Tuesday, 13 September 2016

Amalan (Hadiah Pahala) Membaca Al-Qur’an Untuk Orang Mati

pahala untuk orang mati, sampaikah pahala untuk orang mati
Tulisan ini dimaksudkan sebagai satu upaya untuk mengungkap bagai mana sebenarnya validitas (keabsahan) dan fatwa tentang “Membaca Al-Qur’an Untuk Orang Mati” yang dikalangan Syafi’iyah pengamalannya sudah sedemikian rutin dan boleh dikatakan telah membudaya. Apakah fatwa yang membolehkan itu didukung oleh dalil-dalil yang kuat ? Ataukah sebaliknya hanya merupakan warisan orang-orang tua yang tidak ada dalilnya sama sekali sebagaimana sering dituduhkan oleh mereka yang tidak menyetujui ? Tulisan ini -insya Allah- akan membahasnya disertai dengan bentuk-bentuk sanggahan yang sering dilontarkan orang dan bagaimana sebenarnya menjawab sanggahan-sanggahan tersebut. 

Tulisan ini tidak hanya memuat pendapat-pendapat yang mendukung dari kalangan Syafi’iyah tapi juga dan tokoh-tokoh madzhab yang lain bahkan dari tokoh-tokoh garis keras seperti Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayyim. Hal ini kiranya patut diperhatikan karena kecenderungan menolak dan mengkritisi dengan cara yang tidak santun biasanya justru bermunculan dari mereka yang mengaku pengikut setia dari dua tokoh yang disebut terakhir ini. 

Tujuan kami membahas masalah ini tidak hanya untuk menambah keyakinan para pengikut Syafi’iyah tentang kebenaran fatwa tersebut, tetap lebih jauh dari itu yakni mengharapkan tumbuhnya sedikit kesadaran dari mereka yang tidak menetujui bahwa dalil-dalil ternyata tidak hanya ada pada mereka tetapi juga pada penganut dan pengamal fatwa ini shingga kebiasaan mengkritik dengan cara yang tidak santun kiranya dapat segera ditinggalkan. Apalagi kalau cara-cara seperti itu telah nengarah kepada rusak dan retaknya ukhuwwah islamiyah. 

Oleh karena itu marilah tulisan yang membahas tentang “Membaca Al-Qur’an untuk Orang Mati” ini kita jadikan sebagai batu loncatan untuk meningkatkan sikap tasamuh atau toleransi. Biarkanlah mereka yang setuju terhadap fatwa ini mengamalkannya dengan tenang karena dalil-dalil yang mendukung amalan mereka tidak bisa dinafikan begitu saja. Marilah perbedaan dalam masalah ini tidak kita pertajam karena taruhannya sangatlah besar, yakni keretakan ukhuwwah Islamiyah. Marilah pula persamaan-persamaan di dalam masalah lain yang justru jauh lebih banyak kita tampilkan dengan lebih maximal lagi dalam pentas kehidupan ditengah-tengah masyarakat umum, satu masyarakat yang selalu dianjurkan untuk menebar salam kerukunan dan perdamaian. 

Akhirnya semoga tulisan ini membawa manfaat bagi kita semua, aamin yaa robbal aalamin....
Fakta di Lapangan dan Bagaimana Menyikapinya
Membaca Al-Qur’an untuk orang yang sudah meninggal adalah satu kegiatan yang hampir tidak pernah dilupakan olehh mayoritas kaum muslimin khususnya di indonesia. Ada yang melakukannya diatas pekuburan tatkala pemakaman sang mayit sedang berlangsung. Disini yang biasa dibaca adalah surat Al-Ikhlas, Al-FaIaq, An-Nas, Al-Fatihah dan Al-Baqarah. Ada juga yang melakukannya diattas pekuburan tatkala melakukan ziarah dan ada pula yang melakukannya di rumah-rumah pun di mushalla dan masjid baik secara sendirian maupun berkelompok. Pembacaan Al-Qur’an trsebut diniatkan pahalanya untuk orang yang sudah meninggal itu dan diiringi dengan doa agar Allah berkenan menyampaikan pahala bacaan Al-Qur’an tersebut kepada orang yang dimksudkan. 

Dkalangan ummat Islam amalan seperti ini termasuk “Masalah Khilafiah” dalam arti ada yang setuju dan ada yang tidak setuju, ada yang mengatakan baik sekali kalau dilakukan dan ada yang mengatakan tidak baik bahkan dihukumkan dengan bidah, ada yang mengatakan pahala bacaan itu sampai kepada mayyit dan ada pula yang mengatakan tidak sampai. 

Dalam kitab Al-Mizanul Kubro jilid 1/228, Imam Sya’rani mengatakan :

“Khilafah dalam hal sampai atau tidaknya pahala bacaan Al-Qur’an kepada orang yang sudah meninggal adalah masyhur dan masing-masing dari dua pendapat itu memiliki alasan tersendiri. Adapun menurut madzhab Ahlus Sunnah, boleh bagi seseorang menghadiahkan pahala amalnya untuk orang lain. Hal ini dikatakan juga oleh Ahmad bin Hambal”. 

Dengan demikian tidaklah perlu hagi orang yang tidak menyetujui amalan ini melakukan ejekan dan cemoohan terhadap orang-orang yang mengamalkannya karena mereka juga memiliki alasan.
Dalam kitab Hujjatu Ahlus Sunnah Wal-Jamaah hal. 8 disebutkan : 

“Tidak sepantasnya terjadi diantara dua yang berbeda pendapa tersebut sesuatu yang tidak layak terjadi antara dua muslim yang bersaudara karena jika pihak yang menentang punya sandaran, maka pihak yang mengamalkannya juga punya sandaran“. 

Bagi pihak yang mengamalkan, jelas mereka itu berkeyakinan bahwa pahala bacaan Al-Qur’an akan sampai kepada mayyit yang dimaksudkan dan akan membawa manfaat baik di dalam kuburnya maupun di akhirat nanti. Keyakinan mereka itu didukung oleh beberapa dalil dan fatwa-fatwa ulama yang terkenal.

Baca juga postingan lanjutan dari pembahasan ini :
  1. Dalil-Dalil Hadiah Pahala Bacaan Al-Quran Untuk Orang Mati
  2. Fatwa-Fatwa Ulama Tentang Hadiah Pahala Bacaan Al-Quran Untuk Orang Mati
  3. Sanggahan Orang Yang Tidak Setuju Hadiah Pahala Bacaan Sampai Pada Mayit
  4. Pendapat Ulama Madzhab Syafi’ i Tentang Hadiah Pahala Bacaan Al-Quran
  5. Contoh-Contoh Fatwa Imam Syafi’i Yang Dikritisi Kembali Oleh Ulama Syafi'iyyah
  6. Dalil-Dalil Orang yang Membantah Adanya Hadiah Pahala Amalan Dan Bacaan Untuk Orang Mati
  7. Pendapat Ibnu Taimiyah Dan Ibnul Qayyim Tentang Sampainya Hadiah Pahala Amalan Untuk Orang Mati
  8. Amalan-Amalan Lain Yang Juga Bermanfaat Untuk Orang Mati
  9. Pahala Bersedekah Untuk Orang Meninggal (Mayit) 
  10. Pahala Berdoa Dan Membayar Hutang Orang Meninggal (Mayit)
  11. Apa Hukum Fidyah Atau Berpuasa Untuk Orang Meninggal (Mayit)
  12. Hukum Melaksanakan Haji Untuk Orang Meninggal (Mayyit)

Sunday, 11 September 2016

Nabi Yusuf Putra Tercinta Nabi Yakub (Kisah Dalam Al-Quran)

Yusuf, Putra Tercinta

Yusuf, Putra Tercinta
QS. Yusuf: 7-11

Rahil melahirkan dua orang putra, yaitu Yusuf dan Benyamin. Nabi Yakub sangat menyayangi Yusuf sehingga hal itu membuat iri saudara-saudaranya yang beribukan Laiya. Saudara-saudaranya yang lain mulai membenci Yusuf. Mereka kemudian mengadakan pertemuan rahasia untuk membicarakan permasalahan itu. 

“Tidakkah kalian merasakan bagaimana Ayah telah memperlakukan kita secara tidak adil?” kata saudara tertua.

“Ya, Ayah sangat memanjakan Yusuf sehingga melupakan kita sebagai anak-anaknya yang lain.”

“Ayah bersikap seolah-olah hanya Yusuf dan Benyamin putranya, sedangkan kita hanya anak yang terbuang.” 

“Kita harus cepat menyadarkan Ayah.” 

“Aku tahu, penyebab ini semua karena keberadaan Yusuf di tengah-tengah kita,”
ucap yang lainnya. 

"Kita harus menyingkirkan Yusuf dan kehidupan kita.” 

“Aku setuju. Jika Yusuf tidak ada. tentunya kasih sayang Ayah akan beralih kepada kita.” 

“Kita bisa membuang Yusuf ke tengah hutan sehingga dia dimakan binatang buas.” 

Mendengar hal itu, Yudza, putra keempat Yakub, langsung berkata, “Kita semua adalah putra-putra Ayah. pesuruh dan kekasih Allah. Sangat tidak pantas bila kita melakukan perbuatan kejam seperti itu.” 

“Lalu, apa yang harus kita lakukan?” tanya yang lain dengan tak sabar. 

“Menurutku, kita singkirkan saja Yusuf dengan cara melemprkan dia ke dalam sumur yang selalu dilewati para musafir. Pasti Yusuf ditemukan oleh mereka dan dibawa pergi dari negeri ini,”
ucap Yudza sambil meyakinkan saudara-saudaranya yang lain. 

“Aku setuju, tapi itu berarti kita harus membawa Yusuf keluar dari rumah ini “Kita harus bisa membuat Ayah mengizinkan kita mengajak Yusuf ke luar rumah.” 

“Bagaimana caranya? Ayah pasti tidak akan mengizinkan. Kalian tentu tahu bagaimana Ayah sangat menjaga Yusuf.” “Karena itulah, kita harus bisa meyakinkan Ayah bahwa kita bisa menjaga Yusuf.” 

“Baiklah... kalau begitu, kita harus menjaga kerahasiaan rencana ini.” 

Mereka pun bersumpah tidak akan membocorkan masalah tersebut kepada siapa pun.

Nabi Yusuf Ditemukan Musafir (Kisah Dalam Al-Quran)

kisah nabi yusuf

Ditemukan Musafir
QS. Yusuf : 19-21

Sementara itu, Yusuf menangis sendirian di dalam sumur yang gelap dan sunyi mencekam. Hatinya sangat risau. Bagaimana tidak, dia hanya seorang anak laki-laki berusia 2 tahun. Yusuf menguatkan hatinya untuk tetap bertahan. Dia teringat kata-kata ayahnya bahwa suatu hari nanti dia akan diberi kemuliaan oleh Allah. Dia yakin atas ucapan ayahnya tersebut. 

Yusuf pun mencoba mencari cara agar bisa ke luar dan tempat itu. Dia melihat ke atas, ke bawah, ke kiri, dan ke kanan, mencoba mencari cara bagaimana mengangkat dirinya ke atas. Namun, dia tidak melihat apa pun yang bisa menolongnya. 

Yusuf kembali mencoba untuk tetap tegar. Dia tidak tahu bagaimana jadinya bila tidak ada yang menemukannya. Namun, Yusuf enggan berputus asa. Dia berdoa kepada Allah agar hidupnya diselamatkan.
Sungguh, sebuah mukjizat dari Allah, Yusuf dapat bertahan sampai tiga hari. Pada saat dia hampir menyerah karena kelaparan dan kedinginan, dia mendengar suara-suara aneh. Suara-suara itu makin lama makin jelas. Kemudian, terdengar suara anjing menggonggong. Yusuf mendengar suara langkah kaki dari suara binatang di sekitar sumur. 

Yusuf memasang telinganya untuk mendengar suara-suara itu. Harapannya yang hampir musnah muncul kembali. Dia mendengar suara kepala kafilah menyuruh anak buahnya menurunkan amber untuk mengambil air dari dalam sumur. Tak lama, Yusuf melihat sebuah ember turun ke bawah. Begitu ember itu dapat dijangkau olehnya, dia segera memegangnya kuat-kuat. Musafir tadi lalu menarik ember itu. Begitu ember ditarik ke atas, mereka semua terkejut melihat ada seorang anak kecil yang sedang memegang ember tersebut. Anak laki-laki itu berwajah sangat tampan dan berkulit putih bersih. 

Para musafir tadi kemudian berunding. Akhirnya, mereka sepakat akan membawa Yusuf ke Mesir untuk dijual di sana. Menurut perkiraan mereka, pastilah mereka bisa mendapat banyak uang dari hasil penjualan anak laki-laki tampan tersebut. Mereka pun berangkat ke Mesir dengan membawa Yusuf. Setibanya di sana, mereka menuju pasar penjualan budak dan menawarkan Yusuf untuk dibeli. Mereka segera menjual Yusuf begitu ada yang menawar dengan harga yang lumayan. Mereka tidak berani menaikkan harga karena khawatir rahasia mereka akan terbongkar. 

Kepala kepolisian Mesir yang bernama Futhifar-lah yang menawar Yusuf dan berhasil bembawanya pulang. Futhifar senang bisa membeli seorang budak berwajah tampan dengan harga yang tidak terlalu mahal. Futhifar yakin bahwa Yusuf berasal dari keluarga yang terhormat sehingga dia memperlakukan Yusuf dengan baik. 

Setibanya di rumah, dia segera menemui istrinya. Dia memberi tahu istrinya bahwa dia pulang membawa seorang budak. 

“Tadi aku membeli budak ini di pasar pelelangan. Perlakukan dia dengan baik, suatu saat nanti mungkin dia akan memberi manfaat untuk kita. Aku merasa bahwa dia bukan keturunan budak. Dia pasti dari keluarga terhormat. Aku tidak tahu mengapa dia sampai ada di pasar budak". 

“Baiklah. aku akan memperlakukannya dengan baik" ungkap istrinya sambil menatap Yusuf yang menundukkan wajah. 

Istri Futhifar, Zulaikha. menerima Yusuf dengan tangan terbuka. Dan memperlakukan Yusuf dengan baik seperti keluarganya sendiri, sebagaimana pesan suaminya. Yusuf dapat menyesuaikan diri dengan cepat di sana. Dia melakukan tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab. 

Dia pun selalu jujur kepada kedua majikannya. Yusuf tidak mau membalas kebaikan kedua orang tersebut dengan kejahatan. Karenanya Yusuf makin disayangi oleh keluarga Futhifar. Yusuf hidup tenteram dan damai bersama keluarga Futhifar. Dia mendapat kepercayaan penuh dari kedua majikannya tersebut. 

Lambat laun, Yusuf tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan. Badannya tinggi tegap dan wajahnya sedap dipandang mata. Ketampanannya bisa membuat wanita mana pun tergoda. Begitu pula dengan istri Futhifar.

Nabi Yusuf Dimasukkan Ke Dalam Sumur (Kisah Dalam Al-Quran)

sejarah nabi yusuf, kisah nabi yusuf

Dimasukkan Ke Dalam Sumur
QS. Yusuf : 11-18


Keesokan harinya, saudara-saudara Yusuf  bersikap sangat baik kepadanya. Mereka meminta izin kepada Nabi Yakub untuk mengajak Yusuf ke luar kota, “Wahai Ayah, hari ini kami akan berekreasi ke luar kota. Kami meminta izin Ayah.” 

“Baiklah, aku izinkan kalian.” 

“Satu lagi Ayah, bagaimana bila kami mengajak Yusuf?” 

“Sepertinya Yusuf tidak perlu diajak, dia masih kecil untuk bepergian jauh
", ucap Nabi Yakub. 

“Tapi Ayah, sungguh tidak adil bila Ayah tidak mengizmnkan Yusuf berekreasi. Tentunya, Yusuf juga ingin bersenang-senang bersama kami,” ujar mereka lagi.

“Tapi, aku khawatir atas keselamatan Yusuf,” jawab Nabi Yakub dengan cemas.

“Kami janji akan menjaga Yusuf, Ayah. Kami tidak akan meninggalkan Yusuf walaupun sebentar.” 

“Tapi, bagaimana jika di perjalanan kalian bertemu binatang buas?” 

“Lihatlah kami, Ayah, badan kami kuat. Tentunya, binatang buas tidak akan berani mendekati kami.” 

“Baiklah, tapi ingat, kalian harus menjaga Yusuf dengan baik.” 

Akhirnya, Yakub mengizinkan Yusuf pergi bersama saudara-saudaranya, meskipun dengan rasa was-was. 

Keesokan harinya, mereka bersiap-siap berangkat. Mereka bersikap sangat baik kepada Yusuf untuk meyakinkan ayahnya bahwa mereka tidak mungkin lalai menjaga Yusuf. Dengan berat hati, Nabi Yakub melepaskan kepergian mereka. Namun, hati kecil Yakub tetap mengkhawatirkan keselamatan Yusuf. 

Mereka terus berjalan menuju tempat tujuan mereka. Akhirnya. mereka tiba di sebuah sumur yang hampir kering. Setibanya di sana, mereka melucuti pakaian Yusuf. Kemudian, mereka menceburkan Yusuf ke dalam sumur tanpa sedikit pun memedulikan jeritan Yusuf. 

Setelah berhasil, hati mereka sangat lega. Mereka melumuri pakaian Yusuf dengan darah seekor kelinci. Kemudian, mereka meninggalkan Yusuf seorang diri di dalam sumur yang gelap itu. 

Sore harinya, mereka pulang ke rumah dengan wajah penuh air mata. Mereka mengadu kepada ayahnya bahwa mereka telah lalai menjaga Yusuf sehingga dia mati diterkam serigala. “Maafkan kami, Ayah, kami telah berusaha menjaga Yusuf. Lagi pula, kami tidak menyangka ada serigala yang mengintai kami.” 

“Hari ini begitu buruk untuk kami, padahal kami hanya meninggalkan Yusuf sebentar saja. Tapi, serigala itu menerkam sangat cepat sehingga kami terlambat menolong Yusuf", ungkap mereka penuh kebohongan. 

Mendengar hal itu, hati Yakub sangat pedih. Dia menangisi kepergian putra kesayangannya. Walaupun begitu, dia tetap ikhlas, bila itu memang kehendak Allah.

Mimpi Nabi Yusuf (Kisah Dalam Al-Quran)

kisah nabi yusuf

MIMPI YUSUF
QS. Yusuf : 4-10

Ketika saudara-saudaranya mengadakan pertemuan, Yusuf sedang terlelap di kamarnya. Dia sama sekali tidak mempunyai prasangka apa pun terhadap saudara-saudaranya. Saat tertidur, Yusuf bermimpi seakan-akan sebelas bintang dan matahari bersujud di depannya. Mimpi 

itu sangat indah dan menyenangkan bagi Yusuf. Begitu terbangun, Yusuf segera menemui ayahnya. Dia menceritakan mimpi yang baru saja dialaminya pada sang ayah. Mendengar cerita Yusuf, Nabi Yakub tampak sangat gembira. 

“Wahai anakku. mimpimu itu merupakan tanda bahwa engkau akan dikaruniai kemuliaan oleh Allah. Hari depanmu akan cerah dan menyenangkan. Tetapi berhati-hatilah, jangan engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu Aku khawatir mereka akan iri kepadamu."

“Baikiah, Ayah,” ucap Yusuf dengan lugu. 

“Ketahuijah anakku, saudara-saudaramu selalu berbisik-bisik tentangmu. Aku khawatir, mereka akan melakukan sesuatu yang mengerikan kepadamu bila mereka tahu isi mimpimu.”

“Aku akan menuruti perkataan Ayah,”
ucap Yusuf dengan penuh kesungguhan. 

“Baiklah anakku, pergilah beristirahat kembali.” 

Yusuf pun kembali ke kamarnya. Dia memikirkan mimpinya tadi dan berusaha mencerna apa yang telah dikatakan ayahnya barusan.

Kisah Nabi Yakub Di Fadam Ar’aam (Kisah Dalam Al-Quran)

kisah nabi yakub

Di Fadam Ar’aam

Yakub menempuh jarak yang sangat jauh menuju Fadam Ar’aam. Dia harus melewati padang pasir dan gurun yang luas dengan terik matahari yang membakar kulit. Belum lagi di malam hari, angin sangat dingin menusuk tulang. Selama dalam penjalanan sesekali dia beristirahat di tempat yang teduh dan terdapat air untuk minum serta bekal untuk melanjutkan penjalanan. 

Dia tiba di sebuah tempat yang sangat nyaman. Dia berhenti di bawah sebuah batu yang besar. Kakinya diluruskan agar otot-ototnya yang lelah dapat beristirahat. Angin yang menyejukkan membuat matanya terasa berat. 

Perlahan-lahan, dia pun tertidur lelap. Dalam tidurnya, dia bermimpi bahwa dia akan dikaruniai rezeki yang banyak, kehidupan yang nyaman, serta anak cucu yang saleh dan berbakti, Kemudian, Yakub terbangun dari tidurnya. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Ternyata, dia masih berada di padang pasir yang luas seorang diri. 

Namun, secara menakjubkan, Yakub merasa rasa letihnya menghilang. Dan dalam tubuhnya seakan-akan muncul kekuatan baru yang membuatnya sanggup untuk melanjutkan perjalanan. 

Yakub pun berjalan lagi dengan semangat dan tenaga yang lebih besar daripada sebelumnya. Akhinnya, dia tiba di pintu gerbang Fadam Ar’aam. Dia masuk ke kota dengan langkah yang mantap. 

Satelah berjalan memasuki kota, dia tiba di persimpangan jalan. Dia bertanya kepada salah seorang penduduk tentang letak rumah Laban. Karena Laban seorang yang kaya raya dan terpandang, maka orang itu pun segera menunjukkan arah pada Yakub. Ia menunjuk seorang gadis cantik yang sedang menggembalakan kambing. 

“Kebetulan sekali, itu dia putri Laban. Dia bisa menunjukkan rumah Laban kepadamu. Nama gadis itu Rahil.” ucapnya. 

Yakub pun menatap gadis yang bernama Rahil tersebut. Ia sangat cantik dan menarik. Yakub berjalan menghampiri Rahil yang sedang menggembalakan kambing. Dengan suara terputus-putus, Yakub memperkenalkan dirinya. 

“Salam... aku Yakub putra Ribka, adik perempuan Laban, ayahmu"
.
Rahil tersenyum dengan ramah menyambut Yakub yang tampak kikuk. Senyum Rahil membuat hati Yakub tenang. Kemudian. Yakub pun menjelaskan dengan lancar maksud kedatangannya ke Fadam Ar’aam.

"Aku datang kemari karena Ayah menyuruhku menyampaikan pesan untuk ayahmu," ucapnya. 

“Baiklah, aku senang bertemu denganmu. Ikutlah denganku. kita akan menemui ayah,” ucap Rahil dengan suara lembut. 

Yakub pun mengikuti Rahil menuju rumahnya. Ketika Laban bertemu dengan Yakub, dia langsung memeluk Yakub. Hatinya sangat bahagia karena dapat bertemu dengan keponakannya. Kemudian, Laban segera menyiapkan kamar untuk Yakub. 

Setelah beberapa hari tinggal di rumah Laban, Yakub menyampaikan pesan ayahnya. Yakub mengatakan bahwa Nabi Ishak sangat ingin berbesanan dengan Laban. Pesan tersebut diterima Laban dengan baik. Dia setuju menikahkan Yakub dengan salah satu putrinya, dengan syarat sebagai mas kawinnya Yakub harus bekerja di peternakan Laban selama tujuh tahun. 

Yakub menyanggupi persyaratan Laban. Sejak hari itu, dia bekerja dengan giat dan sepenuh hati. Tanpa terasa dia telah melewati waktu tujuh tahun. Tiba waktunya untuk menagih janji kepada Laban. Ketika dia mengungkapkan kembali keinginannya, Laban menawarkan Laiya. kakak Rahil. sebagai calon istri Yakub. Namun, Yakub menghendaki Rahil karena Yakub sudah tertarik kepada Rahil sejak mereka pertama kali bertemu. 

Keinginannya itu diutarakan terus-terang kepada Laban. Namun, Laban tidak dapat mengizinkan Yakub menikahi Rahil karena menurut adat-istiadat yang berlaku, seorang adik tidak boleh mendahului kakaknya. Sebagai jalan tengah, Laban menawarkan Yakub untuk menerima Laiya sebagai istri pertama dan Rahil sebagi istri kedua. Namun, Yakub harus kembali bekerja selama tujuh tahun untuk dapat menikahi keduanya.
Yakub akhirnya menerima tawaran itu. Die menikahi Laiya dan kembali bekerja selama tujuh tahun. Setelah bekerja tujuh tahun, barulah dia dapat menikahi Rahil. Setelah menikah. Laban menghadiahkan dua orang hamba sahaya untuk kedua putrinya. Dan kedua istrinya tersebut, Yakub dikaruniai dua belas anak. Yakub pun hidup makmur seperti yang pernah dia mimpikan ketika tertidur di bawah batu dahulu.

Saturday, 10 September 2016

Nama-nama Dan Tugas Malaikat

tugas malaikat, nama malaikat
Walaupun malaikat itu makhluk gaib, tetapi kita wajib mempercayai adanya malaikat. Percaya kepada malaikat-malaikat Allah SWT adalah rukun iman yang kedua. 

Secara keseluruhan jumlah malaikat itu banyak sekali. Jumlah yang pasti hanya Allah saja yang mengetahui. Tetapi, kita selaku umat Islam hanya diwajibkan mengetahui 10 malaikat saja. Berikut ini adalah nama kesepuluh malaikat tersebut, yaitu :

1. Malaikat Jibril
2. Malaikat Mikail
3. Malaikat rsrafil
4. Malaikat Izrail
5. Malaikat Munkar
6. Malaikot Nakir
7. Malaikat Raqib
8. Malaikat Atid
9. Malaikat Malik
10. Malaikat Ridwan 

Tugas-tugas Malaikat
Malaikat tidak dikarunial oleh Allah hawa nafsu seperti manusia, sehingga malaikat tidak akan menentang perintah Allah seberat apapun itu. Semua tugas yang diberikan Allah akan dilaksanakannya dengan sempurna. Para malaikat pun tidak pernah memiliki pamrih tertentu atau memohon balasan atas ketaatannya kepada Allah SWT. 

Tugas kesepuluh Malaikat adalah sebagai berikut:
  1. Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu dari Allah SWT. untuk para Nabi dan rasul-Nya.
  2. Malaikat Mikail bertugas mengatur pembagian rezeki kepada makhluk Allah SWT., seperti mengatur hujan, memberi buah kepada tumbuhan dan mengatur tingkat kebaikan kepada tanaman.
  3. Malaikat Israfil bertugas meniup terompet sangkakala. Apabila ditiup pertama kali maka semua makhluk akan mati, dan ketika ditiup untuk kedua kalinya maka semua makhluk akan hidup kembali.
  4. Malaikat lzrail berugas mencabut nyawa semua makhluk. Malaikat Izrail disebut juga malaikat maut.
  5. Malaikat Munkar bertugas memeriksa amal perbuatan dan mengajukan pertanyaan kepada manusia di alam barzah atau alam kubur.
  6. Malaikat Nakir bertugas seperti malaikat Munkar.
  7. Malaikat Raqib bertugas mencatat amal perbuatan manusia yang baik.
  8. Malaikat Atid bertugas mencatat amal perbuatan manusia yang buruk.
  9. Malaikat Malik bertugas menjaga pintu neraka, bersifat keras dan tidak mempunyai belas kasihan kepada penghuni neraka.
  10. Malaikat Ridwan bertugas menjaga pintu surga, bersifat lemah lembut, dan ramah kepada penghuni surga. 

Agar mudah dihafal, perhatikan di bawah ini : 

Malaikat Jibril : Menyampaikan wahyu
Malaikat Mikail : Menyampaikan rezeki
Malaikat Israfil : Meniup sangkakala
Malaikat Izrail : Mancabut nyawa
Malaikat Munkar : Menanyai manusia di dalam kubur
Malaikat Nakir : Menanyai manusia di dalam kubur
Malaikat Raqib : Mencatat perbuatan baik manusia
Malaikat Atid : Mencatat perbuatan buruk manusia
Malaikat Malik : Menjaga neraka
Malaikat Ridwan : Menjaga surga

Pengertian Malaikat Dan Hubungannya Dengan Allah

arti malaikat, apa itu malaikat
Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah ingkar. Malaikat sangat patuh terhadap perintah Allah SWT. Malaikat tercipta dari cahaya atau nur. Orang yang beriman kepada Allah ia harus juga beriman kepada adanya malaikat-malaikat Allah. 

Allah menciptakan malaikat untuk membantu-Nya dalam mengatur kehidupan manusia. Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah ingkar. Malaikat sangat patuh terhadap perintah Allah SWT. Malaikat tercipta dari cahaya atau nur. Orang yang beriman kepada Allah Ia harus juga beriman kepada adanya malaikat-malaikat Allah. 

Malaikat berbeda dengan manusia dan makhluk lainnya, baik sifat maupun asal penciptaannya. Malaikat diciptakan dari nun atau cahaya, sedangkan manusia dari tanah. Malaikat tidak dapat dilihat dengan mata karena mereka makhluk yang gaib. 

Walaupun begitu, khusus kepada para nabi dan rasul Allah, di antara malaikat itu ada yang menampakkan diri, bahkan dipertemukan oleh Allah. Malaikat kadang-kadang datang kepada nabi dan rasul dengan menjelma sebagai manusia. Kadang-kadang datang dengan bentuk aslinya. Kadang-kadang ia juga datang dengan suara seperti suara gemenincing lonceng.

Malaikat selalu tunduk dan patuh menjalankan tugas yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Mereka tidak pernah menentang atau melanggar perintah Allah. Mereka tidak pernah merasakan payah atau bosan dalam menunaikan tugasnya. Malaikat juga tidak pernah ingkar atau mengeluh. Malaikat adalah makhluk yang taat menjalankan perintah Allah.

Menurut bahasa (etimologi), Malaikat berarti utusan. Lafadznya dari akar kata al-aka dengan wazan (timbangan) maf’ala yang huruf hamzahnya diharakati setelah huruf sebelumnya disukun. Kata ini berarti ar-risaalah (surat), baik huruf laam mendahului hamzah sebagaimana (al-malak) maupun huruf hamzahnya mendahulul huruf laam. 

Ibnu Manshur ra. mengatakan bahwa pengertian dari Malaikat adalah arr isaalah (surat) artinya Malaikat, karena ia menyampaikan risalah dari Allah Ta’ala.

Secara istilah (termenologi), Malaikat berarti sosok yang lembut (halus) yang diberikan kemampuan menyerupai beragam bentuk makhluk yang berbeda, yang bertempat tinggal di langit. (Lihat Fathul Baari, Vl/368). 

Dalam Kitab Syarah Durusul Muhimmah Li Amatil Ummah, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazra mengartikan Malaikat sebagai makhluk ghaib yang diciptakan dari cahaya yang senantiasa menyembah Allah "Azza wa Jalla.” 

Malaikat tidak sedikitpun darinya sesuatu yang menjadi kekhususan Rububiyyah dan Uluhiyyah. Allah ‘Azza wa Jalla telah menganugerahkan kepda mereka (Malaikat) ketaatan penuh terhadap perintah-Nya dan kekuatan untuk melakukan ketaatan itu. Allah berfirman :

“Dan kepunyaan-Nya siapa yang ada di langit dan di bumi. Dan para Malaikat yang ada disisi-Nya tidaklah mereka menyombongkan diri dan menyembah-N ya dan tidak pula mereka merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiyaa’: 19-20).

Tabir Wanita