Monday, 19 September 2016

Permulaan Islam Tersiar Di Madinah

awal ula islam di madinah
Setibanya di Mekah, setelah menjalankan Isra’ dan Mi’raj, Nabi Muhammad hanya sewaktu-waktu menyiarkan agama Islam. Biasanya, ditujukan kepada orang-orang yang datang berkunjung dari tempat-tempat lain, seperti orang-orang yang berkunjung untuk menunaikan ibadah haji. 

Pada suatu saat di musim haji, Nabi berjumpa dengan enam orang dari suku Khazraj. Nabi pun menyampaikan ajaran Islam kepada mereka. Setelah berbincang-bincang dengan mereka, Nabi membacakan beberapa ayat A1-Qur’an dan beberapa pokok ajaran Islam. Mereka beriman kepada Nabi dan berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, ketahuilah bahwa Muhammad adalah Nabi Allah yang telah lama kita tunggu-tunggu sebagaimana tertulis dalam Taurat.

Kepada Nabi mereka berkata, “Kami beriman kepada engkau, wahai Nabi Allah. Di belakang kami sekarang ini, kaum kami terpecah-pecah menjadi dua golongan. Golongan Aus dan golongan Khazraj yang selalu bermusuhan dan saling membunuh. Pelajaran yang kami peroleh dari engkau ini akan kami siarkan kepada mereka. Mudah-mudahan semua ini dapat menghilangkan permusuhan yang telah berjalan lama itu.”
 
Setelah menerima ajaran Islam dari Nabi, mereka kembali pulang ke Madinah, mendakwahkan apa yang mereka peroleh dari Muhammad ke tengah-tengah masyarakat Yahudi, yaitu kaum mereka sendiri. Dakwah mereka mendapat sambutan yang baik dari penduduk Madinah. Mereka masuk agama Islam dengan ikhlas, sehingga Islam tersiar di Madinah lebih luas dibandingkan dengan penyebaran Islam di kota Mekah sendiri. Hampir di setiap rumah sudah ada yang masuk agama Islam. 

Berita ini sampai kepada Nabi. Beliau sangat senang, karena harapannya semakin nyata. Tetapi sayang, di Mekah, tempat yang terdiri dari kaumnya sendiri, Islam justru mendapatkan perlawanan yang sangat sengit. Setiap orang yang masuk Islam disiksa oleh kaum Quraisy.

Pada tahun berikutnya, datang pula 12 orang utusan yang terdiri dari suku Aus dan 10 orang suku Khazraj menghadap Nabi. Mereka menyatakan keislaman mereka di hadapan Nabi dan mereka bersumpah akan menjalankan syariat Islam dengan patuh; tidak akan menyekutukan Tuhan; tidak akan berbuat zina; dan akan menjauhkan diri dari segala kemungkaran. Sumpah itu terkenal dengan narna Bai’at Aqabah yang pertama. 

Mereka kembali ke Madinah dengan diikuti oleh seorang utusan Nabi yang pertama Mus’ab bin Umair. Ia sengaja diutus oleh Nabi atas permintaan mereka sendiri. Mus’ab bin Umair ini adalah seorang pemuda yang termasuk salah seorang sahabat Nabi yang pertama kali masuk Islam dan pernah ikut hijrah ke Abessinia sehingga ia banyak berpengalaman dalam menghadapi segala macam tantangan. Dengan semangat yang menggebu-gebu, mereka mendawahkan Islam di Madinah yang pada waktu itu terkenal dengan nama Yatsrib, sehingga Islam berkembang sangat pesat dari rumah ke rumah dan dari kabilah ke kabilah. 

Islam semakin tersiar di kota Madinah. Dua suku bangsa yang selama ini bermusuhan, sekarang hidup damai dan bersatu, bersama-sama menjalankan dan menyiarkan ajaran Islam di sana. 

Selanjutnya, pada musim haji tahun berikutnya, serombongan jamaah haji yang berjumlah 73 orang datang pula menemui Nabi yang bertempat di Aqabah, sehingga pertemuan ini dinamakan juga dengan Bai’at Aqabah kedua. Mereka yang telah menemui Nabi pada dua musim haji sebelumnya, ikut juga dalam rombongan ini. Atas nama rakyat Yatsrib, mereka meminta agar Nabi bersedia pindah ke Yatsrib. 

Abbas, paman Nabi yang masih kafir, ikut juga dalam pertemuan itu. Ia memberikan nasihat kepada mereka seraya berkata, “Kalian telah maklum, tentang kedudukan Muhammad di kalangan kami. Sampai saat ini, kami membela Muhammad dari musuh-musuhnya. Sekarang, kamu meminta supaya Muhammad menyertai dan hidup bersamamu. Jika kamu merasa dapat memenuhi perjanjian, kamu mengajak Muhammad hidup bersamamu karena kamu bersedia menanggung dan membela dia dalam segala hal, aku persilakan. Jika kamu merasa tidak sanggup, lebih baik jangan, dan jangan lupa kamu boleh mengajak dia apabila kamu sanggup menahan perlawanan bangsa Arab dan bangsa Yahudi.”

Bara bin Ma’rur, juru bicara rombongan, menjawab,“Ya, demi Allah kami akan melindunginya sebagaimana kami melindungi diri kami sendiri. Tetapi sebaiknya, kami pun ingin mendapat jaminan, apabila Muhammad saw. telah berkuasa, agar beliau tidak meninggalkan kami untuk selama-lamanya.” 

Nabi menyetujui usul mereka, kemudian semua yang hadir menjabat tangan Rasulullah saw. sambil bersumpah setia kepadanya. Mulai tersiarlah agama Islam di Madinah dan isi perjanjian itu pun akhirnya diketahui oleh bangsa Quraisy yang memusuhi Nabi. Mereka menjadi marah dan makin melipat gandakan ancaman dan siksaan mereka terhadap siapa saja yang memeluk Islam. Di mana saja mereka bertemu dengan orang Islam, mereka pukul, mereka lempar, dan kalau dapat, mereka bunuh. 

Keadaan menjadi begitu genting, sehingga kota Mekah menjadi neraka bagi umat Islam. Nabi menganjurkan setiap muslim yang tidak dapat mempertahankan diri untuk hijrah ke Madinah. Dengan sembunyi-sernbunyi, sedikit demi sedikit, mereka pun hijrah ke Madinah; meninggalkan anak-istrinya untuk mempertahankan agama dan keimanan yang telah mengakar dalam batinnya.

0 komentar:

Post a Comment

Tabir Wanita