Seruan Nabi Saleh
QS. Al-Araf : 73-79
Nabi Saleh memberi peringatan kepada kaumnya, karena mereka masih bagian dari keluarganya juga. Beliau mengharapkan kebaikan bagi mereka. Beliau juga sama sekali tidak berniat menjerumuskan kaumnya ke dalam kesengsaraan.
Sementara kaumnya menanggapi dengan berkata, “Wahai Saleh, kami mengenalmu sebagai orang yang cerdas dan tangkas, pikiranmu tajam, dan pendapat serta semua pertimbanganmu selalu tepat. Kami melihat sifat-sifat terpuji di dalam dirimu. Kami mengharapkan kamu memimpin kami dalam menyelesaikan berbagai masalah yang rumit. Kami berharap kamu memberi petunjuk apabila kami menghadapi persoalan yang sulit. Kami juga berharap kamu dapat kami andalkan. Tapi sekarang semua harapan itu menjadi sirna dan kepercayaan kami kepadamu menjadi hilang. Itu semua karena perbuatanmu yang menyalahi adat-istiadat kaum kita,” ucap salah seorang di antara kaumnya.
“Kamu menghendaki kami meninggalkan sesembahan kami dan nenek moyang kami? Padahal itu telah menjadi bagian hidup kami sejak dulu. Kami tidak akan pernah meninggalkan semua itu karena seruanmu. Kami tidak akan mengikuti ajakanmu itu. Kami tidak mempercayai ucapanmu dan kenabianmu.”
Nabi Saleh tetap berusaha menyadarkan kaumnya yang keras kepala. Beliau ingin kaumnya beriman kepada Allah yang telah memberi karunia dan rezeki yang banyak kepada mereka.
Nabi Saleh menceritakan kisah-kisah kaum yang mendapat peringatan dari Allah karena mereka berkeras hati tidak mau mendengar ajaran kebenaran.
Nabi Saleh pun berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku berbicara jujur. Aku sama sekali tidak mengharapkan upah dari kalian.”
“Lalu, apa tujuanmu mengatakan semua ini kepada kami?” tanya salah seorang dan kaumnya.
“Aku hanya menyampaikan amanat dari Allah. Aku hanya menyampaikan cinta kasih Allah kepada kalian karena aku sendiri merupakan bagian dari kalian.
Akhirnya dengan usaha keras, Nabi Saleh mendapatkan pengikut. Pengikut Nabi Saleh merupakan sekelompok kecil kaum Tsamud yang miskin. Walaupun begitu, hati mereka telah terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah. Sementara itu, golongan orang-orang kaya tetap tidak mau beriman. Mereka tetap bersikap sombong dan keras kepala.
Kaum Nabi Saleh berkata, “Wahai Saleh, kami kira kamu telah terkena sihir sehingga kamu menjadi gila. Kata-katamu tidak masuk akal dan tidak dapat kami pahami. Kamu mengaku bahwa kamu telah diutus Tuhanmu sebagai Nabi dan Rasul. Apa kelebihanmu dibandingkan dengan kami sehingga kamu dipilih menjadi Nabi. Padahal, masih banyak yang lebih pandai di antara kami yang bisa menjadi Nabi,” ucap kaumnya yang lain.
“Kami tahu tujuanmu untuk mengejar kedudukan. Kamu ingin diangkat menjadi pemimpin kaum ini. Hentikan usahamu menyiarkan agama baru. Kami tidak akan mengikuti ajakanmu atau meninggalkan jalan yang telah kami tempuh selama ini,” ucap kaumnya.
Nabi Saleh menjawab, “Aku telah berulang kali mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan imbalan atas usahaku memberi tuntunan kepada kalian. Aku tidak mengharapkan upah. Yang kulakukan hanya atas perintah Allah dan aku mengharapkan balasan dari Allah. Aku tidak dapat menelantarkan tugas dan amanat dari Allah. Jangan sekali-sekali kalian berharap aku akan melanggar perintah Allah dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya untuk menyembah nenek moyang kalian.
Walaupun kaumnya tidak mau mendengarkan, Nabi Saleh tetap giat melakukan dakwah terhadap kalangan rakyat kebanyakan. Hal ini membuat para pembesar kaum Tsamud marah. Mereka menantang Nabi Saleh untuk membuktikan mukjizat dalam bentuk benda atau kelajian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Sementara kaumnya menanggapi dengan berkata, “Wahai Saleh, kami mengenalmu sebagai orang yang cerdas dan tangkas, pikiranmu tajam, dan pendapat serta semua pertimbanganmu selalu tepat. Kami melihat sifat-sifat terpuji di dalam dirimu. Kami mengharapkan kamu memimpin kami dalam menyelesaikan berbagai masalah yang rumit. Kami berharap kamu memberi petunjuk apabila kami menghadapi persoalan yang sulit. Kami juga berharap kamu dapat kami andalkan. Tapi sekarang semua harapan itu menjadi sirna dan kepercayaan kami kepadamu menjadi hilang. Itu semua karena perbuatanmu yang menyalahi adat-istiadat kaum kita,” ucap salah seorang di antara kaumnya.
“Kamu menghendaki kami meninggalkan sesembahan kami dan nenek moyang kami? Padahal itu telah menjadi bagian hidup kami sejak dulu. Kami tidak akan pernah meninggalkan semua itu karena seruanmu. Kami tidak akan mengikuti ajakanmu itu. Kami tidak mempercayai ucapanmu dan kenabianmu.”
Nabi Saleh tetap berusaha menyadarkan kaumnya yang keras kepala. Beliau ingin kaumnya beriman kepada Allah yang telah memberi karunia dan rezeki yang banyak kepada mereka.
Nabi Saleh menceritakan kisah-kisah kaum yang mendapat peringatan dari Allah karena mereka berkeras hati tidak mau mendengar ajaran kebenaran.
Nabi Saleh pun berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku berbicara jujur. Aku sama sekali tidak mengharapkan upah dari kalian.”
“Lalu, apa tujuanmu mengatakan semua ini kepada kami?” tanya salah seorang dan kaumnya.
“Aku hanya menyampaikan amanat dari Allah. Aku hanya menyampaikan cinta kasih Allah kepada kalian karena aku sendiri merupakan bagian dari kalian.
Akhirnya dengan usaha keras, Nabi Saleh mendapatkan pengikut. Pengikut Nabi Saleh merupakan sekelompok kecil kaum Tsamud yang miskin. Walaupun begitu, hati mereka telah terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah. Sementara itu, golongan orang-orang kaya tetap tidak mau beriman. Mereka tetap bersikap sombong dan keras kepala.
Kaum Nabi Saleh berkata, “Wahai Saleh, kami kira kamu telah terkena sihir sehingga kamu menjadi gila. Kata-katamu tidak masuk akal dan tidak dapat kami pahami. Kamu mengaku bahwa kamu telah diutus Tuhanmu sebagai Nabi dan Rasul. Apa kelebihanmu dibandingkan dengan kami sehingga kamu dipilih menjadi Nabi. Padahal, masih banyak yang lebih pandai di antara kami yang bisa menjadi Nabi,” ucap kaumnya yang lain.
“Kami tahu tujuanmu untuk mengejar kedudukan. Kamu ingin diangkat menjadi pemimpin kaum ini. Hentikan usahamu menyiarkan agama baru. Kami tidak akan mengikuti ajakanmu atau meninggalkan jalan yang telah kami tempuh selama ini,” ucap kaumnya.
Nabi Saleh menjawab, “Aku telah berulang kali mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan imbalan atas usahaku memberi tuntunan kepada kalian. Aku tidak mengharapkan upah. Yang kulakukan hanya atas perintah Allah dan aku mengharapkan balasan dari Allah. Aku tidak dapat menelantarkan tugas dan amanat dari Allah. Jangan sekali-sekali kalian berharap aku akan melanggar perintah Allah dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya untuk menyembah nenek moyang kalian.
Walaupun kaumnya tidak mau mendengarkan, Nabi Saleh tetap giat melakukan dakwah terhadap kalangan rakyat kebanyakan. Hal ini membuat para pembesar kaum Tsamud marah. Mereka menantang Nabi Saleh untuk membuktikan mukjizat dalam bentuk benda atau kelajian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.