Pada tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW., ada satu pasukan musuh dengan kendaraan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Kerajaan Hahsyim di Yaman. Ia hendak menghancurkan Ka’bah. OIeh karena itu, tahun tersebut dinamakan tahun Gajah.
Ka’bah, sebagai rumah Tuhan, dalam setiap tahunnya selalu dikunjungi oleh umat manusia dari berbagai negeri untuk menunaikan ibadah haji. Hal ini menyebabkan negeri Mekah menjadi semakin ramai dan bangsa Quraisy yang menguasai Ka’bah itu makin terhormat dan mendapat penghidupan yang layak pula. Dengan keadaan yang demikian itu, timbul niat buruk di hati Abrahah. Ia berusaha membelokkan umat manusia agar tidak lagi datang ke Mekah setiap tahunnya, tetapi datang ke Yaman untuk menunaikan ibadab haji. Lalu, ia mendirikan gereja besar di Shan’a yang diberi nama Al-Qullais sebagai pengganti Ka’bah di Mekah itu.
Namin demikian, tak seorang pun di antara manusia bangsa Arab yang mau menunaikan ibadah haji ke gereja itu. Hati Abrahah semakin panas setelah terbukti bahwa tak seorang pun dan bangsa Arab yang mau mengubah Ka’bah mereka ke Yaman. Abrahab hersumpah akan meruntuhkan Ka’bah yang ada di kota Mekah. Ia mengira jika Ka’bah telah dihancurkan, tentu tidak ada alasan lagi bagi mereka untuk datang ke Mekah. Kemudian Abrahah mernpersiapkan tentara yang besar jumlahnya dengan berkendaraan gajah untuk meruntuhkan Ka’bah.
Pasukan bergajah itu menuju ke Mekah. Di dekat Mekah, pasukan itu berhenti. Abrahah mengutus kurir untuk menemui Abdul Muthalib dengan pesan bahwa kedatangan mereka semata-mata hanya untuk meruntuhkan Ka’bah, sama sekali tidak untuk memerangi penduduk Mekah, kecuali bila ada perlawanan. Sementara itu, pasukannya telah merampas harta penduduk di sekitar tempat mereka herkemah termasuk seratus ekor unta milik Abdul Muthalib.
Peristiwa yang tidak mengenal adat orang Arab saat itu, menimbulkan kemarahan yang memuncak di kalangan bangsa Quraisy. Di antara mereka, banyak yang ingin membunuh Abrahah. Namun demikian, mengingat tentara Abrahah yang kuat itu, Abdul Muthalib dan rakyat Mekah sadar bahwa dirinya tidak akan mampu melawan. Karena itu, Abdul Muthalib menganjurkan kepada segenap penduduk mengungsi ke luar kota.
Dengan tidak disangka-sangka, datanglah seorang utusan Abrahah, membawa sepucuk surat. Surat tersebut antara lain berisi bahwa Abrahah ingin bertemu dengan pimpinan kota Mekah. Tak lama kemudian datanglah Ahdul Muthalib dengan hati yang mantap memenuhi panggilan Abrahah. Dalam pertemuan itu, Abdul Muthalib diperlakukan sebagaj tamu terhormat. Abrahah berkenan duduk bersama-sama Abdul Muthalib. Dalam pembicaraan itu, Abdul Muthalib hanya meminta agar semua unta yang telah dirampas Abrahah dikembalikan kepadanya.
Mendengar perkataan Abdul Muthalib, Abrahah menyahut dengan sinis, “Semula aku sangat segan kepadamu. Namun, setelah mendengar perkataanmu, akhirnya aku tahu hahwa kamu seorang yang berjiwa kerdil. Aku datang untuk meruntuhkan Ka’bah, mengapa unta yang kamu persoalkan, sedangkan agama dan Ka’bah yang kamu miliki itu kamu lupakan?”
Abdul Muthalib menjawab, “Unta-unta itu adalah milikku. Aku wajib mempertahankan milikku, sedangkan Ka’bah itu adalah milik Tuhan. Tuhan sendirilah yang akan menjaga dan memeliharanya.”
Lalu, seluruh unta milik Abdul Muthalib dikembalikan. Kemudian, Abdul Muthalib memohon kepada Allah SWT., “Ya Allah, tidak ada yang kami harapkan dari-Mu. Selamatkanlah rumah-Mu ini dari serangan mereka. Musuh rumah-Mu adalah musuh-Mu juga.”
Selesai berdoa, Abdul Muthalib beserta segenap penduduk kota berduyun-duyun mengungsi ke luar kota Mekah.
Sementara itu, Abrahah merasa senang karena tidak ada perlawanan dari penduduk kota Mekah dan bahkan, Ahrahah menganggap mudah untuk menghancurkan rumah Allah itu.
Kota Mekah tampak sunyi. Tentara Abraham mulai bergerak untuk memasuki kota Mekah. Sekonyong-konyong, Allah menurunkan balatentara dengan cara mengutus burung Abaabiil. Setiap burung bergerak dengan membawa batu kerikil yang bernama Sijjiil dengan paruhnya. Batu-batu kerikil itu, oleh burung-burung Abaabiil dijatuhkan tepat mengenai kepala setiap pasukan bergajah, hingga tembus ke otaknya lalu tembus ke badan kendaraannya, hingga pasukan-pasukan bergajah itu mati bersama gajah yang ditungganginya. Peristiwa tersebut membuat Abrahah panik lalu melarikan diri kembali ke Yaman. Akan tetapi, dirinya tak luput dari balatentara Allah, burung Abaabiil, hingga menemui ajal.
Peristiwa pasukan bergajah yang diazab oleh Allah SWT. dengan mengirimkan sejenis burung yang menyerang mereka sampai binasa dapat disimak dalam surat Al-Fiil dari ayat 1 sampai 5 sebagai berikut.
Artinya : “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tana yang terbakar, lalu Dia jadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)” (Al Fiil {105} 1-5)
Demikianlah kisah peristiwa pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah yang diazab oleh Allah sehingga mereka mengalami kehancuran yang sangat.
Beberapa bulan setelah peristiwa serbuan pasukan bergajah itu, lahirlah bayi dari kandungan Aminah. Kelahirannya memberi rahmat bagi seluruh alam. Bayi tersebut adalah Muhammad SAW., Nabi serta Rasul penutup.
Menjelang kelahirannya, kakeknya, Abdul Muthalib bermimpi. Dalam mimpinya pada punggung Abdul Muthalib tumbuh sebatang pohon yang cabang atasnya mencapai langit dan cabang sampingnya merentang dari timur ke barat. Selanjutnya, seberkas cahaya yang lebih terang dari matahari bersinar dari pohon itu, baik orang Arab maupun orang Persia mempercayainya.
Berdasarkan mimpi itu, para ahli tafsir mimpi menafsirkan mimpi tersebut seraya berkata kepada Abdul Muthalib, hahwa seseorang akan dilahirkan dalam keluarga yang akan menerangi timur dan barat, dan yang akan menjadi Nabi bangsa Arab maupun bangsa Persia.
Demikian juga ibunya, Aminah, mengalami berbagai mimpi sejak pertama kali mengandung. Ia senantiasa mimpi didatangi oleh para Nabi dengan membawa kabar gembira, hahwa bayi yang dikandungnya itu kelak akan menjadi pelita duni yang menerangi seluruh jagat raya ini, dari timur sampai barat.
Lebih ianjut, menjelang kelahirannya, Aninah juga bermimpi. Dalam mimpinya Ia mclihat seberkas cahaya yang sangat terang menyi1aukan mata, memancar keluar dari tubuhnya. Cahaya itu menebar dan meluas ke seluruli alam, hingga tidak ada satu sudutpun yang tidak disinarinya. Dengan sinar itu, seluruh permukaan bumi menjadi berubah, dari gelap menjadi terang.
Aniinah merasa heran akan mimpi-mimpinya itu. Dia percaya bahwa mimpinya itu ada hubungannya dengan bayi yang sedang dikandungnya, tetapi ia tau maksud dari mimpi-mimpinya itu. Namun demikian, hati Aminah semakin yakin akan bayi yang sedang dikandungnya itu, bukanlah sembarang bayi.
Dalam suatu riwayat diceritakan hahwa pada suatu malam, ketika Nabi Muhammad SAW. akan lahir, Aminah didatangi orang perempuan muda, cantik sekali parasnya. Mereka memakai pakaian-pakaian yang indah serta memakai wangi-wangian yang harum semerbak memenuhi ruangan rumahnya. Mereka memperkenalkan diri seraya berkata, “Kami adalah Asiyah dan Maryam. Kami sengaja datang ke sini atas perintah Tuhan untuk menyambut kelahiran putramu yang kelak menjadi Nabi akhir zaman.”
Aminah menyambut kedatangan kedua tamu perempuan itu dengan senang hati. Seorang demi seorang, menjabat tangannya serta memandang dengan senyum mesra dan mendoakannya. Kedua perempuan itulah yang bertindak sebagai bidan mengurusi bayinya dengan dibantu oleh beberapa orang bidadari teman mereka. Sampai akhirnya, selesailah proses kelahiran itu. Mereka menemaninya hingga waktu subuh tiba kemudian mereka pamit meninggalkannya. Inilah beberapa kejidian luar biasa pada saat Nabi masih dalam kandungan ibunya hingga nenjelang kelahirannya.