Tuesday, 15 September 2015

Ciri-Ciri Ajaran Firqah (Aliran) Najiah Bagian IV

20. Mengimani dan meyakini ada dan telah adanya Surga dan Neraka, serta menolak anggapan mu’tazilah, Rasionalis dan zionis yang mengatakan Surga dan Neraka tidak ada dan tidak pernah akan ada, sebab Surga adalah hanyalah lambang kebahagiaan dan Neraka lambang penderitaan. Juga menolak anggapan bahwa Surga sekarang belum ada, baru setelah kiamat terjadi Surga dan Neraka baru diciptakan oleh Allah SWT, seperti faham Mu’tazilah. Bukti adanya Surga dan Neraka adalah firman Allah SWT :
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka dan Fir‘aun beserta kaumnya dikepung Adzab yang sangat pedih. Kepada mereka ditampakkan Neraka pada pagi hari dan petang dan pada hari terjadinya Kiamat (dikatakan kepada Malaikat): Masukkanlah Fir‘aun dan kaumnya ke dalam Adzab yang sangat pedih dan keras” (QS. A1-Mukmin : 45 – 46)

21. Mengimani dan mempercayai bahwa Allah SWT dapat dilihat oleh penduduk surga di akhirat kelak. Firman Allah SWT :
“Wajah-wajah orang-orang mukmin pada hari itu berseri-seri kepada Tuhannya mereka melihat” (A1-Qiyamah :22-23)

Dalam Hadits dan Abu Hurairah ia berkata:
“Adalah salah seorang shahabat bertanya pada Nabi saw, Rasulullah, apakah kami dapat melihat Tuhan kami pada hari kiamat kelak? Nabi saw, menjawab. “Apakah kamu terhalang melihat bulan pada malam purnama?” mereka menjawab “tidak” nabi saw, bertanya “Apakah kamu terhalang melihat Matahari yang tidak terhalang oleh awan ?“ mereka menjawal, “tidak” nabi saw, bersabda:” sesungguhnya kalian tidak terhalang melihat Allah sebagaimama kamu tidak terhalang melihat bulan dan Matahari” (HR. Bukhan dan Muslim -Tafsir ibnu Katsir IV/578-)

22. Mengimani dan meyakini bahwa Ummat Islam dan Ummat Muhammad bila telah meninggal dunia masih mendapat manfa’at dan amal perbuatannya semasa hidup dari amal orang lain yang pahalanya dihadiahkan kepadanya. Dan menolak faham orientalis, Rasionalis, Sekularis yang mengatakan bahwa manusia bila telah meninggal dunia tidak mendapat manfa’at apapun dari yang hidup. Maka menurutnya orang mati tidak perlu dido’akan, tidak diberi hadiah pahala, tidak perlu dimintakan ampunan atas dosanya dan lain-lain, karena menurut mereka itu semua tidak sampai, padahal Al-qur’an dan sunnah menganjurkannya. 

Faham orientalis dan rasionalis tersebut telah menyalahi Al-qur’an dan sunnah Rasul, sebab Allah SWT memerintahkan kepada nanusia untuk selalu mendo’akan kepada saudaranya sesama Muslim.
Allah SWT berfiirman:
“Dan orang-orang yang datang setelah mereka mengatakan: Ya.. Allah ampunilah dosa kami dari dosa-dosa saudara kami yang telah terlebih dahulu beriman dan jangan Engkau jadikan hati kami dengki terhadap orang-orang yang beriman (tidak mau mendo‘akan) wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Dzat yang Maha bijaksana“ (Q. S. Al-Asyr: 10)
 
Allah SWT berfirman.
“Dan mohonlah ampunan kepada Allah atas dosa-dosamu dan dosa-dosa yang diperbuat oleh orang-orang mukmin dan Mukminat”. (Q. S. Muhammad 19)

23. Tidak membuat syari’at atau ajaran agama sendiri dengan mengatas namakan Islam, dan menjadikan pemimpin alirannya sebagai nabi atau salah seorang oknum nabi atau menilainya mempunyai otoritas kenabian atau bahkan menganggapnya mempunyai otoritas ketuhanan, atau menganggap derajat para Amir atau Imamnya sama dengan derajat para nabi atau bahkan sama dengan derajat Tuhan atau menganggap bahwa omongan Imam atau Amirnya sama atau bahkan lebih tinggi dari Al-qur’an dan sunnah Nabi . dan lain-lain.

Ciri-Ciri Ajaran Firqah (Aliran) Najiah Bagian III

13. Mencintai dan menghormati shahabat nabi Muhammad termasuk kepada Khalifah empat (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali) secara wajar dan tidak berlebihan, serta tidak membenci salah satu diantara mereka dan mengkultuskan yang lainnya, mereka semua adalah Shahabat-shahabat pilihan nabi, mereka dicintai dan Rasul-Nya.
Allah SWT berfirman:
“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah telah Ridlo kepada mereka dan merekapun Ridlo kepada-Nya“. (QS. At-Taubah: 100)

Dalam Hadits dari Abu Sa’id Al-khudry, disebutkan bahwa ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah kamu mencaci salah satu diantara shahabatku, maka sesungguhnya diantaramu bersedekah dengan emas murni sebesar gunung Uhud tidak akan menyamai salah satu diantara mereka, bahkan separuhnya pun tidak” (HR. Muslim -Syarah Aqidah At-Thahawiyah hal.468) 

14. Mengimani dan mempercayai bahwa Rasulullah, Isra’ dan Mi’raj dengan jasad dan ruh, dan menolak semua anggapan orang-orang orentalis, Sekularis, Liberalis dan Zionis yang mengatakan bahwa Rasulullah saw, Isra’ dan Mi’raj hanya dengan ruh atau melalui mimpi Saja.
Allah SWT berfirman:
“Maha Suci Dzat yang telah mengisra’kan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkali sekelilingflya”. (QS. Al-Isra’ : 1)

15. Tidak mengaku-ngaku sebagai Ahlul Bait rasulullah, sedangkan mereka adalah tidak ada hubungan darah apapun dengan rasululah, seperti yang di lakukan oleh sebagian orang awam yang tiba-tiba mengaku sebagai Ahlul Bait, merekapun tidak segan-segan membuat ajaran-ajaran tertentu dengan mengatas namakan Ahlul Bait. 

16. Mengimani dan meyakini adanya siksa dan nikmat kubur.
Allah SWT berfirman:
“Barang siapa yang tidak mau dzikir kepada Allah, maka baginya kehidupan yang sempit (di kuburnya) dan akan dikumpulkan pada hari kiamat kelak dalam keadaan buta” (QS. Thaha: 124)

Dalam Hadits dari Abu Hurairah, disebutkan bahwa nabi , bersabda:
“Bila kamu tasyahhud akhir maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari empat hal, yaitu mohon perlindungan kepada-Nya dengan mengucapkan: Ya Allah sesungguhnya saya mohon perlindunganmu dari siksa Neraka Jahannam dan dari siksa kubur dan fitnah hidup dan mati dan dari kejahatan Dajjal”. (HR. Bukhari dan Muslim)

17. Mengimani dan meyakini adanya hari kebangkitan.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Mukmin Ayat 45-46:
“Dan Fir‘aun bersama kaumnya dikepung oleh adzab yang sangat pedih dan mengerikan, kepada mereka ditampakkan Neraka pagi dan petang dan pada saat datangnya hari kiamat kelak dikatakan kepada Malaikat, masukkanlah Fir‘aun bersama keluarganya kedalam neraka yang sangat pedih”. (QS. al-Mukmin: 45-46)

18. Mengimani dan meyakini adanya Shirat. Dan menolak semua anggapan kaum orientalis, sekuralis, Libralis, Rasionalis dan zionis yang mengatakan bahwa Shirat tidak ada, yaitu sebuah jembatan atau titian yang melintang diatas Neraka Jahannam.
Firman Allah SWT :
“Dan sesungguhnya tidak ada seorangpun daripadamu melainkan melewati jembatan diatas Neraka Jahannam itu, hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kepastian yang telah di tetapkan, kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang dhalim di dalam Neraka dalam keadaan berlutut” (Maryam: 7 1-72)

Dari Siti Aisah ra, diceritakan bahwa Nabi di Tanya :
“Dimanakah Manusia pada saat bumi dan Langit ini diganti dengan Bumi dan Langit yang lain ? Rasulullah saw, menjawab “Mereka berada ditempat yang gelap, di belakang jembatan” (HR Muslim -Shahih Muslim 1/713) 

19. Mengimani dan meyakini adanya Mizan yaitu Timbangan amal manusia di Akhirat kelak. Dan menolak semua anggapan kaum orientalis, Liberalis, Sekularis, Rasionalis dan Zionis yang mengatakan bahwa Mizan itu tidak ada dan tidak akan pernah ada di Akhirat, sebab amal manusia bukan singkong, maka tidak bisa di timbang.
Firman Allah SWT :
“Kami akan memasang timbangan amal manusia yang tetap (kokoh) pada hari kiamat, maka tidak diragukan seseorang barang sedikitpun, sekalipun amal itu hanya seberat biji sawi, pasti kami (Allah) membenihkan balasannya. Dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan“. (Al-Ambiya’ : 47)

Ciri-Ciri Ajaran Firqah (Aliran) Najiah Bagian II

8. Mengimani dan menyakini bahwa Rukun Iman yang benar ada enam (6) dan menolak segala bentuk Rukun Iman palsu buatan Dajjal yang menambah, mengurangi, merubah atau membuat Rukun Iman sendiri. Adapun rukun Iman yang benar adalah: 

1. Iman kepada Allah SWT
2. Iman kepada Malaikat .
3. Iman kepada Kitab-kitab .
4. Iman kepada Utusan-utusan .
5. Iman kepada Hari Kiamat.
6. Iman Kepada Qadla’ dan Qadar baik dan buruknya. 

Ketentuan Rukun iman tersebut berdasarkan hadits dari Abu Hurairah, yang dikenal dengan hadits Jibril. Bahwa disaat Malaikat Jibril datang kepada nabi, dengan wujud seorang laki-laki tampan, Malaikat jibril bertanya kepada nabi, tentang Islam dan Iman sebagai berikut “Dan bertanya Jibril tentang Islam (Rukun Islam) maka nabi Muhammad saw, menjawab: Rukun Islam adalah Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan Shalat, membayar Zakat, Puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi yang telah mampu. Dan di tanya tentang Iman (Rukun Iman) maka Jawabnya: Rukun Iman adalah: Iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada rasul, iman kepada hari Kiamat dan iman kepada Qadla’ dan Qadar Allah baik dan buruknya. kemudian ditanya tentang Ihsan, maka Jawabnya :Engkau menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya maka Allah melihatmu “. (HR. Bukhari dan Muslim -Syarah Aqidah At-Thahawiyah hal. 362-)

9. Mengimani dan meyakini bahwa tempat ibadah Haji umat Islam adalah di Bailtullah (Ka‘bah) Makkah Al-Mukarramah. Dan menolak segala anggapan yang mengatakan bahwa tempat Ibadah Haji selain di Makkah adalah di Qum (Teheran) di Lahore (India) dan di tempat lain yang dianggap suci oleh sebagian aliran-aliran sesat.
Allah SWT berfirrnan:
“Allah telah mewajibkan kepada Manusia untuk menunaikan Ibadah Haji ke Baitullah (Ka‘bah) bagi siapa-siapa yang mampu untuk melaksanakannya “. (QS. Ali Imron : 97)

10. Mengimani dan meyakini bahwa Allah SWT mempunyai nama-nama dan Sifat-sifat yang patut bagi kebesaran-Nya, dan menolak segala anggapan yang mengatakan bahwa Allah SWT tidak mempunyai sifat dan nama-nama. Dan bahkan ada diantara mereka yang mengharamkan membaca sifat-sifat, padahal hal itu telah diterangkan dalam Firmati Surat Al-A’raf Ayat 180 :
“Dan Allah mempunyai nama-namaa yang bagus, maka berdo’alah (dengan tawasul) dengan nama-naima Allah. Dan biarkanlah orang-orang yang tidak percaya terhadap adanya nama-nama Allah, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. A1-A’raf: 180)

11. Mengimani dan meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir penutup para nabi dan rasul, dan menolak semua nabi-nabi palsu yang merupakan jelmaan dari Dajjal-dajjal pembohong, serta menolak semua anggapan dan pengakuan bahwa seseorang mempunyai otoritas kenabian, karena bertentangan dengan Firman Allah SWT Surat A1-Ahzab Ayat 40 yang artinya:
‘Tidaklah Muhammad itu Bapak dari seorang laki-laki dari padamu, melainkan dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi dan nasul. Dan Allah terhadap sesuatu Maha mengetahui“. (QS. AI-Ahzab: 40)

12. Mencintai dan menghormati keluarga nabi (Ahiul Bait) secara wajar, tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya serta tidak mengkultuskannya, apalagi menganggap sebagai Tuhan atau salah satu oknum Tuhan atau meyakininya mempunyai otonitas kenabian atau menganggap bahwa derajatnya sama atau melebihi dari pada derajat nabi atau nabi-nabi yang lain. 

Dalam kitab Haqqul yaqiin halaman 47 disebutkan bahwa Muhammad Baqir aI-Majlisi (Ulama’ Syi‘ah) mengatakan dalam Bahasa Perancis yang menunjukkan kebenciannya terhadap keluarga Nabi, dan terjemahannya adalah:
“Ibnu Babawaih berkata dalam Ilalus-Syi‘ah dan Imam Muhammad Baqir sesungguhnya Ia berkata: Bila Imam Mahdi telah muncul, maka Ia akan menghidupkan Siti Aisah (Istri nabi saw) dan Imam Mahdi akan menghukum Had terhadap Sill Aisah “(Haqul Yaqin hal. 47)

Ciri-Ciri Ajaran Firqah (Aliran) Najiah Bagian I

Terdapat ciri-ciri yang membedakan antara ajaran yang benar (najiah) dan ajaran yang salah (firqah dhalalah). Diantara ciri-ciri ajaran Firqah Najiah adalah  :

1. Mengakui dan mengimani secara penuhnya bahwa Allah SWT adalah Tuhannya tanpa menpersekutukanya. Umpamanya mengaku bertuhankan Allah SWT namun menjadikan ajaran selain sebagai syari’atnya, seperti ajaran Imam atau Amirnya dianggap lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya dan pada ajaran dan rasul-Nya, dalam arti menganggap bahwa omongan imam atau Amir yang menjadi pimpinanya, derajatnya lebih tinggi dari A1-Qur’an dan Sunnah. Yang demikian ini berarti telah mempertuhankan Imam atau Amir alirannya, dan berhukum musyrik.
Allah SWT berfirman:
“Apakah mereka mempunyai sesembahan selain Allah yang mensyari‘atkan agama yang tidak di izinkan Allah untuk mereka”. (QS. Asy-Syura: 21 )

2. Mengakui dan mengimani bahwa nabi Muhammad, sebagai nabinya, tanpa menduakannya. Dalam arti menjadikan seseorang setelah nabi Muhammad, sebagai nabinya atau meyakini bahwa Amir atau Imamnya mempunyai otoritas kenabian, atau menyamakan ajaran Imam atau Amirnya sama dengan ajaran Rasulullah , padahal ajaran tersebut menyimpang dari ajaran nabi. Nabi Muhammad , penutup para nabi dan rasul dan tidak ada nabi dan rasul setelahnya.
Firman Allah SWT :
“Muhammad ilu sekali-kali bukan Bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah Maha mengetahul segala sesuatu“ (A1-Ahzab:41)

3. Mengakui dan mengimani bahwa Al-Qur’an Al-Karim adalah firman dan bukan mahluq seperti anggapan Mu’tazilah, orientalis, sekularis, Liberalis dan zionis. 

4. Mengakui dan mengimani bahwa Al-Qur’an yang benar adalah Mushaf Utsmany, yaitu Al-Qur’an yang ada di tengah-tengah umat Islam yang terdiri dari 30 Juz, 114 Surat, 6. 236 Ayat, 74. 437 kalimat dan 325. 345 huruf. Dan menolak segala bentuk Al-Qur’an buatan Dajjal-dajjal pembohong, seperti TADZKIRAH Al-qur’an Agama Ahmadiyah Al-qadian dan lain-lain. 

5. Tidak menambah, mengurangi, merobah atau memalsukan A1-Qur’an atau membuat Al-Qur’an sendiri. 

6. Menerima dan mengakui serta menjadikan hadits nabi, sebagai landasan hukum yang ke dua setelah Al-Qur’an, dan bukan malah mengingkarinya (Ingkar Sunnah) 

7. Mengimani dan mempercayai bahwa Rukun Islam yang benar ada Lima (5). dan menolak segala bentuk Rukun Islam buatan Dajjal pembohong yang menyalahi Rukun Islam tersebut.
Adapun Rukun Islam yang benar adalah:
  • Mengucapkan dua kalimah Syahadah.
  • Melaksanakan Shalat.
  • Membayar Zakat.
  • Melaksanakan puasa dibulan suci Ramadlan.
  • Menunaikan Ibadah Haji ke Baitullah bagi yang mampu.
Dalam hadits dan Ibnu Umar RA, diceritakan ia berkata: adalah Rasulullah , bersabda:
“Islam itu didirikan atas lima pilar yaitu : Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw adalah utusan Allah, melaksanakan Shalat, membayar Zakat, menunaikan Haji ke Baitullah dan Puasa di bulan suci Ramadhan”. (HR. Bukhari, Al-Lu’lu’ wal-Marjan 1/22-).

Perbedaan Firqah (Aliran) Najiah Dan Dlalalah

FIRQAH NAJIAH
Yang dimaksud firqah najiyah adalah golongan yang selamat, yaitu mereka yang berpegang teguh dengan ajaran dari rasul-Nya (Al-qur‘an dan Al-Hadist) dan Ijma’, tanpa menambah, mengurangi, merubah atau membuat ajaran sendiri. Orang yang berpegang teguh dengan Al-qur’an dan Sunnah serta ijma’ itulah yang disebut firqah najiyah, sebagaimana diterangkan dalam sabda nabi dalam sebuah hadist dari Abdullah bin Amr .
“Sesungguhnya kaum Bani Israil terpecah belah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semua golongan tersebut masuk Neraka kecuali salu golongan, para Shahabat bertanya: Siapakah satu golongan yang selamat tersebut wahai Rasulullah saw ? Nabi Muhammad saw, menjawab yaitu golongan yang mengikuti ajaranku dan shahabatku” (HR. Tirmidzi)

SIAPAKAH YANG TERMASUK FIRQAH NAJIYAH
Rasulullah , menegaskan bahwa orang atau golongan yang selamat adalah yang berpegang teguh pada A1-Qur’an dan Sunah serta ijma’ Ulama secara utuh tanpa merubah, mengurangi atau menambahnya. Maka setiap orang, kelompok atau golongan yang berpegang teguh dengan A1-Qur’an dan Sunah secara utuh dan mengikuti manhaj salafus-shalih adalah firqah najiyah. 

Ibnu Taimiyah berkata:
“A1-firqah najiyyah yaitu yang disebut Ahlus sunah wal-jama’ah, mereka adalah as-sawadul A’dham” (Majmuk Fatawa II/13455)

Firqah najiyah hanya satu, namun demikian ia bukan sifat bagi kelompok tertentu saja, bisa juga sifat ini dimiliki oleh setiap muslim yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan sunnah serta ijma’ shahabat (ulama’). Dapat disimpulkan bahwa firqah najiyyah adalah setiap mukmin yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah serta ijma’ dengan pemahaman para salafus-shalih dan ummat ini yaitu para shahabat, Tabi’in dan tabi’it tabi’in serta generasi yang mengikuti mereka dengan baik sampai han kiamat.

Allah SWT berfirman:
“Dan mereka telah menjadi pelopor pertama terdiri dari orang-grang yang telah hjrah (dari Makkah ke Madinah) dan orang-orang Madinah yang menerimanya serta mereka yang mengikuti para shahabat itu dengan kebajikan itulah mereka yang diridhoi Allah dan merekapun ridho kepada-Nya. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Itulah balasan bagi orang-orang yang sangat beruntung”. (At-Taubah :100)

Monday, 14 September 2015

Apa Hukum Puasa Dalam Keadaan Junub ?

Tanya : Saya seorang suamii. Seringkali dalam bulan Ramadhari saya berpuasa masih dalam kondisi junub setelah malamnya kami berkumpul. Karena lupa, rasa malas dan udara dingin saya tidak segera mandi sebelum fajar. Bagaimanakah puasa saya itu? (Toni, Wonokromo, Surabaya)

Jawab : Seseorang dikatakan junub apabila mengalamii dua hal: berhubungan s*ks (meski tidak sampai ej*kulasi), dan atau mengeluarkan sperma (karena mimpi basah, on*ni, melihat gambar erotis, dan lain-lain).

Setiap ibadah memiliki syarat-rukun sendiri-sendiri. Syarat rukun suatu ibadah bisa tidak sama dengan ibadah lain. misalnya shalat dan puasa. Dalam shalat, seseorang disyaratkan suci dari hadas kecil dan besar, serta haid dan nifas. Melakukan shalat dalam keadaan junub tidak sah, dan hukumnya haram. Dengan demikian, orang yang akan melakukan shalat apabila berstatus junub harus mandi terlebih dulu, sebagaimana diwajibkan wudhu bagi penyandang hadas kecil.

Dalam ibadah puasa, tidak terdapat persyaratan pelakunya harus suci dari hadas besar atau kecil. Menjalankan puasa dalam kondisi junub, sehabis berkumpul dengan istri atau mimpi basah pada malam harinya tanpa mandi terlebih dulu sebelum fajar, sah-sah saja. Yang tidak dibenarkan adalah melakukan hubungan suami-istri pada siang hari, sejak fajar sampai matahari terbenam. Karena Jima’ termasuk perkara yang membatalkan puasa dengan sanksi sangat berat, yaitu puasa dua bulan berturut-turut, di samping kewajiban mengqadha.

Demikian halnya, sah puasa perempuan yang telah berhenti darah haid atau nifasnya pada malam hari tanpa mandi terlebih dulu sebelum fajar.

Meskipun begitu, syariat menganjurkan agar seseorang berpuasa dalam keadaan suci. Oleh karena itu, orang yang berstatus Junub, disunahkan mandi sebelum terbitnya fajar. hariya sebatas anjuran, bukan kewajiban. (Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu III, 1.686).

Keabsah dari puasa dalam keadaan junub merupakan hasil pemahaman terhadap firman Allah sebagai berikut:
Artinya: “Dihalaikan bagi kalian pada malam hari bulan puasa untuk berkumpul jima’ dengan istri-istrimu. “(QS. A1-Baqarah: 187)

Malam hari bulan puasa (lailah asy-shiam) adalah rentang waktu mulai Maghrib sampai detik-detik terakhir sebelum Shubuh. Berangkat dari ayat ini, para ulama menyimpulkan bahwa puasa dalam keadaan junub diperbolehkan. Sebab dengan diperbolehkannya Jima ‘semalam suntuk, secara otomatis diperkenankan puasa dalam keadaan junub sebagai konsekuensi logisnya. Karena tidak mungkin orang yang Jima’ satu detik sebelum fajar memiliki kesempatan untuk mandi sebelum fajar tiba.

Ayat tersebut, meskipun pada mulanya hanya dimaksudkan untuk menjelaskan bolehnya Jima’ pada malam bulan Ramadhan, tetapi lalu menimbulkan hukum lain, yaitu sahnya puasa dalam kedaan Junub, sebagai akibatnya. Proses penyimpulan hukum semacam ini dalam ushul fikih disebut dengan dilaiah isyarah. (Ghayah Al-Wushul, 37).

Persoalan puasa orang Junub, pada masa Rasulullah juga pernah ditanyakan oleh sahabat, dan beliau menjawab sah. Bahkan menurut hadis riwayat Aisyah dan Umini Salamah:
Artinya: “Nabi Saw. pernah memasuki waktu Shubuh dalam kondisi junub karena jima’ kemudian dia mandi dan tetap berpuasa.” (Mukhtashar Shahih Muslim, 158, Subul As-Salam: II, 165).

Memang ada hadis riwayat Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya: “Apabila adzan Shubuh telah dikumandangkan dan kalian dalam keadaan junub, maka jangan berpuasa pada hari itu.”

Hadis ini memberikan pengertian bahwa puasa dalam keadaan junub tidak sah. Tetapi menurut jumhur al-ulama (mayoritas ulama), hadis tersebut telah di-nasakh (direvisi) oleh hadis riwayat Aisyah di atas. Lagi pula, dari segi sanad, hadis riwayat Aisyah dianggap lebih kuát daripada riwayat Abu Hurairah, sehingga jika terjadi pertentangan, maka riwayat Aisyah yang lebih layak dijadikan dasar hukum. (Subul As-Salam II, 165).

Thursday, 10 September 2015

Kisah Nabi Ibrahim AS (Cerita Untuk Anak)

Nabi Ibrahim adalah putra Azar pembuat patung, ia dilahirkan di Babilonia yaitu sebuah tempat bagian Selatan Mesopotamia (sekarang Iraq) pada masa kekuasaan Raja Namrud bin Kan’an bin Kusy yang memiliki kekuasaan yang sangat besar penyembah berhala, sehinga patung pada saat itu adalah benda yang sangat dipuja-puja karena dianggap tuhan.

Nabi Ibrahim AS. adalah seorang nabi yang sangat dikasihi dan disayangi oleh Allah SWT. Karena dari beliau Allah menurunkan para nabi dan rasul juga menurunkan Nabi penutup serta pelengkap para nabi dan rasul yaitu Nabi Muhammad SAW.

Beliau termasuk kedalam rasul yang diberi gelar ULUL AZMI karena Allah memberikan ujian dan cobaan yang besar dan dilalui dengan sabar dan tabah. Selain sebagai seorang yang sabar Nabi Ibrahim juga adalah seorang yang sangat lemah lembut, dari lisannya tidak pernah keluar kata-kata yang kasar apalagi menyakitkan hati orang lain. Beliau juga sangat menghormati tamu sehingga beliau dijuluki dengan Abu Dhaifah atau bapak para tamu.

Zaman dimana Nabi Ibrahim hidup adalah zaman kemusyrikan karena orang-orang tidak lagi menyembah Allah, melainkan menyembah berhala. Ayah Nabi Ibrahim adalah pembuat patung. Semenjak kecil Nabi Ibrahim sudah dibekali kecerdasan dan kepandaian yang lebih dari anak yang lainnya.

Ibrahim kecil sudah mampu berfikir apa yang dikerjakan oleh ayahnya adalah suatu pekerjaan yang bodoh, karena membuat patung dan dianggap tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan dibuat oleh manusia padahal tuhan adalah yang menghidupkan dan mematikan.

Maka pada saat itu Nabi Ibrahim mengalami pencarian Tuhan. Dalam kegalauannya sering beliau pergi ketempat sepi untuk berfikir, dipagi hari Ibrahim kecil menyaksikan matahari terbit kemudian dia berkata: “lnikah Tuhanku? yang menerangi jagat raya”, akan tetapi ketika sore hari saat matahari terbenam Ibrahim kecewa sambil berkata : “tidaklah mungkin Tuhan pergi meningalkan dalam kegelapan jadi aku percaya bahwa matahari bukanlah tuhan”, begitu pula ketika malam hari, muncullah bulan dan Ibrahim pun bertanya : “lnikah Tuhanku yang menerangi malam?, tapi kenapa tuhan hanya muncul dimalam hari ? bagaimana mungkin dia mampu melindungi mahluknya kalau dia hanya muncul dimalam hari?”maka terus saja Ibrahim bertanya pada kejadian alam dan Ibrahim tidak menemukan jawabannya. Sampal kemudian Allah memberii wahyu tentang kebenaran, seperti dalam Al-Quran diceritakan:

“Dan sesunggunya telah kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah dan kebenaran sebelum Musa (Musa dan Harun) dan adalah kami mengetahui (keadaan)nya.”(QS. AI-Anbiya: 51)

Dakwah Nabi Ibrahim sangatlah berat karena ketika beliau berdakwah menyampaikan ajaran yang benar dari Allah SWT, mendapatkan tantangan yang sangat hebat karena diantara yang menentang itu adalah ayahnya sendiri sang pembuat patung yang mereka sembah, juga keberadaan Raja yang berkuasa pada saat itu adalah seorang raja yang memiliki kekuasaan yang besar yaitu Raja Namrud.

Pada suatu ketika Nabi Ibrahim dipanggil oleh sang raja dan bertanya:
“siapakah tuhanmu wahai Ibrahim ?“ kemudian Nabi Ibrahim menjawab :“Tuhanku adalah Allah yang menghidupkan dan mematikanku’, maka Namruzpun menjawab sambil memerintahkan anak buahnya memanggil dua narapidana:”akulah tuhanmu, karena akupun mampu mematikan dan menghidupkan , contohnya ini “,menunjukkan kedua pemuda yang satu dibunuh yang satu lagi dibiarkan hidup. Itu adalah jawaban bodoh dari Raja Namrud, kemudian Ibrahim melanjutkan pernyataannya :“ Sesungguhnya Allah tuhanku adalah yang menerbitkan matahani dari Timur, coba jika engkau merasa sebagai tuhan bagaimana jika engkau alihkan matahari terbit di Barat“, maka Namrudpun tak dapat menjawab. Banyak yang mendengarkan perdebatan antara raja dan Nabi Ibahim, dan mereka tercengang akan tetapi karena hidayah belum Allah limpahkan kehati mereka akhirnya tetap saja mereka kufur.

Pada suatu ketika ada keramaian ditengah kota sehingga seluruh rakyat pergi kesana, dan Nabi ibrahim mengambil kesempatan saat itu untuk pengi kekuil yang banyak patung berhalanya maka dihancurkanlah seluruh patung dengan menggunakan kampak kecuali patung yang terbesar.

Suatu ketika mereka kembali dari kota dan mereka terkejut karena mendapatkan tuhan-tuhan mereka hancur, maka ributlah segenap rakyat, dan raja sudah mengetahui pastilah ini pekerjaannya Ibrahim, maka dipanggillah Nabi Ibrahim untuk ditanya: Wahai Ibrahim apakah benar engkau yang menghancurkan Tuhan-tuhan kami ?“ maka menjawab Nabi Ibrahim : tanyakan saja pada patung yang terbesar itu, kan dilehernya terdapat kampak”, dan marahlah raja karena merasa dipermainkan oleh Nabi Ibrahim, “mana mungkin patung itu dapat menjawab”, maka menjawablah nabi Ibrahim “kalau menjawab saja tidak bisa apalagi akan menolong kalian ?“ maka dengan kemarahannya Raja Namrud memerintahkan rakyatnya mengumpulkan kayu bakar untuk membakar Nabi Ibrahim. Dibakarlah Nabi Ibrahim, akan tetapi Allah Maha Kuasa, api yang menyala tidak terasa panas dan tidak dapat membakar Nabi Ibrahim.

Ujian Nabi Ibrahim belum selesai sampai disitu karena sampai usia lanjut belum dikaruniai keturunan sehingga ketika Allah menganugerahi putra diusia lanjut kesenangan dan kebahagiaan yang tidak terhingga.

Namun Allah berkehendak lain karena Allah menguji kembali katabahan dan kesabaran Nabi Ibrahim, yaitu dengan menjauhkan Nabi Ibrahim dengan anak kesayangannya yaitu Ismail, ujian inipun dilalui dengan ketabahan dan kesabaran, perpisahan dengan putra kesayangan membuat rindu yang tak terhingga sampai kemudian Allah menguji kembali Nabi Ibrahim untuk mengorbankan anak kesayangannya.

Dengan kapatuhan dan keikhlasannya Nabi Ibrahim melaksanakan tugas mulia tersebut. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Ismail anaknya yang harus dikurbankan digantikan dengan domba, dan peristiwa tersebut diperingati sebagai Hari Raya Idul Adha.

Kebahagiaan Nabi Ibrahim tidak berhenti sampai kelahiran Ismail, karena ketika Ismail beranjak besar ternyata Siti Sarah istri Nabi lbrahim yang pertama ternyata mengandung, padahal usianya sudah tua. Lahirlah anak kedua Nabi Ibrahim yang kemudian diberi nama lshaq yang dikemudian hari akan menjadi nabi pula.

Nabi Ibrahim ditemani Nabi Ismail adalah orang pertama yang membangun Ka’bah Baitullah di Mekkah. Kehidupan Nabi Ibrahim dilalui dengan beraneka ragam cobaan, tapi itu dilakui dengan sabar dan tawakkal, sampai akhirnya beliau wafat diusia 175 tahun.

Kisah Nabi Saleh AS (Cerita Untuk Anak)

Nabi Sholeh adalah nabi yang diutus Allah untuk menuntun kaum nabi Tsamud. Beliau adalah putra Ubaid bin Atsif. Keturunan dan Sam bin Nuh.

Nama Tsamud berasal dari nama seseorang yang bernama Tsamud bin Amir. Dan kaum Tsamud berasal dari suku Aribah yang berasal dan kaum Ad. Diutusnya Nabi Sholeh adalah karena kekufuran dan kemusyrikan kaum Tsamud. Berawal dari Azab Allah kepada kaum Ad menghancurkan negeri mereka sehingga menjadi tandus. Kemudian negeri itu dihuni kembali oleh kaum Tsamud hingga akhirnya menjadi subur kembali. Dan kembali kenikmatan Allah anugerahkan kepada mereka dengan kesuburan dan kekayaan yang melimpah ruah. Sebagai mana kaum ‘Ad mereka lupa diri, dan mereka kemudian kembali kejalan yang sesat dengan menyembah berhala. Maka Allah mengutus Nabi Sholeh yang termasuk dalam kerabat mereka untuk memperingatkan mereka kembali ke jalan yang benar.

 “Wahal kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mkjizat untukmu. Sebab itu biarkan dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang menyebabkan kamu segera tertimpa (azab). “(QS.Hud: 64)

Kaum Tsamud bukan saja ingkar kepada Allah tetapi juga mereka tidak mempercayai apa yang dianjurkan dan diperingatkan oleh Nabi Sholeh. Sampai-sampai mereka meminta Nabi Sholeh membuktikan kenabiannya dengan Mu’jizat, maka Allah memberi bukti dengan keluarnya seekor unta yang sedang hamil dari sebuah batu yang amat keras.

Namun apa yang terjadi mereka tetap ingkar atas apa yang disampaikan oleh Nabi Sholeh sampai-sampai mereka menantangnya, maka disembelihlah unta mukjizat itu oleh kaum Tsamud, mereka meminta bukti ancaman itu dengan congkaknya. Maka karena kesombongan dan keangkuhan mereka Allah membuktikan Azab-Nya dengan menimpakan mereka gempa yang amat dahsyat sebagai balasan permintaan pembuktian ancaman karena mereka ingkar dan sombong, sampai mereka mati bergelimpangan

Selamatlah kaum yang mengikuti dan patuh terhadap Nabi Sholeh, mereka setelah itu hidup dalam suasana damai karena ketaatannya terhadap Allh SWT. Dan Nabi Sholeh wafat dalam kedamaian dimakamkan di wilayah Rimlah yaitu daerah Palestina.

Tabir Wanita