Saat persediaan air sudah habis, Siti Hajar menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sumber air. Ia pun berlari ke sana-kemari untuk mendapatkan makanan. Ia mencoba berlari menuju bukit Shafa untuk mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya. Namun, hanya batu dan pasir yang ditemuinya. Kemudian, dari atas bukit Shafa dia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwa. Dia pun berlari menuju bukit Marwa, walaupun ternyata yang dilihatnya hanya
fatamorgana. Belum sempat ia beristirahat, ia seperti mendengar suara yang memanggilnya sehingga ia berlari lagi ke bukit Shafa. Namun, tidak didapatinya sesuatu pun. Siti Hajar bolak-balik berlari hingga tujuh kali antara bukit Shafa dan bukit Marwa. Pada akhirnya, dia duduk termenung karena kelelahan dan hampir putus asa.
Di saat Siti Hajar dalam keadaan tidak berdaya, datanglah kepadanya Malaikat Jibril. Jibril bertanya kepadanya, "Siapa sebenarnya engkau ini?”
“Aku adalah hamba sahaya Nabi Ibrahim,” jawab Siti Hajar.
"Kepada siapa engkau dititipkan di sini?” tanya Jibril.
“Hanya kepada Allah.” jawab Siti Hajar.
Lalu Jibril berkata, “Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih yang akan melindungimu dan mencukupi kebutuhan hidupmu.”
Kemudian, Jibril mengajak Siti Hajar ke suatu tempat. Di tempat itu, Jibril menginjakkan kakinya sekuat-kuatnya di atas tanah. Tidak ama. muncullah air yang memancar dari bekas telapak kaki Jibril. Atas kehendak Allah, air tersebut sangat jernih dan tidak pernah kering. Sumber mata air itu kemudian disebut air Zamzam.
Melihat air yang memancar, Siti Hajar merasa lega dan gembira. Segera dia membasahi bibir putranya. Munculnya air Zamzam telah menarik perhatian burung-burung yang beterbangan mengelilingi daerah itu. Burung-burung itu pun menarik perhatian sekelompok bangsa Arab dan suku Jurhum yang sedang berkemah di sekitar daerah tersebut. Menurut pengalaman, di mana ada burung, di situ ada air. Maka, diutuslah oleh mereka beberapa orang untuk membuktikan kebenarannya. Para utusan itu pergi mengunjungi daerah tempat Siti Hajar berada. Kemudian, tak berapa lama mereka kembali membawa berita gembira kepada kaumnya tentang mata air Zamzam. Mereka juga menceritakan tentang adanya seorang wanita bernama Siti Hajar yang membawa putranya. Kelompok Jurhum pun segera memindahkan perkemahan ke sekitar tempat mata air Zamzam.
Kedatangan mereka disambut oleh Siti hajar dengan gembira. Sekarang, Siti Hajar memiliki tetangga-tetangga yang akan menghilangkan rasa sepinya di tempat itu. Siti Hajar bersyukur kepada Allah karena telah menurunkan rahmat kepadanya.