Thursday, 8 October 2015

Nabi Muhammad Dalam Masa Asuhan

Menurut kebiasaan orang Arab, anak-anak yang baru lahir disusukan kepada wanita desa. Udara desa yang bersih sangat baik bagi pertumbuhan anak. Pergaulan masyarakat desa juga sangat baik. Penduduk mekah berharap, anak-anak mereka dapat tumbuh sehat dan memiliki sopan Santun yang baik. Selain itu anak-anak akan lebih fasih berbahasa arab apabila mereka tinggal di desa. Demikian juga Muhammad.

Ketika Muhammad lahir, ibu-ibu dari desa Sa’ad datang ke Mekah. Mereka menghubungj keluarga-keluarga yang akan menyusukan anaknya. Desa Sa’ad terletak kira-kira 60 km dari Mekah dan dekat dengan Taif. Desa itu tertetak di daerah pegunungan sehingga udaranya tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas.

Ibu-ibu berharap dapat mengasuh anak-anak orang kaya, sehingga mendapatkan upah yang banyak. Di antara ibu-ibu itu terdapat wanita bernama Halimah binti Abi Dua’ib as-Sa’diyah. Keluarganya termasuk miskin. Ia juga berharap bisa mengasuh anak orang kaya. Oleh karen itu, ketika menemui Aminah, ia belum mengambil keputusan karena Aminah juga orang miskin. Kemudian Halimah menemui suaminya yang bernama Haris. Halimah berkata bahwa ia telah keluar masuk lorong untuk mencari anak asuh. Akan tetapi, Halimah tidak menemukan anak, kecuali seorang anak yatim. Halimah mengatakan bahwa ia tidak sanggup mengasuhnya karena orang tuanya miskin.

A. Dalam Asuhan Halimah Assa’diyah
Sudah menjadi kebiasaan orang Arab ketika itu untuk mencari seorang Ibu yang mau menyusui bayi yang baru lahir. Tersebutlah seorang wanita dari Bani Saad yang bernama Halimah. Wanita itu sabar dan berbudi luhur. Ia tinggal di dearah yang subur, udaranya sejuk dan pemandangan alamnya indah.

Wanita itulah yang kemudian menyusui Nabi Muhammad SAW, setelah selama tiga hari disusui oleh Ibunya. Halimah mengasuh nabi dengan penuh kasih sayang. Ia tanamkan budi bahasa yang lemah lembut dan sifat sabar kepada Nabi Muhammad. Halimah sangat menyayangi nabi begitu juga Nabi sangat menyayangi kepada Ibu Halimah beserta keluarganya.

Halimah sering membawa nabi, ke Mekah untuk menjeguk ibunya begitu pula sebaliknya. Halimah semakin sayang kepada nabi setelah ia melihat nabi tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, dan lemah lembut tutur bahasanya serta berjiwa penyayang kepada setiap orang. Apalagi selama nabi tinggal bersamanya rezeki keluarga itu semakin bertambah.

Akan tetapi suatu hari ada kejadian yang luar biasa dan membuat Halimah harus mengembalikan nabi ke pangkuan ibunya. Peristiwa itu bermula pada suatu hari nabi sedang bermain, tiba-tiba didekati oleh orang asing yang berpakaian serba putih bersih. Orang itu kemudian membawa nabi ke suatu tempat dan segera membersihkan dada nabi. Halimah khawatir peristiwa itu akan terulang, sehingga beliau harus mengembalikan nabi kepada ibunya Nabi Muhammad SAW,ketika berusia 4 tahun.

B. Dalam Asuhan Siti Aminah

Dapatkah kamu bayangkan betapa bahagia perasaan nabi dan ibunya setelah berpisah sekian tahun lamanya, kemudian dipertemukan kembali dalam keadaan sehat. Hari-hari bersama ibunya dilalui nabi dengan damai dan tenang. Siti Aminah mengasuh puteranya dengan sabar dan penuh kasih sayang. Begitu juga Nabi Muhammad sangat sayang kepada ibunya.

Suatu hari ibunya mengajak Nabi Muhammad pergi ke Yastrib. Yastrib adalah nama lain kota Madinah. Kepergian mereka ke Madinah adalah untuk berziarah ke kubur ayah nabi yang bernama Abdullah. Selain untuk berziarah juga untuk mengunjungi keluarga. Ketika itu umur nabi sudah 6 tahun. Bersama mereka adalah hamba sahaya yang bemama Ummu Aiman.

Dalam perjalanan pulang, disuatu tempat yang bernama Abwa Siti Aminah jatuh sakit. Beliau kemudian dirawat ditempat itu juga. Nabi sangat bersedih melihat kondisi tubuh ibunya semakin hari makin lemah. Baru saja terobati kerinduan nabi melihat kubur ayahnya, kini harus menunggui ibunya sakit. Dalam hati nabi terus berdoa semoga ibunya diberi kesembuhan.

Rupanya di tempat itu pula nabi harus berpisah dengan ibu tercinta buat selama-lamanya. Ibunya kini telah meninggal dan segera dikuburkan. Nabi hanya mampu menitikkan air mata kesedihan. Ayah telah tiada, kini ibupun menyusul pula. Beliau benar-benar telah menjadi yatim piatu pada usia yang sangat muda 6 tahun.

Ummu Aiman menggandeng nabi pulang kembali ke Mekah. Dalam perjalanan pembantu nabi ini menaruh rasa kasihan yang amat dalam. Setelah tiba di Mekah diserahkan kepada kakeknya yang bernama Abdul Muthalib. Di tempat itulah Ummu Aiman turut mengasuh nabi hingga dewasa.

C. Dalam Asuhan Abdul Muthalib
Apa yang kamu rasakan ketika mengetahui pada umur 6 tahun nabi sudah ditinggal ayah dan ibunya? Pasti kita ikut bersedih bukan? Nabi juga mengalami kesedihan itu. Sekarang beliau harus hidup dengan kakeknya yang sudah sangat tua. Meskipun sudah sangat tua, tetapi Abdul Muthalib mengasuh nabi dengan penuh rasa kasih sayang. Karena itu nabi lambat laun dapat melupakan kesedihan hatinya, bahkan sering terhibur dengan cerita-centa kakeknya yang pemberani dan penuh pengalaman ketika masih muda.

Rupanya candaan dan gelak tawa bersama kakek tercinta tidak berlangsung lama. Baru kemarin rasanya nabi ditinggal oleh ibunya. Kini baru dua tahun bersama kakeknya, beliau harus menghadapi kenyataan lain. Kakeknya yang sangat beliau kagumi dan sayangi juga dipanggil oleh Allah Yang Maha Kuasa. Orang tua yang baik itu telah meninggal dalam usia 80 tahun. Nabi hanya tertunduk dengan cucuran air mata kesedihan. Satu demi satu orang yang disayangi dipanggil oleh-Nya. Nabi berdoa dan harus terus berdoa semoga beliau diberi ketabahan menjalani hidup yang masih panjang.

Meninggalnya Abdul Muthalib bukan hanya kehilangan besar bagi Nabi Muhammad tetapi juga bagi penduduk kota Mekah. Mereka merasa kehilangan seorang pemimpin besar yang sabar, baik hati, bijaksana, pemberani, cerdas dan tekun ibadah.

D. Dalam Asuhan Abu Thalib
Sekarang Nabi Muhammad sudah semakin mengerti setelah ditinggal oleh ibu dan kakeknya. Sesuai dengan pesan kakeknya, maka Nabi Muhammad harus ikut pamanya yang bernama Abu Thalib. Kesungguhan dan kasih sayang Abu Thalib mengasuh nabi tidak berbeda dengan kesugguhan mengasuh anak kandungnya sendiri. Nabi merasa dikasihi seperti anaknya sendiri, sehingga nabi menganggap Abu Thalib seperti ayah kandung. Nabi sangat sayang karena merasa dibimbing dan dilindungi pamannya.

Abu Thalib adalah bangsawan Quraisy yag terpandang dan berpengaruh dikalangan mereka. Pekerjaan beliau sebagai pedagang yang cukup berhasil dan sering berdagang ke negeri Syam.

Sejak nabi ikut pamannya itu nabi sering diajak berdagang ke negeri Syam. Selama perjalanan ikut pamannya itu nabi banyak belajar tata cara berdagang yang baik, jujur dan adil.

0 komentar:

Post a Comment

Tabir Wanita