampakan (aslinya), Ia memiliki 600 sayap, setiap sayapnya menutupi ufuk. Dari setiap sayapnya berguguran mutiara dan permata yang berwarna-warni yang hanya diketahui Allah.”

Dan telah diriwayatkan dari Tirmidzi dengan sanad shahih bahwasanya Rasulullah SAW bersabda tentang Malaikat Jibril :
Artinya : “Aku melthat dirinya (Malaikat Jibril) turun dari langit. Besar tubuhnya memenuhi antara langit dan bumi.”

Allah berfirman mengenai sifatnya :
Artinya: “Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang memiiki kekuatan, memiiki kedudukan tinggi disisi (Allah) Yang memiliki ‘Arsy, yang disana (di alam malaikat) Ia di taati dan dipercaya.” (QS.At-Takwiir: 19-21)
 
Yang dimaksud dengan (Rasulun Karim) di ayat ini adalah Malaikat Jibril. Dan yang dimaksud dengan (Wadzil Arsy), yaitu Rabb Yang memiliki Kemuliaan dan Mahasuci.
 
Kedua : Agungnya Penampakan Malaikat Pemikul ‘Arsy
Imam Abdul Daud ra, telah meriwayatkan dari Jabir bin Abdilah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Aku diperkenankan untuk menceritakan salah satu Malaikat pemikul ‘Arsy antara telinga bagaian bawah dan pundaknya sejauh jarak perjalanan 700 tahun.” 

Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Hatim RA, dengan lafadz ,  “Sejauh jarak perjalanan burung terbang (Selama tahun).”

Ath-Thabrani meriwayatkan dalam kitabnya, Al_Mu’jam al-Ausath dengan sanad yang shahih, dari Anas ra,l a berkata, Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Aku dipercayakan untuk menceritakan salah satu Malaikat pemikul ‘Arsy. Kedua kakinya di bumi yang paling bawah, dan ‘Arsy diatas pundaknya. Diantara telinga bagian bawah dan pundaknya sejauh jarak burung terbang selama 700 tahun.” Malaikat itu mengucapkan, “Maha Suci Engkau di manapun Engkau berada.”

Saturday, 24 October 2015

Asmaul Husna - Al Mu’min

Al Mu’min artinya Yang Maha Menganugerahkan keamanan, Hanya Allah yang dapat memberikan rasa aman. Kita tidak boleh minta perlindungan kepada selain Allah. Kita mohon perlindungan dan rasa aman kepada Allah dari mara bahaya yang mengancam jiwa; dan penyakit hati, seperti dengki, dendam, bakhil, dan malas; dan penyakit jasmani yang mengancam jiwa; dari kelaparan dan kecemasan.

Firman Allah SWT :
Artinya: “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah), Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.“


Al Mukmin adalah zat yang memberi rasa aman. Pada awal penciptaannya, manusia adalah makhluk yang lemah, yang sangat membutuhkan bantuan dari sesama makhluk lainnya untuk mendapatkan rasa aman. Ia butuh orang lain untuk menjamin makannya, yang mengobati rasa sakitnya serta yang melindunginya ketika diancam dari sesuatu yang ingin melukainya, sehingga sebagai pribadi dan kelompok, manusia akan selalu berusaha untuk memperoleh rasa aman dengan cara yang berbeda-beda.

Kehidupan akan terasa nyaman dan berjalan semestinya karena adanya keamanan. Negara yang tidak aman sulit melaksanakan pembangunan. Kehidupan masyarakat akan terancam bila tidak ada keamanan. Kita lihat bagaimana negara yang sedang dalam peperangan.

Keamanan dan rasa aman yang kita peroleh tidak terlepas dari kekuasaan Allah. Ketenangan hati hanya didapat bila kita dekat dengan Allah, rajin membaca Al-Quran, rajin sholat, dan lain-lain. Ketidak nyamanan bukan hanya akibat ulah manusia tapi bisa juga karena binatang buas, bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor dan lain-lain. Ada orang yang merasa tidak aman walaupun situasinya aman dan tentram. Sebaliknya ada orang yang merasa, tenang, tidak gelisah walaupun situasi dan keadaan genting dan kacau.

Contoh dari bukti sederhana bahwa Allah bersifat Al-Mu’min dapat kita lihat dalam diri kita sendiri. Seperti pada tubuh kita, Allah menciptakan alis di atas mata yang berfungsi melindungi mata dari keringat yang jatuh, bulu mata melindungi mata dan debu dari binatang-binatang kecil.

Bukti lain di luar tubuh kita seperti ketika Rasulullah ingin Hijrah dari Mekkah ke kota Madinah. Pada malam keberangkatan Nabi Muhammad, sekeliling rumah Nabi telah di pagar betis oleh orang-orarig Quraisy yang ingin membunuh Nabi Muhammad SAW.

Akan tetapi dengan sifat Al-Mukmin Allah telah memberi keselamatan kepada Rasulullah. Rasulullah dengan aman dapat keluar dan rumah dan meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah.

Orang yang beriman kepada Allah Al-Mu’min akan selalu tenang dan tidak gegabah dalam menghadapi setiap keadaan dan situasi yang genting dan kacau sekalipun.

Sifat Allah Al Mumin ini menerangkan bahwa Allah memberi rasa aman dan tenteram dalam hati hamba-Nya. Polisi, tentara, dan satpam mencoba meneladani sifat Al Mu’min ini dengan menjaga keamanan lingkungan.

Jadi jika kita ingin selalu aman dan tentram, kita harus selalu ingat kepada Allah SWT. karena Allah memberi rasa aman dan ketentraman dalam hati hambah-Nya.

Kisah Teladan Nabi
GUBUK KAKEK YANG MERUSAK KEINDAHAN KOTA

Berjalan tergopoh-gopoh, seorang lelaki Yahudi datang menemui Khalifah Umar bin Khattab, “Wahai khalif, oh aku sengaja datang menghadapmu untuk mengabarkan tentang gubukku. Gubernur Amru bin Ash, bawahan khalifah, telah mnghancurkan gubukku. Alasannya, gubukku sudah mengganggu keindahan kota.”

Seteloh mendapat laporan itu, Khalifah Umar lalu memanggjl Amru bin Ash , “janganlah engkau semena-mena pada siapapun. Meskipun ia seorang Yahudi. Sekarang bangun kembali gubuk orang Yahudi itu seperti semula.”

Tentu saja orang Yahudi itu terkagum-kagum dengan kebijaksanaan khalifah. Meskipun dirinya seorang Yahudi, namun Islam tetap melindungi keamanannya. Saat itu pula ia lalu masuk Islam.

Tabir Wanita