Kurang lebih 3 tahun lamanya Rasulullah saw. berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Mulailah pada tahun ke-4 kerasulan Muhammad saw., beliau berdakwah secara terang-terangan. Adapun yang menjadi dasar hukum daripada pelaksanaan dakwah secara terang-terangan adalah firman Allah :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr [15]: 94)
Adapun dakwah yang disampaikan Muhammad pada waktu itu meliputi :
- Allah itu Tuhan yang Maha Esa. Dialah yang menjadikan dan berkuasa selama-lamanya atas alam semesta beserta segala isinya;
- Allah-lah Tuhan yang wajib disembah. Setiap orang wajib bersyukur dan menyembah-Nya. Dia-lah yang menjadikan segala kehidupan di dunia ini;
- Sesungguhnya, kemuliaan ada di mata Allah. Derajat manusia tidak diukur dengan keturunan, kekuasaan, kekayaan, dan pangkat, melainkan semata-mata atas dasar ketakwaan dan jasanya, sedangkan perbudakan dikutuk oleh Allah;
- Setiap yang kaya menolong yang miskin; yang mampu harus menolong yang tidak mampu;
- Hidup manusia tidak berhenti dengan kematian. Setelah mati, masih ada kehidupan di akhirat. Tempat setiap orang mempertanggungjawabkan segala amalnya selama hidup di dunia ini.
Dakwah tentang nilai-nilai hidup yang disampaikan Muhammad bertentangan dengan tradisi Arab yang feodal dan materialistis pada waktu itu. Oleh karenanya, di antara hadirin ada yang nenanggapi pemhicaraan Nabi dengan lemah-lembut, tetapi Abu Lahab menentang dengan kerasnya seraya berkata kepada Abu Thalib, “Tangkap Muhammad sebelum kamu dikeroyok oleh semua orang Arab! Kalau semua orang Arab sudah menentang kamu gara-gara Muhammad, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Kalau kamu serahkan dia kepada mereka, berarti kamu menghinakan dirimu dan kaummu. Kalau mereka ditentang, berarti kamu berperang dengan semua orang Arab.”
Mendengar agitasi saudaranya itu, Abu Thalib merasa panas. Dengan semangat ia berkata, “Demi Allah, selama kami masih hidup, Muhammad akan kami bela.”
Abu Lahab semakin marah. Namun demikian, kemarahan serta sikap permusuhan kaum Quraisy tersebut tidak dapat merintangi tersebarnya dakwah Islam di kalangan penduduk Mekah. Setiap hari, ada saja orang yang masuk Islam menyerahkan diri kepada Allah. Kebanyakan mereka terdiri dari kaum wanita, para budak, pekerja, dan orang-orang miskin, namun mereka adalah orang-orang yang menginginkan agama yang benar sebagai pedoman hidup.
Sifat dan akhlak serta semangat hidup orang yang menggabungkan diri ke dalam agama ini sungguh menakjubkan. Terlebih, mereka tidak terpesona oleh pengaruh dunia perdagangan untuk sekadar melepaskan renungan akan apa yang telah diserukan kepada mereka. Mereka sudah melihat Muhammad yang sudah berkecukupan, baik dari harta Khadijah maupun hartanya sendiri. Harta itu tidak mereka pedulikan. Juga tidak akan membahayakan mereka. Ia mengajak orang hidup dalam kasih sayang, lemah-lembut, kemesraan, dan lapang dada. Bahkan, beliau yang menerima wahyu menyebutkan bahwa menumpuk-numpuk kekayaan adalah kutukan terhadap jiwa.
Sebenarnya, kaum Quraisy yang menentang ajaran yang dibawa Muhammad saw. hanya berpura-pura. Mereka berbicara atas nama agama atau Tuhan, sedangkan pada hakikatnya, mereka hanya khawatir akan kehilangan pengaruh, baik pengaruh materi maupun pengaruh politik. Sebab, mereka yang paling keras menentang ajaran Muhammad adalah para penguasa. Para penguasa kota Mekah yang ingin mempertahankan tradisi lamanya.
0 komentar:
Post a Comment