Wednesday 5 October 2016

Menyelami Makna Ucapan Khadijah ra. (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Alangkah baiknya kalau kita berhenti sejenak untuk menyelami makna ucapan Khadijah ra. Kata-kata yang amat mencerahkan, yang mengandung kebenaran, keteguhan hati, dan keyakinan yang menyucikan pendiriannya. Seakan-akan Khadijah ingin mengatakan kepada Rasulullah saw., “Wahai Abul Qasim, engkau makhluk yang paling sempurna. Engkau tidak akan ditimpa oleh sesuatu yang engkau takutkan berupa kelemahan dan ketidakmampuan mengemban tugas yang diberikan oleh Allah swt. Tugas itu merupakan kemuliaan dari-Nya untuk engkau, yaitu risalah kenabian.


Wahai Abul Qasirn, engkau pasti sanggup mengemban kewajiban menyampaikan perintah ilahi, karena Allah swt. telah memilih engkau untuk mengemban tugas tersebut. Tentu Allah Maha Mengetahui kepada siapa Ia memberikan amanah risalahnya. 

Wahai Abul Qasim, Allah swt. telah menciptakan engkau dalam bentuk yang paling utama dibandingkan seluruh makhluk-Nya. Maka, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya, tidak akan membuat hatimu sedih dengan kejadian-kejadian yang engkau takutkan. Karena, pada dirimu terhimpun berbagai macam sifat yang mulia, akhlak yang terpuji, keutamaan yang diridhai, kemuliaan yang luhur, dan keluhuran yang mulia. 

Semua itu adalah jaminan kemenangan untukmu dan akan mewujudkan bagimu kebahagiaan, kebaikan, dan keberhasilan. Berbagai keinginanmu akan terwujud, risalahmu akan tersampaikan, dan engkau akan menjadi kenangan yang kekal abadi. Dalam dirimu terdapat sifat-sifat yang terpuji yang membuatmu dikenang selamanya.” 

Kalimat pertama yang diucapkan oleh Khadijah kepada Rasulullah saw. adalah, “Wahai Abul Qasim, engkau senang menyambungkan silaturahmi. Engkau suka mendekatkan yang jauh, membersihkan berbagai rasa dengki, menanamkan kelembutan kasih sayang. Semua keutmaan itu memperkuat jalinan kasih antara karib kerabat dan menghimpun seluruh hati dalam kesucian dan rasa sayang. Silaturahmi adalah sumber utama dari akhlak yang mulia yang merupakan salah satu kepribadianmu.” 

Sedangkan kalinat kedua yang diucapkan oleh Khadijah kepada Rasulullah saw adalah, “Engkau selalu berbicara jujur”. Khadijah ingin menyamkan kepada beliau : “Engkau adalah orang yang amat jujur dan tepercaya. Kejujuran dalam ucapan merupakan salah satu kepribadianmu. Setiap kali engkau mengatakan sesuatu, seluruh makhluk hidup yang ada di sekelilingmu akan mengatakan, “Engkau jujur wahai Abul Qasim”. Bahkan, meski kaummu herada dalam kenistaan dan kehinaan budi pekerti mereka, mereka menjulukimu dengan “Al-Amin”, orang yang tepercaya. Mereka dengan terang- terangan mengatakan demikian karena mereka mengakui bahwa engkau memang memiliki sifat terpuji tersebut, yaitu jujur dalam perkataan. Mereka menjadi saksi atas hal tersebur sehingga mereka berkata, “Kami tidak pernah mendapatimu berbohong.” 

Kalimat ketiga yang diucapkan oleh Kbadijah kepada Rasulullah saw. Adalah : “Engkau suka menanggung beban.” 

Maksudnya : “Engkau menanggung beban kaum papa yang tidak sanggup menghadapi kesulitan bidup. Jiwamu yang mulia dan hatimu pengasih tidak rela melihat kaum dhuafa yang mengalami kesulitan hidup sehingga engkau berusaha untuk berbuat baik untuk mereka agar hatimu merasa tenang dan jiwamu merasa lebih hidup.” 

Kemudian, kalimat keempat yang diucapkan oleh Khadijah kepada Rasulullah saw adalah : “Engkau berusaha membantu orang yang tak punya”. Maksudnya : “Engkau, wahai Abul Qasim, selalu berusaha membantu orang yang tak punya dengan kedermawanan yang engkau miliki. Engkau selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Allah telah menjadikan engkau makhluk yang paling dermawan, bahkan engkau lebih pemurah daripada angin yang berembus.” 

Imarn Al-Qasthalani ra. menyatakan dalam kitabnya A1-Mawahib AI-Laduniyah bil-minah Al-Muhammadiyah : “Semua kedermawanan Rasulullah saw. itu hanya untuk Allah, demi mendapatkan ridha-Nya. Beliau terkadang memberikan hartanya kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan. Terkadang digunakan untuk berjuang di jalan Allah. Terkadang untuk membiayai orang yang ditundukkan hatinya oleh Allah untuk menerima Islam. 

Beliau lebih mementingkan orang lain daripada dirinya dan keluarganya sehingga seringkali pemberian beliau jauh lebih besar daripada pemberian seorang raja sekalipun. Bahkan, konon raja setara Kisra dan Kaisar pun tidak pernah bisa memberikan sebanyak itu. Sementara beliau sendiri hidup dalam kesederhanaan, bahkan seringkali kekurangan sehingga dapur di rumah beliau pernah tidak menyala selama satu sampai dua bulan. Beliau sendiri juga pernah mengikat batu di perutnya untuk menahan rasa lapar yang sangat.” 

Adapun kalimat kelima yang diucapkan oleh Khadijah kepada Rasulullah saw. Adalah : “Engkau memuliakan tamu”. Khadijah ra. ingin mengatakan, “Sesungguhnya, engkau wahai Abul Qasim, tidak akan pernah dihinakan oleh Allah selamanya.” 

Sikap memuliakan tamu merupakan sifat kemanusiaan yang paling utama. Dalam sikap tersebut terdapat pengaruh yang kuat terhadap upaya menarik hati, terutama di lingkungan tempat beliau hidup; lingkungan yang sangat membutuhkan berbagai fasilitas kehidupan di tengah gersangnya padang pasir, luasnya pegunungan dan lembah. 

Kalimat keenam yang diucapkan oleh Khadijah kepada Rasulullah saw. Adalah : “Engkau menolong penegak kebenaran”. Dengan kalimat tersebut Khadijah ra. ingin mengatakan, “Wahai Abul Qasirn, di antara kepribadianmu adalah engkau senang menolong penegak kebenaran.” 

Sungguh, itu  merupakan kepribadian yang khusus dijadikan oleh Allah untukmu. Menolong penegak kebenaran adalah kepribadian yang paling utama dan akhlak yang paling mulia. Sikap itu merupakan gabungan berbagai macam kebaikan dan sumber segala keutamaan. 

Mengenai sikap Khadijah yang luar biasa ini, Bintusy- Syati’ (Aisyah Abdurrahman) mengatakan, “Adakah wanita selain Khadijah yang mempersiapkan untuk Rasulullah saw. suasana yang kondusif untuk melakukan perenungan dan mengorbankan jiwa raganya untuk membantu meneguhkan hati beliau dalam rangka menerima risalah dari langit?” Apakah istri-istri beliau yang lain juga akan menyambut panggilan beliau yang amat bersejarah dari Gua Hira sebagaimana halnya Khadijah menyambut beliau. Menyambut dengan penuh kelembutan, kasih sayang, dan keimanan, tanpa ada keraguan sedikitpun dalam hatinya. Tidak ada keraguan untuk tidak mempercayainya serta tidak pernah terpikir olehnya bahwa Allah akan menghinakan Rasulullah saw. selamanya? 

Apakah seorang bangsawan selain Khadijah, yang kaya raya dan terpandang di kaumnya, akan merasa rela dan mau herdiri di sisi Rasulullah saw. untuk menghadapi cobaan terberat sepanjang sejarah; untuk menolongnya menghadapi berbagai macam gangguan dan tekanan, di jalan yang diyakininya hahwa itu adalah jalan kebenaran? 

Tidak, hanya dialah yang diberi oleh Allah kemampuan untuk mengisi kehidupan seorang manusia yang dijanjikan mendapat derajat kenabian. Dia adalah orang yang pertama kali masuk Islam dan Allah telah menjadikannya sebagai tempat berlabuhnya hati Rasulullah saw. sekaligus menjadi pendukung beliau yang paling setia. 

Biografi selanjutnya bisa dibaca pada posting yang berjudul : Hati Yang Pertama Kali Tunduk Kepada Islam

0 komentar:

Post a Comment

Tabir Wanita