Thursday 27 October 2016

Sebab Turunnya Surat Al Baqarah Ayat 112 (Agama Di Sisi Allah)

asbabun nuzul, bilik islam


bilik islam


"(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. A1-Baqarah : 112) 


Sabab Al-Nuzul
Saat utusan Nasrani Najran datang ke Madinah, ia bertemu dengan seorang Yahudi di majlis Rasulullah Saw., kemudian orang Yahudi berkata bahwa surga hanyalah milik orang Yahudi. Orang Nasrani itu lantas berkata bahwa surga hanyalah milik orang Nasrani. Allah kemudian menurunkan ayat di atas. 

Hadits
“Dari Abu Sufyan Ra. dalam kisahnya dengan Hiraklius. Hiraklius Berkata: ‘Aku bertanya kepadamu, Apa yang dia perintahkan kepadamu?’ Kamu menjawab bahwa dia memerintahkanmu menyembah Allah, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun dan melarang kalian menyembah berhala, memerintahkan kamu sekalian mengerjakan shalat, jujur, dan menjaga diri. Bila apa yang kamu katakan ini benar, maka Ia akan menguasai tempat pijakan dua kakiku ini.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

Penjelasan
Allah Swt. tidak membenarkan anggapan masing-masing golongan dari Ahli Kitab serta menolak anggapan mereka yang batil itu, karena rahmat Allah tidak hanya dimonopoli oleh satu bangsa atau satu golongan. Rahmat Allah akan didapat oleh siapa saja yang berusaha mendapatkannya dengan ketentuan ia harus beriman dan beramal shaleh. Sebagai ketegasan, Allah Swt. memberikan pernyataan bahwa barangsiapa yang beriman kepada Allah dan membuktikan imannya itu dengan amal yang ikhlas, maka ia akan memperoleh pahala. Allah tidak akan menyia-nyiakan amal baik seorang hamba.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa iman semata tidak cukup untuk menjamin tercapainya kebahagiaan seseorang, akan tetapi hendaknya disertai amal shaleh. Allah Swt. telah menetapkan dalam Al-Qur’an bahwa apabila disebut kata-kata iman selalu diiringi oleh amal baik, seperti tampak dalam firman-Nya :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik ia laki-laki maupun wanita sedangkan ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walaupun hanya sedikit. (QS. An-Nisa’: 124).
 

Dan firman-Nya lagi :
“Maka barangsiapa yang mengerjakan (barang sedikit pun) dari amalan-amalan yang saleh sedang ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu.” (QS. A1-Anbiya’: 94)

Apabila mereka itu telah berserah diri kepada Allah dan beramal, maka mereka tidak perlu merasa khawatir dan merasa sedih. Lain halnya dengan orang-orang yang tersesat oleh berhala dan tersesat dari petunjuk Allah. Di antara tabiat orang-orang mukmin ialah apabila mereka ditimpa oleh sesuatu yang tidak disenangi, mereka akan menyelidiki sebab-sebabnya dan berusaha keras untuk mengatasinya. Kalau belum teratasi, mereka menyerahkan persoalan itu kepada kekuasaan Allah. Niat mereka sedikit pun tidak kendor dan hati mereka pun menyadari bahwa untuk mengatasi semua kesulitan itu ia harus menyerahkan diri kepada kekuatan yang hakiki, yaitu Allah Swt. Sedang tabiat orang-orang yang tidak beriman ialah takut menghadapi masa depan mereka dan selalu resah hati dalam menghadapi segala sesuatu yang akan menimpa. Maka, apabila mereka ditimpa malapetaka, mereka kebingungan tak tahan menghadapi kesusahan itu, dan tak dapat mencari jalan keluar.

Penjelasan tema di atas juga dapat ditelususri dalam ayat-ayat berikut: QS. Ali Imran: 19, 83, 85, QS. Al-Maidah: 3, QS. Al-An’am: 14.

Sebab Turunnya Surat An Nisa Ayat 135 (Ajakan Untuk Beriman)




“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Nisa’: 135)

Sabab Al-Nuzul :
Terdapat di dalam kitab TafsirAl-Thabari bahwa diceritakan dari Muhammad bin al-Husain yang berkata, diceritakan dari Ahmad bin al-Mufdhil yang berkata, dari al-Suda, tentang firman Allah di atas. Ayat di atas diturunkan kepada Nabi Saw. Ada dua orang yang berselisih dan datang kepada Nabi Saw. Orang yang satu kaya dan orang yang lainnya miskin. Nabi Saw. lebih condong kepada orang yang miskin. Nabi Saw. berpendapat bahwa orang miskin tersebut tidak bersalah kepada orang kaya. Maka, Allah tidak menyukai kecuali Nabi Saw. menegakkan keadilan, baik kepada orang kaya maupun orang yang miskin. Allah berfirman : “jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya, maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.

Hadits
“Diceritakan dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Zuhair bin Harb, dari Ibnu Numair, diceritakan dari Sufyan bin Uyainah dari Amr (Ibnu Dinar) dari Umar bin Aus dari Abdullah bin Umar berkata : Ibnu Umar dan Abu Bakar datang kepada Nabi Saw, menurut riwayat Zuhair berkata : Rasulullah Saw. Bersabda : “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil akan mendapatkan tempat yang terbuat dari cahaya di sisi kanan Allah Swt., dan di sisi kanan dan kiri Allah akan ditempati oleh orang-orang yang berbuat adil dalam keputusan hukumnya terhadap keluarganya atau masyarakatnya.” (HR. Muslim).
Penjelasan
Orang mukmin bukan hanya orang yang percaya pada apa yang disebutkan dalam rukun iman saja. Lebih dari itu, orang mukmin adalah orang yang selalu memiliki sifat-sifat terpuji yang diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah Saw. Salah satu dari sifat orang mukmin adalah adil.

Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk selalu bersikap adil dalam persaksian terhadap siapa pun. Dinukil dari riwayat Ibnu Abas dalam Tafsir Al-Thabari yang menyebutkan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk selalu bersikap adil kepada siapa pun dalam persaksian, yaitu dengan cara berkata benar apa adanya, baik terhadap dirinya sendiri, keluarganya, kerabat-kerabatnya, sahabat-sahabatnya, orang kaya, maupun orang miskin.

Semua yang dikerjakan di dunia ini akan dipersaksikan kepada Allah Swt. tidak hanya kepada manusia. Karena, sesungguhnya Allah juga berbuat adil terhadap Dzat-Nya sendiri.

Rasulullah Saw. bersabda yang diriwayatkan oleh Qatadah :
“Ya Tuhanku! Hal apa yang paling sedikit Engkau letakkan di dunia ini ?Allah berfirman: ‘Sifat adil adalah hal yang paling sedikit Aku ciptakan di dunia.”

Selain berkata apa adanya, orang mukmin yang bersikap adil juga harus menjauhkan diri dari pengaruh hawa nafsunya dalam memberikan kesaksian. Rasulullah Saw. melarang untuk membela orang yang kaya karena kekayaannya, atau membela orang yang miskin karena kasihan padanya, atau membela keluarganya. Karena hanya Allah lah yang paling mulia dibanding semua makhluk-Nya.

Al-Razi, dalam tafsirnya, mengatakan bahwa janganlah (orang mukmin) hanya mencari kebenaran dunia saja, melainkan harus mencari kebenaran yang hakiki, yaitu kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan di akhirat. Karena, menurutnya, kebahagiaan yang sempurna bagi manusia adalah melakukan segala-galanya hanya karena Allah semata. Apabila tidak karena Allah, manusia tidak ubahnya seperti hewan yang melakukan apa pun tanpa orientasi dan tujuan.

Allah Swt. telah menjanjikan balasan bagi orang-orang yang beriman yang selalu mendasarkan apa yang ia perbuat di dunia ini atas nama Allah.

Allah berfirman : 
“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur’an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. orang-orang Itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” (QS. Al-Nisa’: 162)

Abu Ja’far berpendapat bahwa yang dimaksud sebagai orang-orang mukmin dalam ayat ini adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasulullah Saw. dan juga beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam Tafsir Al-Thabari disebutkan riwayat hadits qudsi yang berisi firman Allah kepada Nabi Muhammad Saw. :
“Wahai Muhammad! Demi kitab-kitab yang telah Aku turunkan kepada nabi dan rasul sebelum kamu, orang yang beriman tidak akan bertanya kepadamu seperti apa yang ditanyakan oleh orang-orang yang bodoh. Maka, Allah menurunkan kitab dari langit, karena mereka (orang mukmin) telah mengetahui apa yang mereka baca, yaitu kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Oleh karena itu mereka harus taat dan patuh kepadamu (Muhammad).”

Sudah sangat jelas disebutkan dalam ayat ini bahwa Allah akan memberikan pahala yang sangat besar kepada orang-orang yang beriman. Selain pahala yang sangat besar, dalam ayat lain Allah menjanjikan imbalan lain yang tidak kalah besarnya : 

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. Al-Taubah: 20)

Dikutip dari pendapat Al-Alusi bahwa ayat di atas menunjukkan kemuliaan orang-orang mukmin yang disertai dengan kesetiaannya dalam membela dan menegakkan agama Islam, yaitu dengan cara berjihad di jalan Allah, baik secara material bahkan sampai rela mengorbankan nyawanya. Orang mukmin yang sejati akan merasakan perlakuan yang sangat istimewa oleh Allah kelak di akhirat, yaitu akan mendapatkan tempat yang sangat mulia di sisi Allah yang terbuat dari cahaya, sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Nabi Saw. pada hadits di atas.

Secara garis besar, semua penjelasan di atas, baik yang diambil dari ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi Saw., adalah bertujuan untuk mengajak kepada semua umat Muhammad Saw. agar selalu meningkatkan keimanan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Saw.

Tabir Wanita