Baju Yang Robek
QS. Yusuf: 22-35
Setiap hari, Zulaikha mengagumi Yusuf yang berwajah tampan dan berbudi luhur. Kekagumannya itu berkembang menjadi keinginan untuk memiliki. Zulaikha pun lambat laun dikuasai oleh hawa nafsu.
Zulaikha bahkan mencoba menggoda Yusuf dengan berbagai macam cara. Dia bersikap lebih manis daripada biasanya. Namun, sikapnya itu bukan sikap seorang ibu kepada anaknya, tetapi sikap seorang wanita yang sedang jatuh hati. Sementara itu, Yusuf tetap bersikap biasa dan sopan kepada Zulaikha. Yusuf menjaga hatinya agar tidak tergoda oleh rayuan apa pun. Hal itu membuat Zulaikha menjadi jengkel.
Zulaikha terus mencari-cari kesempatan untuk menggoda Yusuf. Hingga suatu hari ketika suaminya sedang pergi, Zulaikha masuk ke kamar Yusuf dan memanggil Yusuf supaya ikut ke kamarnya. Zulaikha pura-pura meminta bantuan Yusuf. Begitu Yusuf sudah berada di dalam kamar, Zulaikha cepat-cepat mengunci pintu kamar.
Kemudian, ia merayu Yusuf, tapi Yusuf menolaknya. Zulaikha pun menjadi marah. Dia merasa dihina dan diremehkan. Melihat Zulaikha marah. Yusuf segera berlari. Dia takut Zulaikha menjadi nekat. Yusuf berlari ke pintu yang terkunci. Zulaikha cepat-cepat bangun dan mengejarnya. Dia menarik baju Yusuf kuat-kuat sehingga bagian belakang bajunya robek.
Pada saat Zulaikha menarik Yusuf, Futhifar datang dan menggedor pintu. Futhifar benar-benar kaget melihat Yusuf berada di kamarnya. Sebelum Futhifar sempat berkatakata, Zulaikha langsung berucap, “Yusuf budak kesayanganmu ini telah berbuat kurang ajar kepadaku dan masuk ke kamar tidurku.” ucap Zulaikha sambil menunjuk Yusuf.
Yusuf terkejut mendengar ucapan Zulaikha. Dia tidak menyangka Zulaikha akan menuduhnya sekeji itu.
“Yusuf harus dipenjara dan dihukum seberat-beratnya” ucap Zulaikha lagi. Dengan wajah bingung, Yusuf berusaha menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Futhifar, "Tuanku, sebenarnya Nyonyalah yang menggodaku. Dia memanggilku masuk ke dalam kamar. Aku menolaknya dan berlari ke luar. Namun, Nyonya menarik bajuku hingga robek.”
Futhifar bingung mendengar penjelasan Yusuf yang bertentangan dengan kata-kata Zulaikha. Dia tidak tahu harus memercayai siapa di antara mereka berdua. Dia tahu Yusuf bukanlah seorang pembohong dan Yusuf tidak mungkin berbohong. Akan tetapi. dia juga percaya Zulaikha tidak mungkin mengkhianatinya.
Ketika Futhifar masih dalam keadaan bingung, keponakan Zulaikha datang ke rumah mereka. Keponakannya itu terkenal bijaksana, pandai, dan selalu memberikan pertimbangan tepat bila dimintai nasihat. Futhifar pun bertanya kepadanya tentang masalah Yusuf dan Zulaikha.
“Lihatlah, bila baju Yusuf robek di bagian belakang. maka dialah yang benar. Tetapi, bila bagian depan bajunya yang robek, maka istrimu yang benar.”
Futhifar pun kemudian memerhatikan baju Yusuf. Dan jelaslah dia melihat bahwa yang robek itu bagian belakang baju Yusuf. Sekarang, Futhifar mengerti siapa yang telah berdusta.
Futhifar berkata dengan wajah gusar. “Zulaikha, mohon ampunlah karena kamu sudah berbuat dosa dan dusta. Yusuf, tutuplah mulutmu rapat-rapat. Jangan sampai kejadian ini didengar oleh orang lain,” perintah Futhifar pada Yusuf. Dia tidak ingin namanya menjadi tercemar karena kelakukan istrinya.
Walaupun Yusuf telah menyimpan rahasia itu sedemikian rupa. namun tetap saja cerita itu diketahui banyak orang. Terdengar bisik-bisik yang tidak enak didengar di lingkungan rumah Futhifar. Cerita itu bermula dari para pembantu Futhifar yang tinggal di rumahnya. Lalu. menyebarlah cerita memalukan itu di kota Mesir. Timbul berbagai macam kecaman kepada Zulaikha yang dianggap telah menurunkan martabatnya karena menggoda seorang budak.
Berbagai kacaman dan sindiran pun sampai ke telinga Zulaikha. Dia sangat sedih karena nama keluarganya menjadi hancur. Dia juga merasa jengkel kepada para wanita yang selalu menggunjingkannya.
Zulaikha lalu mencari ide agar dirinya terlepas dari kecaman dan sindiran tersebut. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengundang para istri pejabat yang telah mempergunjingkannya. Zulaikha mengadakan jamuan makan di rumahnya.
Pada hari yang sudah ditentukan, datanglah para istri pejabat dan wanita terhormat yang telah Ia undang. Zulaikha menyediakan tempat duduk yang empuk serta suasana yang nyaman dan menyenangkan. Di setiap bangku, Zulaikha menyiapkan sebuah pisau tajam untuk mengupas dan memotong buah-buahan.
Setiap tamu dipersilakan duduk di kursi yang sudah disiapkan. Mereka segera menikmati hidangan yang disajikan. Pada seat acara menyantap buah-buahan, mereka pun sibuk mengupas buah-buahan yang tersedia di meja. Bersamaan dengan itu, Zulaikha memanggil Yusuf untuk masuk ke ruangan. Mereka begitu terpesona melihat ketampanan Yusuf. Mata mereka terbelalak takjub memandang Yusuf yang sedang berjalan di hadapan mereka. Saking terpesonanya, tanpa sadar mereka telah melukai tangannya sendini dengan pisau buah.
Zulaikha bertepuk tangan. Dia senang melihat reaksi yang timbul karena ulahnya. Dia tersenyum melihat para wanita itu sama terpesonanya seperti dirinya.
“Inilah Yusuf. Kalian selalu mengejekku karena telah tergoda kepada Yusuf. Kupikir hal itu wajar, karena aku setiap hari bertemu dengannya, sedangkan kalian yang baru melihatnya saja begitu tertarik sehingga tidak sadar telah melukai tangan kalian sendiri.
Kemudian, Zulaikha pun mengaku,”Akulah yang telah menggoda Yusuf. Aku telah merendahkan martabatku untuk menggodanya, tapi Yusuf tidak pernah menghiraukanku.
Aku bersumpah bila Yusuf tidak mau mengikuti kehendakku, aku tidak akan ragu memasukkannya ke dalam penjara, ucap Zulaikha berapi-api."
Mendengar perkataan Zulaikha tersebut, para wanita itu merasa bersimpati kepada Yusuf. Mereka tidak mau melihat Yusuf masuk penjara. Salah seorang dari mereka pun mendekati Yusuf. “Wahai Yusuf, mengapa engkau keras kepala tidak mengikuti kemauan Zulaikha? Bukankah dia wanita kaya yang terhormat? Sebaiknya ikuti saja kemauannya agar engkau selamat,” ucap wanita itu. “lya, bila engkau tidak tertarik kepada kecantikannya, engkau bisa mengikuti kehendaknya demi harta dan kekayaannya,” ucap tamu yang lain. “Benar Yusuf, Zulaikha tentunya tidak akan main-main dengan ucapannya. Dia telah dipermalukan karena beritanya telah menyebar ke mana-mana. Dia tidak akan ragu memasukkanmu ke penjara bila engkau menolak keinginannya,” wanita yang lain menimpali.
Yusuf diam mandengar bujukan-bujukan itu. Kemudian. beliau berdoa kepada Allah meminta petunjuk.
“Ya Allah, aku lebih suka masuk ke dalam penjara daripada harus berbuat dosa. Lindungilah aku. berilah aku ketetapan hati. Jauhkan aku dari rayuan dan tipu daya para wanita ini." Yusuf berdoa sangat khusyuk.
Maka dengan tegas Yusuf pun menolak Zulaikha. Hal itu membuat Zulaikha murka. Dia segera menemui suaminya. Zulaikha merayu suaminya dengan air mata agar suaminya memasukkan Yusuf ke dalam penjara. Sebenarnya, Futhifar tahu kalau Yusuf tidak bersalah, namun dia tidak dapat menolak keinginan istrinya.
“Suamiku, bila engkau memasukkan Yusuf ke dalam penjara, tentunya tuduhan kepadaku akan hilang dan mereka akan berbalik menuduh Yusuf,” ucap Zulaikha sambil berurai air mata.
“Tapi, kamu ‘kan tahu, kalau Yusuf tidak bersalah," ucap Futhifar bingung.
“Suamiku, apakah engkau mau aku selalu menjadi bahan gunjingan dan ejekan orang? Aku yakin, bila engkau memasukkan Yusuf ke dalam penjara, tentunya nama baik keluarga kita akan kembali seperti semula.” kata Zulaikha meyakinkan suaminya.
“Baiklah, sepertinya itu satu-satunya cara agar kita terbebas dari gunjingan.” Futhifar menyetuju keinginan istrinya.
Dengan kekuasaannya, Futhifar kemudian memasukkan Yusuf ke dalam penjara.