Ancaman dan penganiayaan yang ditujukan kepada umat Islam Mekah semakin menjadi-jadi sehingga mereka tidak saja terancam jiwanya, tetapi juga sangat kesulitan menjalankan ibadah. Dalam keadaan seperti itu, Nabi menganjurkan kepada umat Islam yang belum berhijrah untuk segera berhijrah ke Madinah. Dalam waktu lebih kurang dari dua bulan hampir semua kaum muslimin yang berjumlah 150 orang telah meninggalkan Mekah, kecuali mereka yang tertangkap dan mereka yang tidak kuat pergi serta dua orang sahabat terdekat Nabi, yaitu Ali bin Abu Thalib dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Mereka tidak mau meninggalkan Nabi. Mereka ingin membela Nabi sampai titik akhir perjuangan.
Alangkah teguhnya kepercayaan Nabi Muhammad akan perlindungan Tuhannya. Beliau menyadari bahwa kaum Quraisy lebih marah kepadanya daripada kepada pengikut-pengikutnya. Beliau mengetahui bahwa kesejahteraan Islam tergantung atas kesejahteraan dirinya. Tidak ada orang yang menyalahkannya kalau beliau berhijrah lebih dahulu, meninggalkan pengikut-pengikutnya di belakang. Akan tetapi, beliau tidak berbuat demikian. Diperintahkannya para pengikutnya untuk lebih dahulu hijrah, sementara beliau tinggal di tengah-tengah musuhnya yang kejam itu.
Melihat bahwa Nabi sekarang telah tinggal seorang diri, tidak ada kawan yang menemani, pimpinan-pimpinan Quraisy bermusyawarah tentang cara membunuh Nabi. Abu jahal mengusulkan supaya setiap kabilah mengirimkan seorang pemuda yang gagah berani dan bersenjatakan pedang. Mereka bersama-sama harus membunuh Nabi. Dengan demikian, Bani Hasyim tidak dapat mendakwa sesuatu kabilah sebagai pembunuhnya. Usul Abu jahal tersebut diterima dengan suara bulat.
Lalu, Allah swt. menyampaikan rencana jahat kaum Quraisy itu kepada Nabi Muhammad saw. Di rumah Nabi yang tinggal hanyalah Nabi bersama Ali bin Abu Thalib. Lalu, Nabi meminta Ali tidur menggantikan dirinya di tempat tidurnya.
Waktu itu musuh telah mengepung rumah beliau dari segala penjuru. Di depan pintu rumah Nabi, terlihat ada lima orang pemuda dengan pedang terhunus siap menerkam lawan. Sedangkan pemuda-pemuda lainnya mengintai dari celah-celah pintu untuk melihat ke tempat Nabi tidur. Mereka melihat ada seorang laki-laki dan mengira bahwa Muhammad sedang berada di tempat tidurnya. Mereka memastikan bahwa sekarang, Muhammad tidak akan lepas dari tangan mereka.
Di tengah malam buta, Nabi menyelinap keluar di antara para pengepungnya tanpa dilihat oleh mereka. Dengan sembunyi-sembunyi, Nabi mendapati Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah gua di gunung Tsur, kira-kira lima kilometer di sebelah selatan kota. Mereka berdua bersembunyi di dalam gua itu selama tiga hari menunggu keadaan aman.
Tak seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian mereka dalam gua itu selain Abdullah bin Abu Bakar dan kedua orang putrinya (Aisyah dan Asma’) serta pembantu mereka Amir bin Fahirah. Tugas Abdullah sehari-hari berada di tengah-tengah kaum Quraisy sambil mendengarkan persengkongkolan mereka terhadap Muhammad. Pada malam harinya, ia sampaikan berita itu kepada Nabi dan ayahnya. Sedangkan Amir bertugas mengembalakan kambing Abu Bakar. Sore hari, kambingnya diistirahatkan, kemudian mereka memerah susu untuk diminum oleh Nabi dan Abu Bakar. Apabila Abdullah bin Abu Bakar keluar kembali dari tempat mereka, datang Amir mengikutinya dengan kambingnya untuk menghapus jejak. Sementara itu, Asma’ binti Abu Bakar bertugas mengirim makanan untuk Abu Bakar dan Rasulullah saw.
Tak seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian mereka dalam gua itu selain Abdullah bin Abu Bakar dan kedua orang putrinya (Aisyah dan Asma’) serta pembantu mereka Amir bin Fahirah. Tugas Abdullah sehari-hari berada di tengah-tengah kaum Quraisy sambil mendengarkan persengkongkolan mereka terhadap Muhammad. Pada malam harinya, ia sampaikan berita itu kepada Nabi dan ayahnya. Sedangkan Amir bertugas mengembalakan kambing Abu Bakar. Sore hari, kambingnya diistirahatkan, kemudian mereka memerah susu untuk diminum oleh Nabi dan Abu Bakar. Apabila Abdullah bin Abu Bakar keluar kembali dari tempat mereka, datang Amir mengikutinya dengan kambingnya untuk menghapus jejak. Sementara itu, Asma’ binti Abu Bakar bertugas mengirim makanan untuk Abu Bakar dan Rasulullah saw.
Sementara itu, Ali bin Abu Thalib tinggal seorang diri di rumah Nabi. Pemuda-pemuda Quraisy yang mengepung sekeliling rumah Nabi, masih tertidur nyenyak. Fajar pun menyingsing, maka bangunlah Ali dari tempat tidurnya. Musuh-musuh yang sedang menunggu Nabi di luar terkejut karena Nabi sudah tidak ada di sana. Karena itu, pergilah mereka ke seluruh tempat untuk mencari beliau.
Musuh yang telah terkelabui oleh muslihat Nabi, merasa sangat kecewa dan marah, karena Nabi dapat lolos dari kepungan mereka. Mereka menduga bahwa Nabi lari ke Yatsrib. Mereka mengumumkan untuk mengadakan sayembara: barangsiapa yang dapat menangkap Muhammad, hidup atau mati akan diberi hadiah 100 ekor unta.
Beberapa orang di antara mereka, dengan mengikuti jejak Nabi, sampai di gua Tsur. Melihat itu, Abu Bakar merasa ketakutan. Bukan takut atas dirinya sendiri, melainkan takut kalau Nabi dapat ditangkap musuh. Dia menahan napas, tidak bergerak, dan hanya menyerahkan nasibnya kepada Allah.
Mulailah orang-orang Quraisy menaiki gua itu. Tetapi, tidak lama kemudian, mereka turun lagi. Mereka berkeyakinan bahwa tidak mungkin Nabi bersembunyi di dalam gua segelap itu, apalagi letaknya di sebelah selatan kota. Lagi pula, mereka melihat ada sarang laba-laba di tempat itu yang hampir menutupi lubang gua. Juga ada 2 ekor burung di mulut gua itu.
Melihat kesedihan hati Abu Bakar, Nabi berkata, “Jangan sedih, sesungguhnya, Allah beserta kita.” Dengan dua kalimat dari Nabi, Abu Bakar menjadi tenang kembali.
Adapun mengenai pengejaran kaum Quraisy untuk menangkap dan membunuh Muhammad itu serta tentang cerita gua tempat Muhammad bersembunyi digambarkan di dalam firman Allah yang berbunyi :
“Dan (ingtalah) ketika orang-orang kafir (Quraisy)memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Al-Anfal [8]: 30)
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya, Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkan (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua di waktu dia berkata kepada temannya, janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah [9]: 40)
Tiga malam lamanya, Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di dalam gua itu. Setelah itu, keduanya berangkat menuju Madinah. Mereka mengetahui pihak Quraisy sangat gigih dan membuntuti mereka. Karena itu, dalam perjalanan ke Yasrib mereka mengambil jalan yang tidak biasa ditempuh orang. Abdullah bin ‘Uraiqith dari Bani Du’il, sebagai penunjuk jalannya, mengantar mereka berhati-hati sekali ke arah selatan di bawah Mekah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai laut Merah. Karena melalui jalan yang tidak biasa ditempuh orang, Abdullah bin ‘Uraiqit membawa mereka ke sebelah utara di seberang pantai itu, dengan agak menjauh, mengambil jalan yang paling jarang dilalui orang.
Kedua orang itu beserta penunjuk jalannya sepanjang hari, siang-malam berada di atas kendaraan. mereka tidak lagi memperdulikan kesulitan dan rasa lelah. Bagi mereka, tiada kesulitan yang lebih mereka takuti daripada tindakan kaum Quraisy yang akan merintangi mereka mencapai tujuan yang hendak mereka capai untuk berada di jalan Allah dan kebenaran. Muhammad sendiri tidak pernah mengalami keraguan bahwa Allah senantiasa akan menolongnya. meski demikian, beliau tidak akan mencampakkan diri ke dalam bencana. Allah menolong hamba-Nya selama hamba menolong dirinva dan menolong sesamanya.
Di tengah perjalanan, mereka dibuntuti seorang laki-laki berkuda yang terus membayangi di belakang, sedang mengejar Nabi. Orang itu bernama Suraqah. Ia mengejar hadiah sayembara, Larena jika ia dapat menangkap Nabi dalam keadaan hidup atau mati, ia akan mendapat hadiah yang besar dan sayembara yang diselenggarakan oleh orang-orang Quraisy Mekah. yaitu 100 ekor unta.
Akan tetapi. ketika Suraqah sudah mendekati Nabi, ia tersungkur sehingga jatuh. Kemudian, terbentang awan dan debu sehingga menutup pandangannya dari Nabi dan Abu Bakar, Akhirnya, Suraqah menyadari bahwa ia tidak diperbolehkan Tuhan membunuh Muhammad. Lalu, Nabi datang menghampirinya. Dia duduk bersimpuh memohon ampun dan memohon perlindungan kepada Nabi. Nabi pun memberi maaf kepadanya. Dia diperbolehkan kembali ke rumahnya dan peristiwa ini tidak Suraqah ceritakan kepada kaumnya yang sedang mencari Muhammad saw.
Baca juga biografi Rasulullah SAW selanjutnya pada judul : Nabi Muhammad SAW. Memasuki Madinah (Biografi Lengkap Rasulllah SAW)
0 komentar:
Post a Comment