Thursday 13 October 2016

Persaudaraan Di Madinah (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

biografi lengkap nabi muhammad
Pengikut-pengikut Muhammad yang telah beriman dan meninggalkan tempat lahir mereka, mengikuti Nabi ke Madinah disebut kaum Muhajirin. Sedangkan pemeluk-pemeluk Islam di Madinah yang baru yang membantu Nabi, memperoleh gelar kaum Anshar atau penolong.

Pengabdian kaum Muhajirin kepada Nabi tak terhingga besarnya. Mereka telah meninggalkan kaum kerabat mereka, memberanikan diri menghadapi penderitaan-penderitaan dan cobaan-cobaan dalam menegakkan agama Islam. Hanya dengan rasa persaudaraan yang tinggilah, segala penderitaan dan cobaan itu dapat diatasi. 


Dalam suatu pertemuan, Nabi mengundang orang-orang Muhajirin dan Anshar. Beliau berkata, “Wahai saudara-saudara Anshar dan Muhajirin, saudara-saudara adalah kaum muslimin. Orang-orang Islam itu bersaudara dan orang-orang bersaudara itu harus tolong-menolong dalam kebaikan.” 

Persaudaraan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar sangat mesra, sehingga satu sama lain dapat saling mewarisi harta, jika di antara mereka ada yang meninggal dunia. Kaum Anshar memberikan sumbangan yang besar untuk menyukseskan penyebaran agama Islam. 

Selain Nabi mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar, Nabi mengusahakan juga persahabatan di antara semua golongan penduduk Madinah. 

Penduduk Madinah terdiri dari kaum Yahudi. Kaum Yahudi terbagi menjadi tiga golongan, yaitu Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Bani Quraizhah dan Bani Nadhir berpihak kepada suku Aus dan Bani Qainuqa berpihak kepada suku Khazraj. Permusuhan diplomatis ini mengakibatkan timbulnya Perang Buats yang melemahkan satu golongan tanpa memberi keuntungan pada golongan lain. Dengan demikian, penduduk Madinah berada dalam ketakutan dan kegelisahan terus-menerus. 

Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh Nabi dalam upaya melenyapkan permusuhan antar golongan yang saling bermusuhan adalah dengan membuat perjanjian persahabatan dan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di dalam dan di sekitar kota Madinah.

Dalam perjanjian ini, ditetapkan dan diakui hak kemerdekaan setiap golongan untuk memeluk dan menjalankan agamanya. Inilah slah satu perjanjian politik yang memperlihatkan kebijaksanaan Nabi saw. sebagai salah seorang politisi yang ulung. Tindakan seperti ini tidak pernah dilakukan oleh nabi-nabi dan para rasul sebelumnya. 

Dengan demikian, kedudukan Nabi saw. bukan hanya sebagai seorang Nabi dan Rasul, melainkan juga dalam masyarakat Islam, beliau sebagai seorang politisi, diplomat yang ulung. Di tengah-tengah medan perang, beliau adalah pejuang yang gagah berani dan memperlakukan musuh yang sudah menyerah dengan baik. Beliau adalah seorang kesatria yang tiada bandingannya. 

Adapun isi perjanjian tertulis yang dihuat oleh Nabi dengan kaum Yahudi adalah sebagai berikut:
  1. orang-orang Islam dengan orang-orang Yahudi harus hidup sebagai satu bangsa;
  2. kedua belah pihak harus menjalankan agamanya masing-masing dan tidak boleh saling mengganggu;
  3. apabila salah satu pihak ada yang diserang musuh, maka pihak lainnya harus membantu;
  4. apabila kota Madinah diserang musuh, kedua belah pihak harus bersama-sama mempertahankannya;
  5. apabila terjadi suatu perselisihan, maka Muhammad yang menjadi hakim yang terakhir dan tertinggi;
  6. mulai saat ini pertumpahan darah, pembunuhan dan kekerasan diharamkan di Madinah; dan
  7. syarat-syarat perdamaian akan dirundingkan bersama. 
Demikianlah isi perjanjian politik yang dibuat oleh Nabi saw. Dengan perjanjian itu, kemerdekaan beragama dan berpikir serta hak-hak kehormatan jiwa dan harta golongan non muslim telah terjamin. Dengan perjanjian itu pula, seluruh kota Madinah dan sekitarnya menjadi terhormat bagi seluruh penduduk. Mereka berkewajiban mempertahankan kota ini dan mengusir setiap serangan yang datang dari luar. Mereka harus bekerja sama untuk mempertahankan segala hak dan segala bentuk kebebasan yang telah disetujui bersama dalam perjanjian itu. 

Dengan basil perjanjian itu, kaum muslimin merasa tenteram menjalankan kewajiban agama mereka, baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri. Mereka tidak lagi khawatir akan adanya gangguan atau akan takut difitnah

Biografi selanjutnya dapat dilihat pada postingan yang berjudul :  Perang Badar (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Wednesday 12 October 2016

Nabi Muhammad SAW. Memasuki Madinah (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Biografi Lengkap Rasulullah SAW
Kaum muslimin di kota Madinah telah lama menunggu kedatangan Nabi, karena di antara semua orang Islam laki-laki hanya Nabi dan Abu Bakar yang masih tertinggal di kota Mekah yang kacau balau itu. Mereka khawatir akan nasib Nabi dan Abu Bakar, tetapi mereka yakin akan bantuan dan perlindungan Allah swt. terhadap Nabi yang mulia itu. 

Setiap hari, mereka mendengar berita bahwa kekejaman yang dilakukan oleh kaum Quraisy semakin menjadi-jadi. Mereka menjemput ke tempat yang jauh dari Madinah, untuk menyongsong kedatangan Nabi. Beberapa kali mereka pergi, lalu kembali dengan tangan hampa. 


Sebelum tiba di kota Madinah, Nabi dan Abu Bakar singgah di Quba, sebuah desa yang berjarak 5 kilometer dari Madinah. Di sini, Nabi singgah beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah itu nabi membangun masjid yang pertama, sebagai psat peribadatan, pembangunan masjid tersebut dilakuka secara gotong-royong, dimana Nabi pun ikut bekerja.

Nabi melanjutkan kunjungan ke plosok-plosok kota Madinah, yang ketika itu penduduk kota Madinah tua dan muda, laki-laki dan perempuan, besar dan kecil semuanya keluar dengan penuh sesak untuk menyambut kedatangan Nabi.

Setelah kurang lebih 8 hari lamanya menemuh perjalanan akhirnya Nabi beserta Abu Bakar memasuki kota Madinah, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun ke 3 dari keraslan atau ahun 1 hijriah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.

Ketika itu hari Jum’at. Nabi bersama dengan 100 orang melaksanakan shalat Jum’at di suatu tempat di sebuah lapangan. Sebelum shalat, beliau berkhutbah terlebih dahulu di hadapan para pengikut-pengikutnya. Itulah shalat Jum’at dan khutbah pertama yang dilakukan Nabi.

Demikianlah kisah kedatangan Nabi di kota Madinah yang disambut hangat oleh penduduk kota tersebut. Peristiwa hijrah adalah peristiwa berakhirnya masa Mekah dan mulainya masa Madinah, serta merupakan titik peralihan dari kehidupan Nabi Muhammad saw. 

Tahun penghinaan dan penindasan terhadap Nabi telah berlalu, kini berganti dengan masa-masa yang sukses. Nabi Muhammad pernah diabaikan dan disakiti oleh kaumnya sendiri di Mekah, sedangkan di Madinah dia tidak saja diterima sebagai seorang pimpinan yang terhormat, tetapi juga menjadi kepala negara Islam. Di Madinah, kekuatan dan kedudukannya mulai bertambah dan Islam memperoleh pengaruh yang tersebar luas hari demi hari. Di sini dia tidak lagi diganggu untuk menyampaikan ajaran- ajaran Islam kepada penduduk yang sesat; yang kemudian mau menerima ajaran dan keyakinan beliau. 

Biografi Nabi Muhammad slanjutnya dapat dibaca pada postingan yang berjudul :  Persaudaraan di Madinah (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Nabi Muhammad SAW. Hijrah Ke Madinah (Biografi Lengkap Rasulllah SAW)

Biografi Lengkap Rasulllah SAW
Ancaman dan penganiayaan yang ditujukan kepada umat Islam Mekah semakin menjadi-jadi sehingga mereka tidak saja terancam jiwanya, tetapi juga sangat kesulitan menjalankan ibadah. Dalam keadaan seperti itu, Nabi menganjurkan kepada umat Islam yang belum berhijrah untuk segera berhijrah ke Madinah. Dalam waktu lebih kurang dari dua bulan hampir semua kaum muslimin yang berjumlah 150 orang telah meninggalkan Mekah, kecuali mereka yang tertangkap dan mereka yang tidak kuat pergi serta dua orang sahabat terdekat Nabi, yaitu Ali bin Abu Thalib dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Mereka tidak mau meninggalkan Nabi. Mereka ingin membela Nabi sampai titik akhir perjuangan. 


Alangkah teguhnya kepercayaan Nabi Muhammad akan perlindungan Tuhannya. Beliau menyadari bahwa kaum Quraisy lebih marah kepadanya daripada kepada pengikut-pengikutnya. Beliau mengetahui bahwa kesejahteraan Islam tergantung atas kesejahteraan dirinya. Tidak ada orang yang menyalahkannya kalau beliau berhijrah lebih dahulu, meninggalkan pengikut-pengikutnya di belakang. Akan tetapi, beliau tidak berbuat demikian. Diperintahkannya para pengikutnya untuk lebih dahulu hijrah, sementara beliau tinggal di tengah-tengah musuhnya yang kejam itu. 

Melihat bahwa Nabi sekarang telah tinggal seorang diri, tidak ada kawan yang menemani, pimpinan-pimpinan Quraisy bermusyawarah tentang cara membunuh Nabi. Abu jahal mengusulkan supaya setiap kabilah mengirimkan seorang pemuda yang gagah berani dan bersenjatakan pedang. Mereka bersama-sama harus membunuh Nabi. Dengan demikian, Bani Hasyim tidak dapat mendakwa sesuatu kabilah sebagai pembunuhnya. Usul Abu jahal tersebut diterima dengan suara bulat. 

Lalu, Allah swt. menyampaikan rencana jahat kaum Quraisy itu kepada Nabi Muhammad saw. Di rumah Nabi yang tinggal hanyalah Nabi bersama Ali bin Abu Thalib. Lalu, Nabi meminta Ali tidur menggantikan dirinya di tempat tidurnya. 

Waktu itu musuh telah mengepung rumah beliau dari segala penjuru. Di depan pintu rumah Nabi, terlihat ada lima orang pemuda dengan pedang terhunus siap menerkam lawan. Sedangkan pemuda-pemuda lainnya mengintai dari celah-celah pintu untuk melihat ke tempat Nabi tidur. Mereka melihat ada seorang laki-laki dan mengira bahwa Muhammad sedang berada di tempat tidurnya. Mereka memastikan bahwa sekarang, Muhammad tidak akan lepas dari tangan mereka. 

rute hijrah nabi muhammad
Di tengah malam buta, Nabi menyelinap keluar di antara para pengepungnya tanpa dilihat oleh mereka. Dengan sembunyi-sembunyi, Nabi mendapati Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah gua di gunung Tsur, kira-kira lima kilometer di sebelah selatan kota. Mereka berdua bersembunyi di dalam gua itu selama tiga hari menunggu keadaan aman.
Tak seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian mereka dalam gua itu selain Abdullah bin Abu Bakar dan kedua orang putrinya (Aisyah dan Asma’) serta pembantu mereka Amir bin Fahirah. Tugas Abdullah sehari-hari berada di tengah-tengah kaum Quraisy sambil mendengarkan persengkongkolan mereka terhadap Muhammad. Pada malam harinya, ia sampaikan berita itu kepada Nabi dan ayahnya. Sedangkan Amir bertugas mengembalakan kambing Abu Bakar. Sore hari, kambingnya diistirahatkan, kemudian mereka memerah susu untuk diminum oleh Nabi dan Abu Bakar. Apabila Abdullah bin Abu Bakar keluar kembali dari tempat mereka, datang Amir mengikutinya dengan kambingnya untuk menghapus jejak. Sementara itu, Asma’ binti Abu Bakar bertugas mengirim makanan untuk Abu Bakar dan Rasulullah saw. 

Sementara itu, Ali bin Abu Thalib tinggal seorang diri di rumah Nabi. Pemuda-pemuda Quraisy yang mengepung sekeliling rumah Nabi, masih tertidur nyenyak. Fajar pun menyingsing, maka bangunlah Ali dari tempat tidurnya. Musuh-musuh yang sedang menunggu Nabi di luar terkejut karena Nabi sudah tidak ada di sana. Karena itu, pergilah mereka ke seluruh tempat untuk mencari beliau. 

Musuh yang telah terkelabui oleh muslihat Nabi, merasa sangat kecewa dan marah, karena Nabi dapat lolos dari kepungan mereka. Mereka menduga bahwa Nabi lari ke Yatsrib. Mereka mengumumkan untuk mengadakan sayembara: barangsiapa yang dapat menangkap Muhammad, hidup atau mati akan diberi hadiah 100 ekor unta. 

gua tsur
Beberapa orang di antara mereka, dengan mengikuti jejak Nabi, sampai di gua Tsur. Melihat itu, Abu Bakar merasa ketakutan. Bukan takut atas dirinya sendiri, melainkan takut kalau Nabi dapat ditangkap musuh. Dia menahan napas, tidak bergerak, dan hanya menyerahkan nasibnya kepada Allah. 

Mulailah orang-orang Quraisy menaiki gua itu. Tetapi, tidak lama kemudian, mereka turun lagi. Mereka berkeyakinan bahwa tidak mungkin Nabi bersembunyi di dalam gua segelap itu, apalagi letaknya di sebelah selatan kota. Lagi pula, mereka melihat ada sarang laba-laba di tempat itu yang hampir menutupi lubang gua. Juga ada 2 ekor burung di mulut gua itu. 

Melihat kesedihan hati Abu Bakar, Nabi berkata, “Jangan sedih, sesungguhnya, Allah beserta kita.” Dengan dua kalimat dari Nabi, Abu Bakar menjadi tenang kembali. 

Adapun mengenai pengejaran kaum Quraisy untuk menangkap dan membunuh Muhammad itu serta tentang cerita gua tempat Muhammad bersembunyi digambarkan di dalam firman Allah yang berbunyi : 

“Dan (ingtalah) ketika orang-orang kafir (Quraisy)memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Al-Anfal [8]: 30)

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya, Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkan (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua di waktu dia berkata kepada temannya, janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah [9]: 40) 

Tiga malam lamanya, Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di dalam gua itu. Setelah itu, keduanya berangkat menuju Madinah. Mereka mengetahui pihak Quraisy sangat gigih dan membuntuti mereka. Karena itu, dalam perjalanan ke Yasrib mereka mengambil jalan yang tidak biasa ditempuh orang. Abdullah bin ‘Uraiqith dari Bani Du’il, sebagai penunjuk jalannya, mengantar mereka berhati-hati sekali ke arah selatan di bawah Mekah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai laut Merah. Karena melalui jalan yang tidak biasa ditempuh orang, Abdullah bin ‘Uraiqit membawa mereka ke sebelah utara di seberang pantai itu, dengan agak menjauh, mengambil jalan yang paling jarang dilalui orang.
Kedua orang itu beserta penunjuk jalannya sepanjang hari, siang-malam berada di atas kendaraan. mereka tidak lagi memperdulikan kesulitan dan rasa lelah. Bagi mereka, tiada kesulitan yang lebih mereka takuti daripada tindakan kaum Quraisy yang akan merintangi mereka mencapai tujuan yang hendak mereka capai untuk berada di jalan Allah dan kebenaran. Muhammad sendiri tidak pernah mengalami keraguan bahwa Allah senantiasa akan menolongnya. meski demikian, beliau tidak akan mencampakkan diri ke dalam bencana. Allah menolong hamba-Nya selama hamba menolong dirinva dan menolong sesamanya. 

Di tengah perjalanan, mereka dibuntuti seorang laki-laki berkuda yang terus membayangi di belakang, sedang mengejar Nabi. Orang itu bernama Suraqah. Ia mengejar hadiah sayembara, Larena jika ia dapat menangkap Nabi dalam keadaan hidup atau mati, ia akan mendapat hadiah yang besar dan sayembara yang diselenggarakan oleh orang-orang Quraisy Mekah. yaitu 100 ekor unta. 

Akan tetapi. ketika Suraqah sudah mendekati Nabi, ia tersungkur sehingga jatuh. Kemudian, terbentang awan dan debu sehingga menutup pandangannya dari Nabi dan Abu Bakar, Akhirnya, Suraqah menyadari bahwa ia tidak diperbolehkan Tuhan membunuh Muhammad. Lalu, Nabi datang menghampirinya. Dia duduk bersimpuh memohon ampun dan memohon perlindungan kepada Nabi. Nabi pun memberi maaf kepadanya. Dia diperbolehkan kembali ke rumahnya dan peristiwa ini tidak Suraqah ceritakan kepada kaumnya yang sedang mencari Muhammad saw. 

Baca juga biografi Rasulullah SAW selanjutnya pada judul :  Nabi Muhammad SAW. Memasuki Madinah (Biografi Lengkap Rasulllah SAW)

Tuesday 11 October 2016

Perbekalan Menuju Jalan Kesucian (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Jiwa yang tenang itu terbang menemui Tuhannya ketika ajal menjemputnya setelah dia menjadi teladan yang luar biasa dalam berdakwah ke jalan Allah dan jihad di jalan-Nya. Dia hidup mendampingi Rasulullah saw selama 25 tahun. Sepanjang waktu dia merupakan istri yang bijaksana, cerdas, dan tidak pernah pelit untuk memberikan sesuatu yang dapat mendatangkan keridhaan Allah dan rasul-Nya. Maka, pantas kalau dia diberi kabar gembira sebagai penduduk surga. 


Begitulah ibu kita pergi meninggalkan dunia ini. Kenangan tentang dirinya tidak akan pernah hilang ditelan waktu. Kalau kita tuliskan semua tentang kebaikannya, kertas akan habis sebelum kita menulis sebagian kecil saja dari kemuliaan dan keutamaannya yang memenuhi seluruh dunia ini. 

Demi Allah, ibu kita Khadijah memiliki keutamaan yang amat besar bagi seluruh kaum muslimin dan muslimat sampai hari Kiamat nanti. Dialah yang menjadi penopang Rasulullah saw dalam dakwah dan menjadi tempat bersandar beliau ketika menghadapi berbagai ujian dan cobaan. 

Inilah kami, menyampaikan sejarah hidupnya kepada seluruh muslimah agar mereka mau belajar bagaimana seharusnya teladan yang sesungguhnya, ketika tidak ada lagi keteladanan itu. 

bilik islam
Wahai saudaraku kaum muslimat, inilah ibu kita Khadijah, teladan yang tak pernah terulang sepanjang zaman. Sejarah hidupnya dapat menjadi bekal untuk menuju jalan kesucian, pengorbanan, dan kemurahan hati. 

Akhirnya, tidak ada kata yang lebih pantas untuk diucapkan dalam rangka mengucapkan selamat jalan kepada ibu kita ini selain membacakan firman Allah swt., 
“Sesungguhnya, orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang Berkuasa.” (Al-Qamar [54]: 54-55) 

Semoga Allah meridhainya dan menjadikan surga sebagai tempat tinggalnya.

Demikian akhir rangkaian biografi Siti Khadijah ra, semoga rangkaian biografi Siti Khadijah ra. ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Monday 10 October 2016

Kecemburuan Aisyah ra. Terhadap Khadijah ra. (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Setelah Khadijah ra. meninggal dunia, Rasulullah saw. menikah dengan Saudah binti Zam’ah ra., kemudian dengan Aisyah ra. Waktu itu, Aisyah sangat mencemburui Khadijah karena Rasulullah saw. sering menyebut dan memujinya. Tentu saja kecemburuan itu diakibatkan oleh kecintaannya yang sangat terhadap Rasulullah saw. 

Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata, “Tidak ada yang aku cemburui di antara para istri Rasulullah saw. kecuali Khadijah, padahal aku tidak pernah bertemu dengannya.” 


Aisyah berkata, “Setiap kali Rasulullah saw. menyembelih kambing, beliau senantiasa berkata, ‘Kirim beberapa bagiannya kepada sahabat-sahabat Khadijah.’ 

Aisyah berkata, ‘Suatu hari aku marah terhadap beliau, lalu aku menyebut: ‘Khadijah’ Beliau berkata, ‘Aku telah diberi rezeki berupa kecintaan kepadanya.’

Diriwayatkan juga dari Aisyah, dia berkata, “Halah binti Khuwailid, saudara wanita Khadijah meminta izin bertemu dengan Rasulullah saw. Mendengar suaranya; Rasulullah saw. teringat dengan suara Khadijah, dan beliau merasa senang dengan kedatangannya. Maka, beliau berkata, ‘Ya Allah, Halah binti Khuwailid.’ 

Aku pun (Aisyah) merasa cemburu dan aku langsung berkata, ‘Mengapa engkau masih mengingat nenek-nenek Quraisy yang telah menghilang ditelan waktu sementara Allah telah menggantinya untukmu dengan yang lebih baik darinya.” 

Masih dari riwayat Aisyah ra. dia berkata, “Aku tidak merasa cemburu terhadap para istri Nabi saw. seperti kecemburuanku terhadap Khadijah yang telah wafat sebelum Rasuluflah saw. menikahiku karena aku seringkali mendengar Rasulullah saw. menyebutnya. Allah memerintahkan kepada beliau untuk memberinya kabar gembira bahwa telah tersedia untuknya sebuah rumah dari emas di surga, dan karena setiap kali Rasulullah saw. menyembelih kambing, beliau selalu memberi beberapa bagiannya kepada sahabat Khadijah.’ 

Dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh A1-Bukhari disebutkan, “Seringkali beliau menyembelih kambing, lalu memotong beberapa bagiannya dan mengirimkannya ke beberapa sahabat Khadijah. Seringkali aku (Aisyah ra..) brkata kepadanya, ‘Sepertinya tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadij ah?’ 

Rasulullah saw. menjawab, ‘Sesungguhnya, Khadijah itu dulu seperti ini dan seperti ini, dan aku mendapatkan keturunan darinya.” 

Diriwayatkan juga dari Aisyah, dia berkata, “Setiap kali Rasulullah saw. menyebut Khadijah, beliau selalu memujinya dengan berbagai pujian yang luar biasa.” 

Aisyah berkata, “Suatu hari, aku merasa cemburu, lalu aku berkata, ‘Mengapa engkau sering menyebut wanita berpipi merah itu, padahal Allah telah menggantikannya untukmu dengan yang lebih baik?’ 

Beliau menjawab, ‘Allah telah menggantinya dengan yang lebih baik darinya? Sungguh, dia beriman kepadaku pada saat orang-orang menolakku. Dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku. Dia mendermakan seluruh hartanya untukku pada saat semua orang menolak membantuku, dan Allah memberiku rezeki darinya berupa keturunan.” 

Diriwayatkan dari Abdullah Al-Bahi bahwa dia berkata, “Aisyah berkata, ‘Dahulu kalau Rasulullah saw. sudah menyebut nama Khadijah, beliau tidak pernah bosan memujinya dan memintakan ampun untuknya. Hingga suatu hari, beliau menyebut namanya sehingga aku merasa cemburu. 

Aku pun berkata kepada beliau, ‘Allah telah mengganti untukmu wanita yang sudah tua itu,’ 

Aisyah berkata, ‘Aku melihat beliau sangat marah mendengarnya sehingga aku merasa sangat ketakutan.’ 

Aku pun berkata dalam hati, ‘Ya Allah, jika engkau hilangkan kemarahan dari utusan-Mu, aku tidak akan mengulang ucapan yang menjelek-jelekkannya.’ 

Ketika Rasulullah saw. melihat aku begitu ketakutan, beliau bersabda, ‘Bagaimana bisa engkau berkata demikian? Demi Allah, dia telah beriman kepadaku ketika semua orang mendustakanku. Dia telah menerimaku ketika semua orang menolakku, dan aku diberi rezeki berupa keturunan darinya.”
Imam Adz-Dzahabi mengatakan, “ini merupakan suatu hal yang luar biasa”. Kecemburuan Aisyah terhadap seorang “wanita tua” yang telah meninggal dunia sebelum Rasulullah saw. Menikahinya -sementara Allah menjaga (Aisyah) untuk tidak cemburu terhadap sejumlah wanita lainyan bersama-sama dengannya menjadi istri Nab saw.- ini merupakan bentuk kelembutan Allah kepada Aisyah dan kepada Nab saw. agar kehidupan keduanya tidak menjadi keruh. Namun, kecemburuan Aisyah dapat diredam oleh kecintaan Nabi terhadapnya dan kecenderungan beliau kepadanya. Semoga Allah meridhainya. 

Di rumah Aisyah sendiri terdapat kemuliaan lain milik Ath-Tahirah Khadijah. Suatu hari, datang seorang wanita tua yang merupakan sahabat Khadijah menemui Rasulullali saw. Beliau pun menerimanya dengan baik dan memuliakannya. Beliau bahkan sempat membentangkan sorbannya dan mempersilakan wanita itu untuk duduk di atasnya. Beliau bertanya tentang keadaannya dan kebutuhannya datang menemui beliau. 

Aisyah berkata ketika keluar menemui mereka, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau begitu menghormati wanita hitam ini?” 

Rasulullah saw. menjawab, “Dia dulu pernah bertamu kepada Khadijah. Sesungguhnya, masa itu merupakan masa terbaik dari keimanan.” 

Rangkaian tulisan biografi khadijah yang terakhir bisa dibaca pasa postingan yang berjudul : Perbekalan Menuju Jalan Kesucian (Biografi Khadijah ra.)

Sunday 9 October 2016

Akhlak Yang Agung (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Imam Ibnu Katsir ra. menyebutkan beberapa keutamaan Khadijah Ath-Thahirah ra., di antaranya :
Wanita yang pertama dinikahi oleh Rasulullah saw. adalah Khadijah ra., dan orang pertama yang mengimani. kenabian beliau adalah Khadijah ra. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dan keutarnaan yang dimiliki oleh Khadijah. 

  1. Dia adalah orang yang pertama kali shalat berjamaah dengan Rasulullah saw.
  2. Istri yang pertama kali memberikan anak untuk beliau.
  3. Istri yang pertama kali diberi kabar gembira akan masuk surga di antara istri-istri beliau.
  4. Hamba yang pertama kali mendapatkan salam dari Tuhannya.
  5. Wanita yang paling pertama berbakti di antara wanita-wanita beriman.
  6. Istri Rasulullah saw. yang paling pertama wafat.
  7. Kuburan yang pertama kali diziarahi oleh Rasulullah saw. ketika beliau ke Mekah.
  8. Al-Imam Az-Zuhri mengatakan, “Khadijah ra. adalah orang yang paling pertama beriman kepada Allah. Ketika Rasulullah saw. menerima risalah dari Tuhannya, beliau langsung pulang ke rumahnya. Semua pohon dan batu yang dilewatinya mengucapkan selamat kepadanya, Ketika masuk ke dalam rumah dan menemui Khadijah, beliau berkata, “Ingatkah engkau apa yang aku ceritakan kepadamu tentang mimpi yang kusaksikan dalam tidurku bahwa Malaikat Jibril telah benar-benar menampakkan diri di hadapanku. Dia diutus oleh Tuhanku untuk menemuiku.” 

Lalu, beliau memberitahu Khadijah tentang wahyu yang baru saja diterimariya.’ 

Khadijah menjawab, ‘Tenanglah! Demi Allah, Allah tidak akan berbuat sesuatu atas dirimu, kecuali sesuatu yang baik. Maka terimalah apa yang diberikan Allah kepadamu. Sesungguhnya, itu adalah sebuah kebenaran.”

Biografi selanjutnya bisa dibaca pada postingan yang berjudul : Kecemburuan Aisyah ra. Terhadap Khadijah ra. (Biografi Khadijah ra.)

Inilah Penghargaan Yang Diberikan Rasulullah SAW Terhadap Khadijah ra.

Biografi Khadijah ra.
Rasulullah saw. sangat merasa sedih atas wafatnya Khadijah ra. Sebab, dia adalah istri yang luar biasa, sabar, ikhlas, dan selalu mendukung beliau selama hidupnya serta tidak segan-segan membelanjakan harta dan mempertaruhkan jiwanya untuk menolong agama ini. Karenanya, Rasulullah saw. tidak akan mungkin bisa melupakannya selamanya. 

Penghargaan beliau terhadap Khadijah pun begitu besar dan sulit digambarkan dengan kata-kata. Rasulullah saw. seringkali memuji Khadijah. Di antara pujian beliau terhadapnya adalah: “Laki-laki sempurna banyak, tapi tidak ada wanita yang sempurna kecuali Asiyah istri Firaun, Maryam binti Imran, dan Khadijah binti Khuwailid. Sedangkan keutamaan Aisyah dari banyak wanita lain seperti keutamaan roti yang direndam dalam kuah atas makanan lainnya.” 


Salah seorang ulama telah memberi catatan atas hadits ini dan berkata, “Persamaan antara ketiga wanita yang dikumpul.kan dalam satu ucapan ini adalah setiap mereka pernah mengurus seorang nabi yang diutus oleh Allah swt. dengan baik. 

Asiyah pernah mengurus Nabi Musa as. dengan baik (Yaitu, ketika Nabi Musa saw. dihanyutkan ke sungai oleh ibu kandungnya atas perintah Allah, Asiyah yang menemukannya dan mengangkatnya sebagai anak) dan mempercayainya ketika dia diutus. 

Maryam pernah mengurus Nabi isa as. dan membesarkannya, kemudian dia juga mengimani Isa ketika diangkat menjadi nabi, Sementara itu, Khadijah menjadi pendamping Rasulullah saw. dan menjadi pendukung beliau dengan harta dan jiwanya. Bahkan, dia adalah orang pertama yang mengimani Rasulullah saw. ketika diturunkan wahyu kepadanya.” 

Rasulullah saw. belum pernah menikah dengan siapa pun sebelum Khadijah dan beliau tidak menikah lagi dengan yang lain selama Khadijah masih hidup.” 

Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata,
“Nabi saw. tidak pernah menikah dengan orang lain sampai Khadijah wafat.” 

Rasulullah saw. bersama Khadijah melewati hari-hari yang paling indah penuh kasih sayang dalam kecintaan dan ketaatan kepada Allah serta berdakwah untuk agama Allah swt. Bahkan, pada hari-hari sepeninggal Khadijah, kecintaan Rasulullah saw. terhadapnya semakin bertambah. Bahkan, beliau suka melihat dan mendengar orang yang akan mengingatkan beliau kepadanya dan kepada hari-hari yang penuh warna dan keberkahan itu. 

Diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah, bapaknya berkata, “Aku mendengar Abdullah bin Ja’far, dan Ali bin Abi Thalib ra. dan Nabi saw. bahwa beliau bersabda, ‘Sebaik-baik wanita adalah Maryam binti Imran, dan sebaik-baik wanita adalah Khadijah.” 

Diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Rasulullah saw. menggambar empat buah garis di tanah, lalu bertanya kepada para sahabat, ‘Tahukah kalian apa ini?’ Para sahabat menjawab, ‘Allah dan rasul-Nya lebih tahu.’ 

Rasulullah saw. pun menjelaskan, ‘Wanita yang paling utama di antara penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Asiyah biti Mazahim istri firaun, dan Maryam binti Imran. Semoga Allah meridhai mereka semua.” 

Diriwayatkan dari Anas ra., sesungguhnya, Nabi saw. bersabda, “Cukup bagimu di antara seluruh wanita di alam ini: Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, dan Asiyah istri Firaun”. 

Diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Pemimpin para wanita penduduk surga nanti adalah Maryam binti Imran, Fatimah, Khadijah, dan Asiyah istri Firaun.” 

Di antara tanda-tanda yang nyata tentang penghargaan Rasulullah saw. terhadap Khadijah Ath-Thahirah adalah yang terjadi pada saat Perang Badar Al-Kubra. Waktu itu, Abul Ash bin Ar-Rabi’, menantu Rasulullah saw. dan suami dari putri beliau Zainab, putri dan istri beliau Khadijah, tertawan. Maka, Al-Wafiyyah mengirimkan kepada Zainab sesuatu untuk menebus suaminya Abul-Ash. Di antara tebusan tersebut ternyata kalung yang diperoleh Zainab dari ibunya, Khadijah ra., pada saat malam pernikahannya. 

Ketika Rasulullah saw. melihatnya, terenyuhlah hati beliau dan merasa kasihan sekali. Beliau teringat akan istrinya yang penuh keberkahan, Khadijah. Maka, beliau berkata kepada para sahabatnya, ‘Jika kalian setuju untuk melepas tawanan untuknya dan mengembalikan kalung itu kepadanya, maka lakukanlah.” 

Para sahabat pun langsung mengabulkan permintaan Rasulullah saw. tersebut yang digerakkan oleh rasa rindunya terhadap sang istri yang sangat berbakti, Ath-Thahirah Khadijah-Ummul Mu’ininin ra. Sebab, kaum muslimin merasa berhutang budi kepadanya

Biografi selanjutnya bisa dibaca pada postingan yang berjudul :  Akhlak Yang Agung (Biografi Khadijah ra.)

Tahun Duka Cita (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Kaum muslimin baru saja dapat memulai aktivitasnya seperti dulu ketika Islam di Mekah akan melewati masa sepuluh tahun yang penuh dengan berhagai kejadian yang berat. Belum sempat mereka bernapas lega setelah terlepas dari kesulitan yang mereka hadapi, Rasulullah saw. ditimpa musibah berupa wafatnya istrinya Khadijah ra. dan pamannya Abu Thalib. Peristiwa itu benar-benar merupakan musibah terberat yang dihadapi Rasulullah saw. 

Khadijah adalah nikmat yang paling besar yang diberikan oleh Allah swt. kepada Rasulullah saw. Dia telah menjadi tumpuan beliau pada saat-saat sulit; membantu beliau dalam upaya menyampaikan risalah; ikut serta menghadapi tantangan dan rongrongan; serta mendukung beliau dengan jiwa dan hartanya. 


Kita akan merasakan betapa besarnya nikmat tersebut ketika mengetahui hahwa diantara istri-istri para nabi terdahulu ada yang mengkhianati risalah dan kufur terhadap sang pembawa risalah. Ada Juga yang bersekutu dengan kaum musyrikin dari kaumnya dan menghasut mereka supaya memerangi Allah dan rasul-Nya. 

Semua itu digambarkan oleh Allah swt. melalui firman-Nya :
“Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya, maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari Allah; dan dikatakan: ‘Masuklah ke dalam jahannam bersana orang-orang yang masuk (ke sana).” (At-Tahrim [66]: 10) 

Sebaliknya, Khadijah ra. adalah istri yang berbakti dan setia mendampingi suaminya pada saat-saat sulit. Khadijah hidup bersama Rasulullah saw selama seperempat abad. Dia menghormati beliau sejak sebelum risalah turun ketika beliau seringkali menyendiri dan melakukan perenungan. 

Kemudian, setelah risalah datang, dia ikut menanggung makar permusuhan terhadap Rasulullah saw., rasa sakit akibat pemboikotan, dan kelelahan dalam berdakwah. Dia meninggal dunia dalam umurnya yang ke-65, sementara Rasulullah saw. berusia 50 tahun. Rasulullah saw. selalu mengenang Khadijah selama hidupnya.

Biografi khadijah selanjutnya bisa dilihat pada postingan yang berjudul  Inilah Penghargaan Yang Diberikan Rasulullah SAW. Terhadap Khadijah ra.

Saturday 8 October 2016

Balasan Itu Tergantung Perbuatanmu (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., dia berkata, “Malaikat Jibril datang menemui Nabi dan berkata, Wahai Rasulullah saw., Khadijah akan datang membawa nampan yang berisi makanan dan minuman. Jika dia datang, sampaikan kepadanya salam dari Tuhannya dan dariku. Juga beri dia kabar gembira bahwa untuknya telah disiapkan sebuah rumah yang terbuat dari emas. Tidak ada kegaduhan dan tidak ada kelelahan di sana.” 

Mari kita sejenak mencari tahu mengapa berita gembira itu berupa rumah yang terbuat dari emas? Mengapa harus disebutkan secara eksplisit bahwa rumah itu terbuat dari emas? 


Ibnu Hajar menjelaskan, “Kata ‘Qashab’ dengan memfathahkan huruf ‘qaf’, menurut Ibnut-Tin maksudnya adalah perhiasan yang terhampar luas sehingga membentuk seperti sebuah istana. Sedangkan menurut Ath Thabrani dalam kitab Al-Ausath dari jalur periwayatan yang lain, dari Ibnu Abi Aufa, maksudnva adalah emas dari jenis perhiasan. Sementara dalam kitab Al-Kabir dari hadits Abu Hurairah disebutkan, ‘Sebuah rumah yang terbuat dari perhiasan yang terhampar.’ 

Asalnya adalah dalam kitab Sahih Muslim, dan di kitab Al-Ausath, dari hadits Fathimah, dia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw. ‘Wahai Rasulullah, di mana ibuku Khadijah?’ Beliau menjawab, ‘Di rumah yang terbuat dari emas’. 

Aku bertanya lagi, ‘Apakah dari emas ini?’ Jawab beliau, ‘ Tidak, tapi dari emas yang tersusun dengan batu mutiara dan perhiasan intan permata’. 

As-Suhaili mengatakan, “Penekanan dalam hadits tersebut adalah pada kata ‘terbuat dari ‘qashab’ (emas)’ dan tidak dikatakan ‘terbuat dari lu’lu’ (perhiasan)’. Kata ‘qashab’ lebih sesuai dengan kedudukan Khadijah yang telah berhasil meraih emas dari perlombaan karena dia menyegerakan diri dalam beriman kepada risalah Rasulullah saw. Dengan demikian, penggunaan istilah qashab itu sangatlah sesuai dan tepat.” 

Di samping itu, ‘qashab’ juga berarti tumbuh-tumbuhan yang berbuku-buku seperti tebu dan bambu. Pada pengertian ini juga terdapat kesesuaian dari segi kestabilan setiap bukunya. Begitu juga halnya dengan Khadijah yang memiliki kestabilan. Sebab, dia selalu menjaga diri untuk berusaha meraih keridhaan Rasulullah saw. dengan cara apa pun. Dia tidak pernah sekalipun melakukan tindakan yang dapat memancing kemarahan beliau. 

Adapun perkataannya: “di rumah”, Abu Bakar Al-Iskaf menjelaskan dalam kitab Fawaid Al-A khbar bahwa yang dimaksud adalah rumah yang disiapkan untuknya sebagai balasan atas perbuatannya. Maka, disebutkan juga di sana, “Tidak ada kelelahan di sana.” Maksudnya, dengan adanya rumah itu dia tidak akan merasakan lelah. 

As-Suhaili menjelaskan, “Penyebutan rumah memiliki pengertian yang halus karena Khadijah adalah ibu rumah tangga pertama yang mengurus rumah yang seluruh penghuninya telah masuk Islam. Pada awal kernunculan Islam, tidak ada satu rumah pun yang seluruh penghuninya muslim selain rumah Khadijah. Sebuah keutamaan lagi yang dimiliki oleh Khadijah dan tidak ada yang menyamainya.” 

Balasan kebaikan memang biasanya disebutkan dengan lafalnya meski balasan yang sebenarnya jauh lebih baik dari yang disebutkan itu. Oleh karena itu, disebutkan di dalam hadits dengan kata “rumah” bukan “istana”. 

Sementara Al-Manawi mengatakan, “Rumah di sini maksudnya adalah istana. Penamam tersebut telah biasa digunakan di kalangan orang Arab. Balasan itu mesti sesuai dengan jenis amal, sebagaimana sabda Rasulullah saw. “Tidak ada kegaduhan dan tidak ada kelelahan di sana”. 

As-Suhaili berkata lagi, “Hubungan peniadaan kedua hal itu, yaitu kegaduhan dan kelelahan adalah ketika Rasulullah saw. menyeru manusia untuk masuk Islam, Khadijah langsung menjawab seruan itu dengan penuh ketaatan tanpa ada penolakan dengan suara tinggi dan tidak ada kelelahan yang dirasakan Rasulullah saw. dalam hal itu. 

Bahkan, dengan adanya sikap Khadijah itu hilanglah kelelahan dari diri Rasulullah saw. Khadijah telah membuat Rasulullah saw. merasa tenang dan memperoleh kemudahan. Dengan demikian, sangatlah sesuai jika tempat tinggal yang dijanjikan untuk Khadijah oleh Tuhannya memiliki sifat seperti di atas.” 

Biografi selanjutnya bisa dibaca pada postingan yang berjudul :  Tahun Duka Cita (Biografi Khadijah ra.)

Allah SWT Menyampaikan Salam Kepada Khadijah ra. (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Diriwayatkan dari Anas, “Malaikat Jibril datang menemui Rasulullah saw. yang waktu itu sedang bersama Khadijah. Jibril lalu berkata, “Sesungguhnya, Allah menyampaikan salam kepada Khadijah.” Khadijah menjawab, “Sesungguhnya, Allahlah sumber salam (keselamatan) Salam untuk Jibril dan salam untuk engkau (Rasulullah saw.) dan rahmat serta berkah Allah semoga dilimpahkan kepadamu.”


Sungguh, seorang tbu yang memahami agama dengan baik, cerdas, dan berakhlak mulia serta hidup di rumah Rasulullah saw.; yang padanya terkumpul berbagai macam keutamaan dan sifat-sifat baik dan mulia. 

Allah swt. berfirman :
“Dan sesungguhnya, kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam [68]: 4

Biografi selanjutnya dapat dibaca pada postingan yang berjudul : Balasan Itu Tergantung Perbuatanmu (Biografi Khadijah ra.)

Lembaran Keputusan Yang Zalim Dan Pemboikotan Umum (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Imam Muhammad bin Yusuf Ash-Shalihi Asy-Syami berkata, ‘Al-Aswad, Az-Zuhri, Musa bin Uqbah, dari Ibnu Ishaq menceritakan :
“Waktu itu kaum musyrikin Quraisy telah mengetahui bahwa beberapa sahabat Rasulullah saw. telah pergi ke suatu negeri, yaitu Habasyah dan memperoleh keamanan dan ketenteraman di sana. Di saat yang sama Raja Najasyi, Raja di negeri Hahasyab itu melarang setiap orang yang datang ke sana dari kalangan kaum musyrikin. 


Sementara itu, Umar bin Khaththab telah masuk Islam. Dia adalah seorang pemberani yang tidak pernah merasa takut kepada siapa pun sehingga para sahabat Rasulullah saw. selalu meminta tolong kepadanya dan kepada Hamzah bin Abdul Muththalib, paman Nabi saw. yang telah masuk Islam terlebih dahulu. Dengan kondisi ini, kaum musyrikin Quraisy tidak dapat berbuat apa-apa lagi terhadap mereka. 

Umar dan Hamzah bersama-sama Rasulullah saw. dan para sahabat beliau mulai menyebarkan Islam ke tengah-tengah berbagai kabilah yang ada di sana. Melihat hal itu kaum musyrikin Quraisy bersepakat untuk membunuh Rasulullah saw. dan berkata, “Dia telah merusak anak-anak dan istri kita.” Lalu mereka berkata kepada kaum Rasulullah saw. 

Ambillah diyat (bayaran yang diberikan oleh pembunuh kepada keluarga atau suku orang yang dibunuhnya) yang berlipat ganda dari kami dan hendaklah seseorang dari selain suku Quraisy membunuhnya agar hati kalian menjadi tenteram. Namun kaum Rasulullah saw., yaitu Bani Hasyim menolak hal tersehut, terutama Bani Abdul Muththalib bin Abdu Manaf.” 

Ketika kaum musyrikin Quraisy mengetahui bahwa Rasulullah saw. telah mendapat pembelaan dari kaumnya. Mereka sepakat untuk mengusir beliau dan kaumnya dari Mekah dan menulis sebuah keputusan yang memboikot Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib bahwa mereka tidak akan menikahi gadis-gadisnya. Juga tidak akan menikahkan gadis-gadis mereka kepada anggota kabilah Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib. Mereka juga tidak akan melakukan jual-beli, tidak menerirna perjanjian damai, dan tidak akan mengasihani Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib sampai mereka menyerahkan Rasulullah saw untuk dibunuh. 

Ketika keputusan tersebut mereka sepakati, maka ditulislah di sebuah lembaran, kemudian smua kabilah berjanji untuk menepati keputusan tersebut. Lembaran keputusan itu ditempel di dinding Ka’bah untuk memantapkan hati mereka. Sejak saat itu, para kabilah itu memboikot Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib dan tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk melakukan jual-beli di pasar-pasar. Bahkan, setiap kali datang bahan makanan, lauk-pauk, dan barang dagangan yang lain, mereka langsung memborong habis semuanya dan tidak menyisakan sedikit pun untuk Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib. 

Mendapat perlakuan seperti itu dari kaum Quraisy, mengadulah mereka kepada Abu Thalib. Semua mendatanginya, baik dari kalangan mukmin maupun kafir. Namun, Abu Lahab menyatakan keluar dari Bani Hasyim dan bergabung dengan kaum Quraisy. 

Pemboikotan semakin menjadi, termasuk pemboikotan terhadap bahan makanan. Setiap kali ada bahan makanan yang masuk ke Mekah, langsung diborong habis dan tidak pernah disisakan untuk dapat dibeli oleh Bani Hasyim dan Bani Ahdul Muththalib. Mereka pun dilanda kelaparan hebat yang membuat mereka mulai memakan daun-daunan dan kulit binatang. 

Terdengar rintihan kelaparan anak-anak dan kaum wanita dari balik kemah mereka. Mereka tidak dapat keluar dari kemah untuk membeli keperluan mereka, kecuali pada bulan-bulan haram. Itu pun mereka beli barang dagangan yang kembali ke Mekah setelah tidak laku dijual di luar kota Mekah. Meski demikian, orang-orang Mekah tetap menjualnya dengan harga yang tinggi sehingga mereka pun tidak sanggup membelinya. 

Waktu itu Hakim bin Hazam adalah orang yang selalu mensuplai gandum kepada bibinya, Khadijah ra. Pernah suatu ketika, dia dipergoki oleh Abu Jahal, lalu dihalang-halangi jalannya. Beruntung ada Abul Bakhtani yang menolongnya hingga dia dapat mengantar gandum ke rumah bibinya itu. 

Abu Thalib sangat mengkhawatirkan Rasulullah saw. Setiap kali malam menjelang dan orang-orang sudah berangkat ke pembaringannya, dia menyuruh Rasulullah saw. untuk tidur di tempat tidur miliknya supaya dia bisa melihat orang-orang yang berniat jahat kepadanya. jika semua orang sudah tidur, dia menyuruh salah satu anaknya atau saudaranya atau keponakannya untuk tidur di tempat tidur Rasulullah saw. dan menyuruh Rasulullah saw. tidur di tempat tidur orang itu. 

Sementara itu, Rasulullah saw. dan kaum muslimin keluar pada setiap musim pasar untuk menemui orang-orang yang berdatangan ke Mekah dan mengajak mereka untuk masuk Islam. 

Ibnu Katsir rahimahullah menceritakan, “Kemudian beberapa kaum dari suku Quraisy berupaya membatalkan keputusan yang tertera di lembaran tersebut. Orang yang memprakarsai hal itu adalah Hisyam bin Amr bin Rabi’ah bin Al-Harits bin Habib bin Jadzimah bin Malik bin Hasal bin Amir bin Lu’ay. Dia pergi ke Muth’im bin Adi dan sekelompok orang Quraisy untuk menceritakan maksudnya itu, maka mereka pun menanggapi usulan itu dengan tanggapan yang positif. 

Pada saat yang sama Rasulullah saw. memberitahukan kepada kaumnya bahwa Allah swt. telah mengirimkan serangga ke lembaran keputusan itu dan memakan semuanya hingga hanya tersisa bagian yang bertuliskan nama Allah swt. Dengan demikian, kembalilah Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib ke Mekah dan terjadilah perdamaian meski Abu Jahal dan Amr bin Hisyam tidak menyetujuinya. 

Selama pemboikotan terjadi, ibu kita Khadijah ra. senantiasa memberikan dukungan kepada Rasulullah saw. dan ikut menanggung beban atas perilaku kaumnya dengan hati yang sabar. Hingga akhirnya Allah swt. menetapkan ketentuan-Nya dan mengakhiri pemboikotan yang zalim dan menyakitkan, bagaikan pedang yang ditempelkan ke leher-leher orang yang diboikot yang mengimani risalah Muhammad saw. 

Ketika drama pemboikotan berakhir, keluarlah sang wanita suci, Khadijah Ummul Mu’minin ra. dari tempat pemboikotan dengan hati yang luar biasa senang, buah dari kesabarannya untuk terus mengikuti jejak dakwah Rasulullah saw. Seorang istri yang tepercaya; yang berlindung di bawah lindungan keimanan yang hakiki dan kesabaran yang luar biasa. 

Atas keteguhan hati kaum muslimin dalam menghadapi berbagai situasi sulit dan menakutkan itu, Allah mengangkat derajat mereka di akhirat nanti dan menjadikan mereka pemimpin di dunia. Itulah balasan bagi orang yang bersabar dan bersyukur. 

Allah membalas mereka dengan surga yang kekal atas kesabaran mereka menghadapi cobaan. Sebuah ganjaran yang tak ada tandingannya. 

Biografi selanjutnya bisa dilihat pada postingan berjudul :  Allah SWT Menyampaikan Salam Kepada Khadijah ra.

Friday 7 October 2016

Diliputi Kesedihan Dan Kisah Hijrah Ke Habasyah (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Ketika gangguan kaum musyrikin terhadap kelompok muwahhidin (yang telah menerima tauhid atau telah masuk Islam) semakin menjadi-jadi dari hari ke hari, Rasulullah saw. mengizinkan para sahabatnya untuk berhijrah ke Habasyah. 

Pada awalnya, tekanan yang datang di pertengahan dan akhir tahun keempat kenabian tidak terlalu kuat. Tapi seiring perubahan waktu, tekanan tersebut semakin menjadi-jadi dan puncaknya adalah di pertengahan tahun kelima kenabian. Tidak ada lagi tempat untuk menghindar di Mekah dan kaum muslimin kehabisan akal untuk menghentikan berbagai tekanan tersebut. 


Pada saat keadaan mereka terjepit, turunlah beberapa surat yang berisi tiga kisab, di dalamnya terdapat isyarat dari Allah swt. bagi hamba-Nya yang beriman. Kisah yang pertama adalah kisah Ashabul-Kahfi yang mengandung isyarat tentang hijrah dari tempat kekafiran dan penuh permusuhan ketika dikhawatirkan terjadinya fitnah terhadap agama dan akidah, seraya tawakkal kepada Allah swt.
Allah swt. berfirman, “Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.” 

Lalu, kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa yang mengisyaratkan bahwa segala sesuatu itu tidak selalu seperti yang tampak di permukaan, tapi bisa jadi kejadian yang sesungguhnya, adalah kebalikan dari yang tampak itu. 

Dalam kisah tersebut terdapat isyarat yang halus bahwa rongrongan dan serangan yang dilancarkan terhadap kaum muslimin akan berbalik seratus delapan puluh derajat sehingga kaum musyrikin yang tidak mau beriman akan terkalahkan dan tidak berkutik di hadapan kaum yang dianggap lemah itu. 

Kisah yang ketiga adalah kisah tentang Zulkarnain yang memberikan pelajaran bahwa dunia ini hanya diwariskan oleh Allah swt. kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dan kemenangan itu hanya akan diperoleh di jalan keimanan, bukan kekufuran. 

Di samping itu, Allah juga akan selalu mengutus di antara hamba-Nya -di setiap masa- seseorang yang akan membela dan menyelamatkan kaum lemah dari Ya’juj dan Ma’juj pada masanya. Hamba Allah yang paling berhak mewarisi bumi ini hanyalah hamba-hamba-Nya yang saleh. 

Kemudian, turun surat Az-Zumar yang mengisyaratkan tentang hijrah dan menyatakan bahwa bumi Allah tidaklah sempit. Allah swt. berfirman, “Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” 

Pada saat itu, Rasulullah saw. mendengar bahwa Ashimah An-Najasyi, Raja Habasyah, adalah raja yang adil dan tidak suka menzalimi siapa pun. Maka beliau pun menyuruh kaum muslimin untuk berhijrah ke negeri Habasyah untuk menghindar dalam rangka menyelamatkan agama mereka dari fitnah. 

Maka, pada bulan Rajab tahun ke-5 kenabian berangkatlah gelombang pertama dari sahabat untuk berhijrah ke Habasyah. Kelompok ini terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang wanita yang diketuai oleh Utsman bin Affan dan ikut bersamanya Ruqayyah binti Rasulullah saw. 

Beliau menyebut keduanya dengan ungkapan, “Sesungguhnya, mereka berdua adalah keluarga yang pertama berhijrah di jalan Allah setelah Nabi Ibrahim as. dan Nabi Luth as. 

Sementara Khadijah ra. berdiri bersama Rasulullah saw. melepas putrinya Ruqayyah dan suaminya Utsman ra. seraya berlinang air mata. Meski demikian, dia tetap bersabar karena dia selalu berangan-angan di relung jiwanya yang paling dalam untuk mengorbankan segala sesuatu di jalan kemenangan agama yang agung ini, meski harus membayar mahal. Segala sesuatu tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan keridhaan Allah swt

Biografi selanjutnya dapa dibaca pada artikel yang berjudul :  Lembaran Keputusan Yang Zalim Dan Pemboikotan Umum (Biografi Khadijah ra.)

Sabar Dan Pasrah (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Khadijah binti Khuwailid ra. menyaksikan sendiri apa yang dialami oleh Rasulullah saw. berupa gangguan dan ejekan. Karena itu, dia berusaha untuk menguatkan Rasulullah saw. dan mendukungnya agar tetap tegar. Dia juga berusaha meringankan beban yang dialami Rasulullah saw. akibat perbuatan kaumnya kepada beliau. 

Khadijah merupakan contoh yang luar biasa dan mungkin tidak ada duanya serta teladan bagi setiap kaum muslimah yang suaminya merupakan seorang dai yang mengajak manusia ke jalan Allah swt. Teladan dalam hal meringankan beban yang diderita Rasulullah saw. berupa cobaan dan rintangan yang beliau hadapi di jalan dakwah. 


Di antara rintangan yang disaksikan oleh Khadijah ra., adalah gangguan yang dilakukan kaum musyrikin terhadap Rasulullah. 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra., “Nabi Muhammad saw melakukan shalat di Baitullah, sedangkan Abu Jahal dan teman-temannya sedang duduk-duduk. Ketika sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Siapakah di antara kalian yang dapat membawa tempat kandungan unta bani Fulan lalu meletakkannya di atas punggung Muhammad apabila sujud ?” 

Bangkitlah orang yang paling celaka di antara kaum itu (yakni, Ibnu Abi Mu’ith). Ia datang membawanya, kemudian ia memperhatikan. Ketika Nabi Muhammad saw. sujud, ia meletakkannya di atas punggung beliau di antara kedua pundak beliau. Aku melihatnya, namun sedikit pun aku tidak dapat berbuat apa-apa. Seandainya aku mempunyai sesuatu untuk mencegah. 

Mereka mulai tertawa-tawa, sebagian mereka menempati tempat sebagian yang lain dan Rasulullah saw. tetap sujud tidak mengangkat kepala beliau sehingga Fatimah datang kepada beliau kemudian melemparkan tempat kandungan unta itu dari punggung beliau. 

Beliau mengangkat kepalanya, kemudian menghadap Ka’bah seraya berdoa, “Ya Allah, atas kehendak-Mulah untuk mengambil tindakan terhadap orang-orang Quraisy (tiga kali).” 

Mendengar doa tersebut, mereka menjadi ketakutan karena beliau mendoakan keburukan atas mereka, karena mereka tahu bahwa berdoa di tempat itu sangat mustajab. 

Kemudian, beliau menyebut nama mereka satu per satu, “Ya Allah, atas kehendak-Mulah untuk mengambil tindakan terhadap Abu Jahal bin Hisyam; atas kehendak-Mu-lah untuk mengambil tindakan terhadap (Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Walid bin Utbah, Umaiyah bin Khalaf, dan Igbah bin Abu Mu’aith).” 

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh aku melihat orang-orang yang disebut oleh Rasulullah saw. itu terbanting ke sumur, yakni Sumur Badar.” 

Sementara itu, Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. menceritakan, “Abu Jahal berkata, Muhammad saw. berbuat jahat di kalian ?” (Maksudnya adalah apakah Nabi Muhammad menyeru mereka ke jalan Allah? Sebab, dakwah untuk bertauhid dianggap perbuatan jahat oleh mereka.)

Dijawab, ‘Ya.’ 

Abu Jahal berkata lagi, “Demi Lata Uzza, kalau aku melihatnya berbuat demikian lagi, akan aku injak lehernya dan aku benamkan wajahnya ke tanah.”

Tak lama berselang datanglah Rasulullah dan langsung melaksanakan shalat. Abu Jahal pun bermaksud untuk menginjak leher Rasulullah saw., tapi tiba-tiba dia melompat mundur sambil menangkiskan tangannya. Dia ditanya, “Apa yang terjadi denganmu hai Abu Hakam?’

Abu Jahal menjawab, “Aku melihat di antaraku dan dia ada parit api. Sesuatu yang menakutkan dan banyak sekali sayap.” 

Rasulullah saw. bersabda, “Kalau saja dia mendekat padaku, malaikat akan mematahkan bagian-bagian tubuhnya.” 

Diriwayatkan juga dari Urwah bin Zubair, dia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Amru bin Ash, “Ceritakan kepadaku tentang perbuatan jahat kaum musyrikin yang paling buruk terhadap Rasulullah saw.” 

Dia bercerita, “Suatu ketika, Rasulullah saw. sedang shalat di bawah bayang-bayang Ka’bah. Tiba-tiba, datanglah Uqbah bin Abi Mu’ith. Dia langsung mengalungkan bajunya ke leher Rasulullah saw., lalu mencekik beliau dengan cekikan yang amat keras. Lalu, datang Abu Bakar dan langsung menarik pundak Uqbah dan mendorongnya agar menjauh dari Rasulullah saw. Abu Bakar lantas berkata, “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia mengatakan, “Tuhanku ialah Allah?” (Al-Mukmin [23]: 28) 

Tidak hanya Rasulullah saw. yang mengalami gangguan, para sahabat beliau pun mengalami gangguan dan siksaan yang sangat keji. 

Diriwayatkan dari Khabab bin Al-Art, dia berkata, “Aku datang menemui Rasulullah saw. yang sedang berada di bawah bayang-bayang Ka’bah. Waktu itu kami sedang menghadapi gangguan yang sangat hebat danri kaum musyrikin. Aku berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah saw., mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah (untuk menyelamatkan kita dari gangguan dan siksaan kaum musyrikin)?” 

Rasulullah saw. langsung duduk dan wajahnya memerah. Beliau berkata, “Orang-orang sebelum kalian dulu disisir tubuhnya dengan sisir yang terbuat dari besi, tapi itu tidak membuat mereka berpaling dari agama mereka. Ada juga yang diancam akan digergaji lehernya. Meski ajal menjemput, mereka tidak merasa takut kecuali hanya kepada Allah.” 

Ibnul Qayyim ra., menyebutkan :
“Maksudnya adalah bahwa sesungguhnya, Allah swt. telah menetapkan hahwa setiap jiwa itu harus menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan. Dengan adanya ujian dan cobaan tersebut akan terlihat mana yang haik dan mana yang buruk; mana yang berhak untuk dijadikan wali dan mana yang tidak berhak. 

Di samping itu, berbagai ujian dan cobaan itu juga berguna untuk mengasah jiwa dan membersihkannya dari berbagai macam noda seperti halnya emas yang tidak bisa menjadi murni dan bersih dari berbagai unsur lainnya, kecuali dengan melewati serangkaian uji coba. 

Sebab, setiap jiwa itu pada asalnya dipenuhi dengan kebodohan dan kezaliman. Dari kebodohan dan kezaliman itu muncullah berbagai sifat jelek yang harus dibuang jauh-jauh dan disaring. Jika berbagai sifat jelek itu telah dibersihkan di dunia ini, maka itu merupakan suatu hal yang amat bagus. Jika tidak, maka dia akan dibersihkan dulu di api neraka. Setelah bersih, barulah dia diizinkan untuk masuk surge.” 

Dr. Musthafa As-Siba’i mengatakan bahwa sesungguhnya, ketegaran orang-orang yang beriman di jalan akidah yang mereka yakini setelah mengalami berbagai penyiksaan dan tekanan dari kalangan orang-orang jahat dan sesat menandakan kesungguhan iman mereka dan keikhlasan mereka dalam meyakini keimanan tersebut, serta keluhuran jiwa dan pikiran mereka. Mereka melihat bahwa apa yang mereka yakini itu menciptakan ketenangan dan ketenteraman dalam jiwa dan pikiran mereka. Mereka menganggap bahwa apa yang mereka dapatkan berupa keridhaan Allah swt. jauh lebih besar dari apa yang dialami oleh fisik mereka berupa siksaan, pemboikotan, dan tekanan

Biografi selanjutnya bisa dibaca pada postingan yang berjudul :  Diliputi Kesedihan Dan Kisah Hijrah Ke Habasyah (Biografi Khadijah ra.)

Mekah Diguncang Kemarahan (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Rasulullah saw. mulai mengajak keluarga, kerabat, dan kaumnya untuk masuk Islam dan bertauhid. 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., dia berkata, “Ketika turun ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”, Rasulullah saw. langsung menyeru kaum Quraisy dan mengumpulkan mereka. Setelah mereka berkumpul, beliau berkata di hadapan mereka seraya menyeru mereka satu per satu :
“Hai Bani Ka’ab bin Lu’ay, selamatkan diri kalian dari api neraka. Hai Bani Murrab bin Ka’ab, selamatkan diri kalian dan api neraka. Hai Bani Abdusy-Syams, selamatkan diri kalian dari api neraka. Hai Bani Abdu Munaf, selamatkan diri kalian dari api neraka. Hai Bani Hasyim, selamatkan diri kalian dari api neraka. Hai Bani Abdul Muththalib, selamatkan diri kalian dari api neraka. Hai Fatimah, selamatkan dirimu dari api neraka.


Sesungguhnya, aku tidak memiliki apa-apa untuk kalian dari Allah selain karena kalian ada hubungan keluarga denganku, maka aku akan selalu menyambung hubungan tersebut.” 

Mendengar hal itu, kaum musyrikin Quraisy segera menyatakan sikap mereka untuk memerangi Islam, mendiskreditkan orang-orang yang masuk ke dalam agama itu, dan menimpakan kepada mereka berbagai bentuk gangguan dan siksaan. 

Sejak Rasulullah saw. terang-terangan berdakwah dan mengajak manusia ke jalan Allah swt. dan terang-terangan menyebutkan kesesatan apa yang diwarisi oleh kaumnya dan nenek moyang mereka, Mekah diguncang kemarahan. Kaum muslimin mengalami berbagai penindasan selama lebih kurang sepuluh tahun. Hidup mereka tidak tenang, darah mereka tertumpah di Tanah Haram, kehormatan mereka terinjak-injak. Kedudukan mereka sebagai muslim membuat mereka harus menanggung berbagai resiko yang amat berat. 

Di samping penyiksaan secara fisik, kaum muslimin juga mengalami tekanan psikologis. Mereka dihina dan direndahkan. Semua itu dilakukan oleh kaum kafir Quraisy untuk melemahkan kaum muslimin, baik secara fisik maupun psikis

Biografi selanjutnya bisa dilihat pada postingan yang berjudul :  Sabar Dan Pasrah (Biografi Khadijah ra.)

Thursday 6 October 2016

Di Bawah Bimbingan Rasulullah SAW (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Khadijah ra. senantiasa mendampingi Rasulullah saw. selama hampir seperempat abad sehingga dia menerima langsung berbagai petunjuk dari sumber aslinya yang masih sangat jernih. Dia juga memperoleh banyak hal dari beliau berupa kasih sayang, akhlak yang baik, dan ilmu dalam suasana yang diliputi oleh kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata.


Khadijah selama hidupnya juga selalu melaksanakan shalat bersama-sama Rasulullah saw., yaitu shalat yang berlaku pada masa itu : dua rakaat di waktu pagi dan dua rakaat di sore hari, sebelum turun kewajiban shalat yang lima waktu pada saat Rasulullah saw. mengalami Isra’. 

Diriwayatkan dari Urwah bin Zubair, dari Aisyah ra., dia berkata, “Kewajiban shalat itu pada awalnya hanya berupa dua rakaat, lalu diperintahkan shalat dalam waktu perjalanan, kemudian disempurnakan shalat pada saat bermukim.” 

Khadijah meninggal dunia sebelum turunnya berbagai kewajiban, termasuk kewajiban shalat lima waktu yang diwajibkan pada saat Rasulullah saw. melaksanakan Isra’ mi’raj. 

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, “Sesungguhnya, Rasulullah saw. ditanya tentang Khadijah mengenai keadaannya yang meninggal sebelum turunnya berbagai kewajiban dan hukum. Rasulullah saw. menjawab, “Aku melihatnya di salah satu sungai yang ada di surga, di sebuah rumah yang terbuat dari emas bersih dari kegaduhan dan permusuhan.” 

bilik islam
Lalu beliau juga ditanya tentang Abu Thalib (paman beliau yang telah mati-matian membela beliau dari makar kaum kafir Quraisy, namun di akhir hayatnya tidak sempat mengucapkan kalimat syahadat), apakah berbagai perbuatannya itu berguna baginya? Rasulullah saw. menjawab, “Semua perbuatannya itu telah membuatnya dikeluarkan dari Jahannam ke tempat yang dangkal” 

Diriwayatkan juga dari Afif Al-Kindy, dia mengatakan, “Abbas bin Abdul Muththalib dulu adalah sahabatku. Dulu dia suka pergi ke Yaman untuk membeli wangi-wangian dan menjualnya pada musim jual beli. Ketika aku sedang berada di tempat Ja’far di mina, dia didatangi oleh seorang laki-laki dewasa. Orang itu berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian dia shalat. 

Tak lama kemudian, keluar seorang wanita, dia pun berwudhu lalu melaksanakan shalat. Setelah itu, keluar juga seorang anak remaja, berwudhu lalu ikut shalat di sebelah orang tadi. Aku lantas bertanya kepada Abbas, “Hai Abbas, agama apa ini?” 

Dia menjawab, “ini adalah agama yang dibawa oleh Muhammad bin Ahdullah, keponakanku. Dia mengaku bahwa Allah telah mengutusnya sebagai Rasul. Anak ini adalah keponakanku, Ali bin Abu Thalib, dia telah mcngikuti agamanya, sedangkan wanita ini adalah Khadijah yang juga telah ikut agamanya.” 

Setelah Afif masuk Islam dan semakin mantap keislamannya, dia berkata, “Andai saja waktu itu aku menjadi orang yang keempat."

Biografi selanjutnya bisa dibaca pada postingan yang berjudul  Mekah Diguncang Kemarahan (Biografi Khadijah ra.)

Rumah Yang Penuh Berkah (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Itulah Khadijah binti Khuwailid ra. Manusia pertama yang masuk Islam. Demikian juga halnya dengan putri-putrinya, bahkan semua orang yang ada di rumahnya yang penuh berkah itu, termasuk kelompok yang menyegerakan diri untuk masuk Islam, seperti, Ali bin Abu Thalib dan Zaid bin Haritsah ra. 


Rumah ini adalah rumah paling baik yang ada di alam semesta ini. Dari rumah inilah muncul Khadijah, penghulu para wanita di seluruh dunia. Dari rumah ini juga muncul putrinya, Fatimah, penghulu para wanita penghuni surga. Sebelum semua itu, rumah itu merupakan tempat turunnya wahyu kepada Rasulullah saw. dan hidup di dalamnya pemimpin seluruh manusia. 

Dari rumah itu juga muncul Ali bin Abu Thalib, salah satu dari sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga. Dari rumah itu muncul Zaid bin Haritsah, satu-satunya sahabat Nabi saw. yang disebutkan namanya di dalam AlQ ur’an. 

Allah swt. berfirman,
“Dan ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu telah memberi nikmat kepadanya, “Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tat kala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya, Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya dari istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.” (A1-Ahzab [33]: 37) 

Al-Muhib Ath-Thabari menyebutkan bahwa rumah Khadijah ra. merupakan tempat yang paling mulia setelah Masjidil Haram. Kemungkinan hal tersebut dikarenakan oleh lamanya masa tinggal Rasulullah saw. dan turunnya wahyu kepada beliau di rumah itu. 

Sementara Imam Al-Fasi mengatakan bahwa rumah yang diberkahi di Mekah adalah rumah Khadijah binti Khuwailid ra., Ummul Mu’minin. Di rumah ini dilahirkan Fatimah, penghulu kaum wanita di muka bumi dan saudari- saudarinya. 

Dia menyebutkan juga bahwa sesungguhnya, Rasulullah saw. tinggal di sana, Khadijah wafat di sana, dan Rasulullah saw. terus tinggal di rumah itu sampai beliau hijrah ke Madinah Munawwarah. Rumah itu diambil oleh Aqil bin Abu Thalib. Selanjutnya, rumah itu dibeli oleh Muawiyah bin Abu Sufyan yang kala itu menjabat sebagai Khalifah, lalu rumah itu dijadikannya masjid tempat shalat berjamaah

Kelanjutan biografi khadijah bisa dilihat pada postingan yang berjudul Di Bawah Bimbingan Rasulullah SAW. (Biografi Khadijah ra.)

Hati Yang Pertama Kali Tunduk Kepada Islam (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Islam telah mengangkat derajat wanita jauh lebih tinggi dan apa yang diharapkan dan dicita-citakannya. Islam menghaturkan untuk wanita beberapa ayat yang mulia, yang menerangkan penglihatannya dengan sinarnya, menguasai jiwanya dengan hujjahnya, menundukkan hatinya dengan keindahan susunannya, sehingga dia terdiam dan mendengarkan apa yang digambarkan oleh Allah tentang kasih sayang dan kemahakuasaan-Nya; tentang neraka dan surga; tentang balasan yang akan diberikan kepada wanita yang sabar dan baik, berupa pahala yang besar dan kedudukan yang mulia. Sehingga, semua itu mempengaruhi perasaannya, memenuhi jiwanya, dan menerangi pandangannya. Maka, pantaslah hati wanita itu dipenuhi oleh rasa cinta kepada Rasulullah, yang mengalir dalam aliran darahnya dan meresap ke dalam sela-sela tulangnya. 


Demikianlah kondisi wanita Arab. Hati yang pertama kali tunduk kepada Islam di antara para wanita adalah penghulu para wanita di dunia pada zamannya: Ummul Qasim, Khadijah binti Khuwajljd ra. 

Imam ‘Izuddin bin Al-Atsir rahimahullah mengatakan bahwa Khadijah binti Khuwailid ra. adalah makhluk yang paling pertama masuk Islam berdasarkan ijma’ kaum muslimin. 

Perempuan ini tidaklah sama dengan kebanyakan wanita lainnya. Allah telah menyiapkan dirinya dengan kebijaksanaan, visi yang jauh ke depan, pandangan yang cerdas, dan kesucian jiwa yang menjadikannya lebih kuat dari kebanyakan kaum laki-laki. Khadijah tidak memeluk Islam karena hanya ikut-ikutan atau sekadar basa-basi, tapi dia memeluknya karena sangat terpengaruh oleh kemuliaan Islam dan kecondongan hati padanya

Kelanjutan biografi khadijah bisa dilihat pada postingan :  Rumah Yang Penuh Berkah (Biografi Khadijah ra.)

Wednesday 5 October 2016

Menyelami Makna Ucapan Khadijah ra. (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Alangkah baiknya kalau kita berhenti sejenak untuk menyelami makna ucapan Khadijah ra. Kata-kata yang amat mencerahkan, yang mengandung kebenaran, keteguhan hati, dan keyakinan yang menyucikan pendiriannya. Seakan-akan Khadijah ingin mengatakan kepada Rasulullah saw., “Wahai Abul Qasim, engkau makhluk yang paling sempurna. Engkau tidak akan ditimpa oleh sesuatu yang engkau takutkan berupa kelemahan dan ketidakmampuan mengemban tugas yang diberikan oleh Allah swt. Tugas itu merupakan kemuliaan dari-Nya untuk engkau, yaitu risalah kenabian.


Wahai Abul Qasirn, engkau pasti sanggup mengemban kewajiban menyampaikan perintah ilahi, karena Allah swt. telah memilih engkau untuk mengemban tugas tersebut. Tentu Allah Maha Mengetahui kepada siapa Ia memberikan amanah risalahnya. 

Wahai Abul Qasim, Allah swt. telah menciptakan engkau dalam bentuk yang paling utama dibandingkan seluruh makhluk-Nya. Maka, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya, tidak akan membuat hatimu sedih dengan kejadian-kejadian yang engkau takutkan. Karena, pada dirimu terhimpun berbagai macam sifat yang mulia, akhlak yang terpuji, keutamaan yang diridhai, kemuliaan yang luhur, dan keluhuran yang mulia. 

Semua itu adalah jaminan kemenangan untukmu dan akan mewujudkan bagimu kebahagiaan, kebaikan, dan keberhasilan. Berbagai keinginanmu akan terwujud, risalahmu akan tersampaikan, dan engkau akan menjadi kenangan yang kekal abadi. Dalam dirimu terdapat sifat-sifat yang terpuji yang membuatmu dikenang selamanya.” 

Kalimat pertama yang diucapkan oleh Khadijah kepada Rasulullah saw. adalah, “Wahai Abul Qasim, engkau senang menyambungkan silaturahmi. Engkau suka mendekatkan yang jauh, membersihkan berbagai rasa dengki, menanamkan kelembutan kasih sayang. Semua keutmaan itu memperkuat jalinan kasih antara karib kerabat dan menghimpun seluruh hati dalam kesucian dan rasa sayang. Silaturahmi adalah sumber utama dari akhlak yang mulia yang merupakan salah satu kepribadianmu.” 

Sedangkan kalinat kedua yang diucapkan oleh Khadijah kepada Rasulullah saw adalah, “Engkau selalu berbicara jujur”. Khadijah ingin menyamkan kepada beliau : “Engkau adalah orang yang amat jujur dan tepercaya. Kejujuran dalam ucapan merupakan salah satu kepribadianmu. Setiap kali engkau mengatakan sesuatu, seluruh makhluk hidup yang ada di sekelilingmu akan mengatakan, “Engkau jujur wahai Abul Qasim”. Bahkan, meski kaummu herada dalam kenistaan dan kehinaan budi pekerti mereka, mereka menjulukimu dengan “Al-Amin”, orang yang tepercaya. Mereka dengan terang- terangan mengatakan demikian karena mereka mengakui bahwa engkau memang memiliki sifat terpuji tersebut, yaitu jujur dalam perkataan. Mereka menjadi saksi atas hal tersebur sehingga mereka berkata, “Kami tidak pernah mendapatimu berbohong.” 

Kalimat ketiga yang diucapkan oleh Kbadijah kepada Rasulullah saw. Adalah : “Engkau suka menanggung beban.” 

Maksudnya : “Engkau menanggung beban kaum papa yang tidak sanggup menghadapi kesulitan bidup. Jiwamu yang mulia dan hatimu pengasih tidak rela melihat kaum dhuafa yang mengalami kesulitan hidup sehingga engkau berusaha untuk berbuat baik untuk mereka agar hatimu merasa tenang dan jiwamu merasa lebih hidup.” 

Kemudian, kalimat keempat yang diucapkan oleh Khadijah kepada Rasulullah saw adalah : “Engkau berusaha membantu orang yang tak punya”. Maksudnya : “Engkau, wahai Abul Qasim, selalu berusaha membantu orang yang tak punya dengan kedermawanan yang engkau miliki. Engkau selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Allah telah menjadikan engkau makhluk yang paling dermawan, bahkan engkau lebih pemurah daripada angin yang berembus.” 

Imarn Al-Qasthalani ra. menyatakan dalam kitabnya A1-Mawahib AI-Laduniyah bil-minah Al-Muhammadiyah : “Semua kedermawanan Rasulullah saw. itu hanya untuk Allah, demi mendapatkan ridha-Nya. Beliau terkadang memberikan hartanya kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan. Terkadang digunakan untuk berjuang di jalan Allah. Terkadang untuk membiayai orang yang ditundukkan hatinya oleh Allah untuk menerima Islam. 

Beliau lebih mementingkan orang lain daripada dirinya dan keluarganya sehingga seringkali pemberian beliau jauh lebih besar daripada pemberian seorang raja sekalipun. Bahkan, konon raja setara Kisra dan Kaisar pun tidak pernah bisa memberikan sebanyak itu. Sementara beliau sendiri hidup dalam kesederhanaan, bahkan seringkali kekurangan sehingga dapur di rumah beliau pernah tidak menyala selama satu sampai dua bulan. Beliau sendiri juga pernah mengikat batu di perutnya untuk menahan rasa lapar yang sangat.” 

Adapun kalimat kelima yang diucapkan oleh Khadijah kepada Rasulullah saw. Adalah : “Engkau memuliakan tamu”. Khadijah ra. ingin mengatakan, “Sesungguhnya, engkau wahai Abul Qasim, tidak akan pernah dihinakan oleh Allah selamanya.” 

Sikap memuliakan tamu merupakan sifat kemanusiaan yang paling utama. Dalam sikap tersebut terdapat pengaruh yang kuat terhadap upaya menarik hati, terutama di lingkungan tempat beliau hidup; lingkungan yang sangat membutuhkan berbagai fasilitas kehidupan di tengah gersangnya padang pasir, luasnya pegunungan dan lembah. 

Kalimat keenam yang diucapkan oleh Khadijah kepada Rasulullah saw. Adalah : “Engkau menolong penegak kebenaran”. Dengan kalimat tersebut Khadijah ra. ingin mengatakan, “Wahai Abul Qasirn, di antara kepribadianmu adalah engkau senang menolong penegak kebenaran.” 

Sungguh, itu  merupakan kepribadian yang khusus dijadikan oleh Allah untukmu. Menolong penegak kebenaran adalah kepribadian yang paling utama dan akhlak yang paling mulia. Sikap itu merupakan gabungan berbagai macam kebaikan dan sumber segala keutamaan. 

Mengenai sikap Khadijah yang luar biasa ini, Bintusy- Syati’ (Aisyah Abdurrahman) mengatakan, “Adakah wanita selain Khadijah yang mempersiapkan untuk Rasulullah saw. suasana yang kondusif untuk melakukan perenungan dan mengorbankan jiwa raganya untuk membantu meneguhkan hati beliau dalam rangka menerima risalah dari langit?” Apakah istri-istri beliau yang lain juga akan menyambut panggilan beliau yang amat bersejarah dari Gua Hira sebagaimana halnya Khadijah menyambut beliau. Menyambut dengan penuh kelembutan, kasih sayang, dan keimanan, tanpa ada keraguan sedikitpun dalam hatinya. Tidak ada keraguan untuk tidak mempercayainya serta tidak pernah terpikir olehnya bahwa Allah akan menghinakan Rasulullah saw. selamanya? 

Apakah seorang bangsawan selain Khadijah, yang kaya raya dan terpandang di kaumnya, akan merasa rela dan mau herdiri di sisi Rasulullah saw. untuk menghadapi cobaan terberat sepanjang sejarah; untuk menolongnya menghadapi berbagai macam gangguan dan tekanan, di jalan yang diyakininya hahwa itu adalah jalan kebenaran? 

Tidak, hanya dialah yang diberi oleh Allah kemampuan untuk mengisi kehidupan seorang manusia yang dijanjikan mendapat derajat kenabian. Dia adalah orang yang pertama kali masuk Islam dan Allah telah menjadikannya sebagai tempat berlabuhnya hati Rasulullah saw. sekaligus menjadi pendukung beliau yang paling setia. 

Biografi selanjutnya bisa dibaca pada posting yang berjudul : Hati Yang Pertama Kali Tunduk Kepada Islam

Tabir Wanita