Thursday 22 October 2015

Menghancurkn Berhala (Kisah Dalam Al-Quran)


Menghancurkn Berhala
QS. Maryam: 41.-50, A1-Anbiyaa’: 51-71

Setelah beranjak dewasa, orangtua Ibrahim membawa Ibrahim pulang ke kampung halamannya. Di kampung halamannya Ibrahim melihat banyak patung yang disembah oleh kaumnya. Ayahnya sendiri adalah seorang pembuat patung berhala. Ayahnya sangat bangga dengan pekerjaannya.

Setiap hari, dia melihat ayahnya membuat patung berhala. Lalu, patung-patung itu disembah oleh kaumnya sendiri. Ibrahim yang telah diberi petunjuk oleh Allah, tidak tinggal diam melihat kelakuan kaumnya itu.

Ketika ayahnya dan teman-temannya sedang membuat patung, Ibrahim menghampiri mereka.
“Hai Ibrahim, bantulah ayahmu membuat patung ini,” ucap salah seorang teman ayahnya.
“Sebelum membantu, aku ingin bertanya sesuatu kepada kalian,” ujar Ibrahim.
“Apa yang ingin kamu tanyakan?” tanya ayahnya.
“Apakah patung-patung ini akan kalian sembah?” Ibrahim balik bertanya.
“Tentu saja, sudah sejak zaman nenek moyang kita patung-patung ini menjadi sesembahan.”
“Kenapa kalian menyembah sesuatu yang dapat kalian buat. Sungguh, kalian berada dalam kesesatan. Patung itu tidak dapat mendengar, melihat, atau menolong kalian....”
Mereka berseru dengan marah, “Apa yang kamu katakan, Ibrahim? Kamu jangan mempermainkan kami!
“Tahukah kalian siapa yang seharusnya kalian sembah? Dialah Allah yang telah menciptakan alam semesta ini, mengatur langit dan bumi. Aku siap menjadi saksi atas kebenaran tersebut.”

Mendengar perkataan Ibrahim, mereka sangat marah. Beruntung Azar berhasil meredakan kemarahan mereka. Azar segera menyuruh Ibrahim pulang. Di rumah, Ibrahim melihat Ibunya melakukan sesuatu. “Apa yang sedang Ibu kerjakan?” tanyanya penasaran.

“Malam ini, kita akan melakukan persembahan kepada berhala,” jawab ibunda Ibrahim. Ibrahim pun tersenyum. Dia mendapat akal untuk menyadarkan kesalahan kaumnya.

Pada saat semua orang sedang sibuk mempersiapkan persembahan, Ibrahim menyelinap masuk ke dalam tempat penyimpanan berhala-berhala tersebut. Ibrahim membawa kapak milik ayahnya. Dia segera menghancurkan berhala-berhala yang ada di tempat tersebut. Namun, dibiarkannya salah satu patung yang paling besar. Ibrahim kemudian menggantungkan kapak tersebut di bahu si patung.

Setelah itu, Ibrahim langsung pulang ke rumahnya. Begitu kaumnya selesai menyiapkan sesembahan, mereka kaget melihat patung-patung yang sudah hancur. “Siapa yang berbuat seperti ini kepada Tuhan kita? Dia sudah berbuat aniaya!”

Kemudian, di antara mereka ada yang berkata, “Kami dengar ada seorang anak yang menghina dan mencela Tuhan kita, namanya Ibrahirn.” 

“Bawalah dia kemari agar kita mendengar pengakuannya,” sahut yang lain dengan nada marah.

Ibrahim dibawa ke hadapan mereka. Kemudian, mereka bertanya, “Apakah engkau yang telah melakukan semua mi terhadap Tuhan kami?” 

Ibrahim pun menjawab, “Bukan aku yang melakukannya, melainkan patung besar itu. Coba saja tanyakan kepadanya.” 

Mendengar perkataan Ibrahim, mereka menjadi bingung. Lalu, mereka berkata, “Bagaimana kita bisa bertanya kepadanya, bila ia tidak bisa menjawab kami?”

Kemudian Ibrahim menjawab, “Apakah kalian pantas menyembah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun kepada kalian?”

Walaupun perkataan Ibrahim benar, namun mereka tidak mau mendengarkan. Mereka meminta raja untuk menghukum mati Ibrahim.

Wednesday 21 October 2015

Bayi Dalam Goa (Kisah Dalam Al-Quran)


Bayi Dalam Goa
QS. Al-An’am : 74-79

Terdengar suara tangis seorang bayi laki-laki. Suara tangisnya begitu kencang sehingga dapat membuat siapa saja yang mendengarnya iba. Namun, tidak ada seorang pun yang mendengar suara tangis bayi tersebut, karena ia berada di dalam sebuah gua yang terletak di dalam hutan. Bayi tersebut begitu kesepian di gua yang gelap itu.

Tiba-tiba, tangisan bayi itu terhenti. Rupanya ia kelelahan karena terlalu lama menangis. Kemudian, bayi itu tertidur pulas sambil mengisap jari-jarinya. Setelah hari itu, tidak terdengar lagi suara tangisnya. Yang ada hanya suara tawa bahagia. Bayi itulah yang bernama Ibrahim.

Ibrahim berada di dalam gua karena orangtuanya terpaksa membuang dirinya. Mereka tidak ingin bayinya itu dibunuh oleh tentara Raja Namruz. Raja Namruz mengeluarkan peraturan bahwa di negaranya tidak boleh ada keluarga yang merawat bayi laki-laki. Apabila lahir seorang bayi laki-laki, maka bayi itu harus dibunuh. Raja Namruz memernitahkan demikian karena dia merasa cemas bahwa suatu hari nanti akan ada seorang laki-laki dari bangsanya yang akan menghancurkan tahta kerajaannya.

Orang tua Ibrahim tidak mau melihat bayinya dibunuh. Oleh karena itu, keduanya terpaksa membuang Ibrahim ke dalam gua.

Semenjak itu, ibunda Ibrahim selalu memikirkan bayi laki-lakinya. Azar,suaminya,selalu berusaha menghiburistrinya.
“Kenapa wajahmu selalu murung?” tanya Azar begitu melihat istrinya merenung di dalam rumah. “Aku teringat anak kita, Ibrahim.”

“Jangan engkau cemaskan anak kita. Lebih baik nasibnya seperti itu daripada kita melihatnya dibunuh oleh tentara Raja Namruz.”

“Bagaimana kalau kita kembali ke dalam hutan untuk melihat keadaannya, Pak?” tanya
ibunda Ibrahim.

“Percuma saja, kemungkinan besar bayi kita sudah meninggal. Jangan membuat dirimu semakin
menderita, istriku.”

“Tapi... aku merasa bayi kita masih hidup, Pak!”

“Rasanya tidak mungkin Bu. Barangkali bayi kita sudah meninggal karena kelaparan atau dimakan binatang buas.

Mendengar perkataan suaminya, ibunda Ibrahim menangis tersedu-sedu. Ia membayangkan hal-hal buruk yang bisa terjadi pada bayinya. Namun, nalurinya mengatakan bahwa Ibrahim masih hidup.

“Kita harus kembali ke dalam hutan,” ucapnya kemudian. Matanya membulat menunjukkan tekad yang kuat. Akhirnya, Azar mengikuti keinginan istrinya karena ia tidak tega melihat istrinya bersedih terus-menerus. Keesokan harinya, mereka berangkat pagi-pagi sekali menuju hutan.

“Itu ... guanya,” tunjuk ibunda Ibrahim. Mereka berdua segera menuju ke arah gua. Keadaan gua itu tampak sangat tenang. Matahari pagi bersinar menerobos pintu gua. Ibunda Ibrahim segera bergegas masuk ke dalamnya. Apa yang dilihatnya di dalam gua benar-benar menakjubkan! Bayinya sedang tertawa-tawa seperti sedang bercanda dengan seseorang.

“Bayikuuu....” jeritnya bahagia. Azar segera mengikuti sang istri. Dia pun tertegun melihat istrinya menggendong Ibrahim.
“Lihat . . .Ibrahim masih hidup.”... aku sungguh tidak percaya.” ini suatu keajaiban. Rupanya ada yang menjaga Ibrahim.”

“Ya ... tapi kita tidak dapat membawa Ibrahim pulang,” ucap Azar sambil mengelus kepala anaknya.

Kalau begitu, aku yang akan ke sini setiap hari,” ucap istrinya.

“Tapi ... bagaimana kalau orang lain curiga?”

“Aku akan berpura-pura mencari kayu bakar di hutan,” ucap istrinya penuh keyakinan.

“Baiklah ..,“ sahut Azar kemudian.

Sejak itu, setiap hari mereka menengok Ibrahim di dalam gua. Mereka datang pagi-pagi dan baru
pulang di sore hari. Mereka tetap merasa takjub menyadari Ibrahim dapat tinggal sendirian di dalam gua.

Mereka merahasiakan hal itu karena tidak berani membawa Ibrahim pulang ke kampung halamannya sebelum peraturan Raja Namruz dihapuskan.

Ibrahim pun tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu. Sewaktu dia mulai besar dan sudah mengerti sesuatu, dia bertanya kepada orangtuanya, “Wahai -
Ibu, Bapak, siapakah yang menjadikan aku?”

Orangtuanya menjawab, “Yang menjadikan engkau adalah kami, karena engkau lahir ke dunia ini disebabkan oleh kami.”

“Lalu, siapa yang menjadikan Ayah dan Bunda?” tanya Ibrahim ragu.

“Tentu saja kakek dan nenekmu, karena kami lahir disebabkan oleh mereka,” jawab ayahnya.

“Lalu, siapakah yang pertama-tama menjadikan kita semua?” tanyanya lagi. Orangtuanya tidak dapat menjawabnya karena mereka tidak mengenal Allah sebagai Sang Pencipta alam semesta.
Ibrahim selalu bertanya-tanya siapakah yang menciptakan alam semesta ini. Namun, tidak ada seorang pun yang dapat menunjukkan dan mengajarkan kebenaran kepadanya.

Pada malam hari, Ibrahim sering melihat bintang-bintang, lalu dia berkata, “Inikah Tuhanku?” Kemudian, dia melihat bintang-bintang itu menghilang di balik awan hitam. Lalu, dia berkata lagi, “Aku tidak akan menyembah kepada sesuatu yang tidak kekal.”

Sesudah itu, dia melihat bulan purnama yang bersinar cemerlang. “Inikah Tuhanku?” Namun, beberapa saat kemudian. bulan purnama itu lenyap. “Kalau Tuhanku tidak selalu dapat memberiku petunjuk, tentu aku akan tersesat.”

Pada waktu siang, Ibrahim melihat matahari yang lebih besar dan lebih bercahaya dibanding semua yang pernah dia lihat sebelumnya. “Oh, mungkin inilah Tuhanku yang sebenarnya karena ia paling besar.” Tetapi kemudian, matahari itu terbenam. Ibrahim pun berkata, “Aku tidak akan bertuhan kepada matahari yang dapat terbenam.”

“Aku hanya akan menyembah kepada sesuatu yang menjadikan langit dan bumi dengan sebenarnya. Dan aku tidak akan pernah menduakan-Nya.”

Tuesday 20 October 2015

Kaum Tsamud Membunuh Unta (Kisah Dalam Al-Quran)

Para pemuka kaum Tsamud mengadakan persekongkolan. Mereka mengatur rencana untuk membunuh unta Nabi Saleh.

Namun, di hati mereka tetap terbersit rasa takut akan datangnya hukuman dari Allah. Di tengah keraguan tersebut, seorang wanita bangsawan yang kaya raya menawarkan akan menyerahkan dirinya kepada siapa saja yang berhasil membunuh unta Nabi Saleh. Ada juga seorang wanita yang menawarkan putri-putrinya yang cantik bagi siapa pun yang bisa membunuh unta itu.

Dua jenis hadiah yang menggiurkan dari kedua wanita itu, ditambah hasutan dari pemuka kaum Tsamud membuat dua orang laki-laki bernama Mushadda’ bin Muharrij dan Gudar bin Salif bersedia membunuh unta Nabi Saleh. Mereka segera bersiap-siap akan membunuh unta itu untuk mendapatkan hadiah yang telah dijanjikan.

Kedua laki-laki itu dibantu oleh tujuh pria. Mereka bersembunyi di tempat yang biasa dilalui si unta ketika akan pergi ke tempat minumnya. Mereka menunggu dengan perasaan gelisah, takut rencana mereka akan gagal. Tak lama, suara langkah si unta mulai terdengar pelan. Ketika unta itu lewat di hadapan mereka, Mushadda’ segera mengacungkan panahnya. Anak panah meluncur dari busurnya dan mengenal betis si unta. Kemudian Gudar segera keluar dan menikamkan pedangnya di perut unta tersebut. Setelah itu, mereka menyembelih unta tadi.

Dengan bangganya, kesembilan orang itu lalu pergi ke kota untuk menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh. Keberhasilan mereka mendapat sambutan meriah dan teriakan kegembiraan dari orang-orang yang tidak beriman.

Mereka berkata kepada Nabi Saleh, “Wahai Saleh, untamu telah mati terbunuh. Coba datangkan ancaman yang telah kamu ucapkan, jika kamu termasuk orang yang jujur.” Nabi Saleh menjawab, “Aku telah memperingatkan kalian bahwa Allah akan menurunkan hukuman-Nya atas kalian jika kalian mengganggu unta itu. Peringatan yang telah Allah janjikan akan datang.”

Nabi Saleh memberi waktu tiga hari kepada kaumnya untuk bertobat. Namun, mereka malah mengejek Nabi Saleh dan menantang datangnya siksa Allah.

Nabi Saleh kembali memberi peringatan dengan memberitahu kepada kaumnya tentang hukuman yang dapat menimpa mereka.

“Wahai kaumku, ingatlah perkataanku! Bila kalian tidak bertobat kepada Allah, maka siksa Allah akan datang selama empat hari. Pada hari pertama, saat kalian bangun dari tidur, wajah kalian akan berubah menjadi kuning dan berubah menjadi merah. Hari kedua, wajah kalian akan menjadi hitam. Hari ketiga dan keempat, azab akan datang dan Allah.”

Mendengar peringatan tersebut. kesembilan orang yang telah membunuh unta Nabi Saleh segera mengadakan pertemuan penting.
“Bagaimana ini? Saleh kembali mengancam kita,” ucap salah seorang dari mereka.

“Kita harus membunuh Saleh pada saat dia lengah, yaitu pada malam hari.” “Kita harus bersumpah melakukan ini agar kita terbebas dari Saleh.” “Baiklah ... kita semua setuju.”

“Kita juga harus merahasiakan ini agar keluarga Saleh tidak menuntut kita.”

Akhirnya, mereka semua bersumpah akan membunuh Nabi Saleh secara diamd iam.

Pada malam yang telah disepakati, mereka mengendap-endap datang ke rumah Nabi Saleh. Ketika mereka akan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar di atas kepala mereka.
“BRAAAKK ....“ Batu besar itu langsung menimpa mereka. Mereka bahkan tidak sempat meminta tolong.

Keesokan harinya, Nabi Saleh dengan para pengikutnya segera meninggalkan Hijr. Mereka menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestina.

Kaum Tsamud yang ditinggalkan binasa. Allah mendatangkan halilintar dan gempa bumi yang dahsyat bagi mereka.

Monday 19 October 2015

Susu Unta Betina (Kisah Dalam Al-Quran)


Susu Unta Betina
QS. Asy-Syu’araa’: 155-159

Pada hari ketiga kehadirannya, unta betina itu melahirkan. Si unta pun mulai menyusui anaknya. Ternyata Kaum Tsamud juga ingin mencicipi susunya. Mereka mendatangi Nabi Saleh dan menceritakan tentang anak unta yang dilahirkan dan susu yang keluar dari si unta.

“Kami juga ingin menikmati susu unta betina itu. Mungkin air susunya dapat memberi berkah kepada kami.”

Nabi Saleh mengatakan bahwa mereka boleh meminum susu unta betina itu, namun tetap ada peraturannya. “Kalian sediakan air segar agar unta itu bisa minum, baru kalian bisa meminum Susunya. Pada hari kedua, kalian minum air biasa dan biarkan unta itu menyusui anaknya. Begitu seterusnya.”

Mereka menyepakati ketentuan dari Nabi Saleh. Seterusnya, unta betina itu memenuhi kebutuhan susu bagi kaum Tsamud. Namun, ternyata para pemuka kaum Tsamud tetap tidak mau mengakui kebenaran Nabi Saleh. Mereka kesal karena sekarang jumlah pengikut Nabi Saleh kian bertambah. Mereka mencoba menghasut para pemilik ternak dan pemilik ladang supaya membenci unta Nabi Saleh yang telah memakan rumput mereka.

Sunday 18 October 2015

Unta Dari Batu Gunung (Kisah Dalam Al-Quran)

 
Unta Dari Batu Gunung
QS. Huud : 64-68
 
Nabi Saleh sadar bahwa kaumnya memberi tantangan kepadanya untuk menghilangkan pengaruhnya di hadapan para pengikutnya. Bila dia gagal memenuhi tantangan itu, para pembesar kaumnya akan menganggapnya sebagai pembohong. Namun sebaliknya, bila Nabi Saleh bisa memenuhi tantangan mereka, dia akan meminta kaumnya untuk percaya kepadanya dan meninggalkan agama mereka. Nabi Saleh akan meminta mereka menyembah Allah.

Pada hari yang sudah disepakati, Nabi Saleh berdiri di hadapan kaum Tsamud. Para pemuka
kaum Tsamud diam memperhatikan tingkah laku Nabi Saleh. Mereka berharap Nabi Saleh gagal memenuhi tantangan mereka.

“Saleh, cepat tampilkan tanda kenabianmu!” seru seorang pemuka kaum Tsamud. “Apa yang kalian inginkan?” tanya Nabi Saleh.

“Kami ingin sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kami menghendaki tanda kebesaran dari Allah atas kenabianmu.”

“Apa yang kalian inginkan?” Nabi Saleh bertanya lagi dengan nada sabar.

“Ini gunung yang terdekat. Mengapa gunung ini tidak bisa melahirkan unta? Mengapa kamu tidak berdoa kepada Allah agar membelah batu gunung ini dan mengeluarkan seekor unta dari dalamnya?”

“Apakah jika kulakuan hal itu kalian akan percaya bahwa aku adalah utusan Allah?”

“Ya, saat ini pula kami akan membenarkanmu.”

“Kalian meminta sesuatu yang luar biasa,” ucap Nabi Saleh.

“Akuilah bila kamu memang tidak mampu,” mereka mendesak.

“Kalian ini berlaku seperti anak kecil yang meminta mainan yang menyilaukan,” ucap Nabi Saleh lagi.

“Hai Saleh, bila kamu mengaku sebagai utusan Allah, maka adalah hak kami untuk memintamu memberikan bukti atas pengakuanmu.”

“Aku hanya khawatir jika kuturuti kemauan kalian, lalu kalian akan mengingkarinya. Allah akan menurunkan hukuman bila kalian berdusta.”

“Kami tidak mungkin berlaku demikian. Kami berjanji kepadamu kami akan mempercayai tanda kenabianmu dan kami tidak akan ingkar janji.”

“Kalian berjanji?” Nabi Saleh bertanya sekali lagi.

“Kami semua berjanji.”

Nabi Saleh diam dan memejamkan mata. Tangannya terangkat memohon mukjizat dari Allah. Dengan sepenuh hati, Nabi Saleh berdoa agar mukjizat itu dapat membuktikan kebenaran ucapannya. Beliau memohon agar Allah menciptakan seekor unta betina dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi gunung yang mereka tunjuk.

Tak lama kemudian, keluarlah seekor unta betina dari dalam batu cadas. Kaum Tsamud kaget melihat apa yang mereka minta sudah ada di depan mata. Mereka mengangguk-anggukkan kepala dan mengakui bahwa Saleh adalah utusan Allah. Mereka berjanji akan menerima ajakan beliau untuk menyembah Allah.

"Janganlah kalian sakiti unta ini. Bila kalian melanggar, Allah dapat menurunkan hukuman-Nya,” ujar Nabi Saleh memperingatkan.

Mereka berjanji tidak akan berbuat buruk terhadap unta itu. Kaum Tsamud pun berlalu dan Nabi Saleh pun pergi.

Ketika orang-orang bangun pada keesokan harinya, mereka langsung mengelilingi si unta. Si unta betina menjadi pusat perhatian Kaum Tsamud. Mereka kagum dengan unta yang keluar dari batu gunung itu.

Unta betina tadi berkeliaran di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa mendapat gangguan. Unta itu pun minum dengan bebas di tempat minum unta yang telah disediakan.

Saturday 17 October 2015

Seruan Nabi Saleh (Kisah Dalam Al-Quran)


Seruan Nabi Saleh
QS. Al-Araf : 73-79

Nabi Saleh memberi peringatan kepada kaumnya, karena mereka masih bagian dari keluarganya juga. Beliau mengharapkan kebaikan bagi mereka. Beliau juga sama sekali tidak berniat menjerumuskan kaumnya ke dalam kesengsaraan.

Sementara kaumnya menanggapi dengan berkata, “Wahai Saleh, kami mengenalmu sebagai orang yang cerdas dan tangkas, pikiranmu tajam, dan pendapat serta semua pertimbanganmu selalu tepat. Kami melihat sifat-sifat terpuji di dalam dirimu. Kami mengharapkan kamu memimpin kami dalam menyelesaikan berbagai masalah yang rumit. Kami berharap kamu memberi petunjuk apabila kami menghadapi persoalan yang sulit. Kami juga berharap kamu dapat kami andalkan. Tapi sekarang semua harapan itu menjadi sirna dan kepercayaan kami kepadamu menjadi hilang. Itu semua karena perbuatanmu yang menyalahi adat-istiadat kaum kita,” ucap salah seorang di antara kaumnya.

“Kamu menghendaki kami meninggalkan sesembahan kami dan nenek moyang kami? Padahal itu telah menjadi bagian hidup kami sejak dulu. Kami tidak akan pernah meninggalkan semua itu karena seruanmu. Kami tidak akan mengikuti ajakanmu itu. Kami tidak mempercayai ucapanmu dan kenabianmu.”

Nabi Saleh tetap berusaha menyadarkan kaumnya yang keras kepala. Beliau ingin kaumnya beriman kepada Allah yang telah memberi karunia dan rezeki yang banyak kepada mereka.

Nabi Saleh menceritakan kisah-kisah kaum yang mendapat peringatan dari Allah karena mereka berkeras hati tidak mau mendengar ajaran kebenaran.

Nabi Saleh pun berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku berbicara jujur. Aku sama sekali tidak mengharapkan upah dari kalian.”

“Lalu, apa tujuanmu mengatakan semua ini kepada kami?” tanya salah seorang dan kaumnya.

“Aku hanya menyampaikan amanat dari Allah. Aku hanya menyampaikan cinta kasih Allah kepada kalian karena aku sendiri merupakan bagian dari kalian.

Akhirnya dengan usaha keras, Nabi Saleh mendapatkan pengikut. Pengikut Nabi Saleh merupakan sekelompok kecil kaum Tsamud yang miskin. Walaupun begitu, hati mereka telah terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah. Sementara itu, golongan orang-orang kaya tetap tidak mau beriman. Mereka tetap bersikap sombong dan keras kepala.

Kaum Nabi Saleh berkata, “Wahai Saleh, kami kira kamu telah terkena sihir sehingga kamu menjadi gila. Kata-katamu tidak masuk akal dan tidak dapat kami pahami. Kamu mengaku bahwa kamu telah diutus Tuhanmu sebagai Nabi dan Rasul. Apa kelebihanmu dibandingkan dengan kami sehingga kamu dipilih menjadi Nabi. Padahal, masih banyak yang lebih pandai di antara kami yang bisa menjadi Nabi,” ucap kaumnya yang lain.

“Kami tahu tujuanmu untuk mengejar kedudukan. Kamu ingin diangkat menjadi pemimpin kaum ini. Hentikan usahamu menyiarkan agama baru. Kami tidak akan mengikuti ajakanmu atau meninggalkan jalan yang telah kami tempuh selama ini,” ucap kaumnya.

Nabi Saleh menjawab, “Aku telah berulang kali mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan imbalan atas usahaku memberi tuntunan kepada kalian. Aku tidak mengharapkan upah. Yang kulakukan hanya atas perintah Allah dan aku mengharapkan balasan dari Allah. Aku tidak dapat menelantarkan tugas dan amanat dari Allah. Jangan sekali-sekali kalian berharap aku akan melanggar perintah Allah dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya untuk menyembah nenek moyang kalian.

Walaupun kaumnya tidak mau mendengarkan, Nabi Saleh tetap giat melakukan dakwah terhadap kalangan rakyat kebanyakan. Hal ini membuat para pembesar kaum Tsamud marah. Mereka menantang Nabi Saleh untuk membuktikan mukjizat dalam bentuk benda atau kelajian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.

Friday 16 October 2015

Kekayaan Kaum Tsamud (Kisah Dalam Al-Quran)

 
Kekayaan Kaum Tsamud
QS. Hud : 61, Al-Fajr : 9, Al-Araf : 74
 
Tsamud merupakan nama suku yang sangat kaya raya. Mereka mendiami suatu dataran bernama A1-Hijr yang terletak antara Hijaz dan Syam. Daerah tersebut pada zaman sebelumnya merupakan daerah jajahan suku ‘Ad.

Kemakmuran dan kekayaan alam yang sebelumnya dimiliki dan dinikmati kaum ‘Ad kemudian diwarisi pada kaum Tsamud. Tanah-tanah yang subur memberikan hasil pertanian yang berlimpah. Binatang-binatang ternak berkembang biak dengan mudah. Kebun-kebun bunga yang indah tampak menyedapkan pandangan mata. Bangunan-bangunan rumah didirikan di atas tanah-tanah datar dan dipahat dari gunung. Semua itu menjadikan mereka hidup tenteram, sejahtera, dan bahagia.

Kaum Tsamud tidak mengenal Allah. Tuhan mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah. Mereka rajin memberikan kurban kepada berhala-berhala tersebut. Mereka juga meminta perlindungan dari segala musibah kepada berhala-berhala yang tak berdaya itu. Padahal, mereka tahu bahwa berhala-berhala tadi hanyalah patung yang tak mampu memberi manfaat apa-apa. Namun, tetap saja pikiran mereka berada dalam kegelapan.

Harus ada seseorang yang menyadarkan kekeliruan mereka. Allah pun mengutus seorang Nabi untuk memberi petunjuk. Nabi itu akan memberikan penerangan dan tuntunan agar mereka keluar dari jalan yang sesat. Maka, Allah pun mengutus Nabi Saleh. Nabi Saleh merupakan bagian dari golongan kaum Tsamud. Dia berasal dari keluarga terpandang dan dihormati oleh kaumnya. Dia terkenal tangkas, cerdik, pandai, rendah hati, dan ramah dalam pergaulan.

Nabi Saleh memperkenalkan Sang Pencipta alam semesta ini kepada kaumnya. Allah-lah yang telah menciptakan tanah-tanah subur yang hasilnya dapat memenuhi kebutuhan mereka. Allah jugalah yang menciptakan binatang-binatang ternak yang dapat mereka manfaatkan. Allah-lah yang seharusnya mereka sembah, bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dan batu-batu gunung.

Nabi Saleh menyerukan kepada kaumnya bahwa dia adalah utusan Allah. Beliau juga menerangkan bahwa apa yang beliau ajarkan merupakan amanat Allah yang harus disampaikan kepada mereka. Nabi Saleh berharap agar kaumnya tidak lagi menyembah berhala dan akan beriman kepada Allah.

Apa yang disampaikan Nabi Saleh merupakan hal baru bagi kaum Tsamud. Mereka tidak menyangka seruan tersebut keluar dan mulut seseorang yang berasal dari kaumnya sendiri.

Thursday 15 October 2015

Datang Hukuman (Kisah Dalam Al-Quran)


Datang Hukuman
QS. Al-A’raf : 80-84

Salah satu malaikat berkata, “Mereka sama sekali tidak dapat berbuat jahat kepadamu. Nanti malam, pergilah kamu dari rumahmu tanpa melihat ke belakang. Kamu akan selamat, kecuali jika istrimu berkhianat. Dia jugalah yang memberitahu kaummu tentang kedatangan kami. Peringatan dari Allah akan datang pada pagi hari.

Mendengar ucapan malaikat itu, Nabi Luth lega bercampur sedih karena mengetahui istrinya akan terkena bencana. Namun, itu sudah menjadi ketentuan yang harus ia terima dengan sabar.

Pada saat tengah malam, Nabi Luth pun meninggalkan rumahnya tanpa sekalipun menengok ke belakang.

Pagi harinya, saat kaum Nabi Luth masih tertidur nyenyak, hukuman Allah pun datang. Tiba-tiba Allah mengguncangkan bumi. Dataran tinggi dan bukit-bukit runtuh. Batu-batu berjatuhan menimpa rumah-rumah.

Kaum Nabi Luth terbangun dan menjerit-jerit ketakutan. Mereka yang keluar dari rumah tertimpa batu-batu besar. Rumah rumah pun hancur. Dalam sekejap, kaum Nabi Luth yang membangkang mengalami kemusnahan.

Wednesday 14 October 2015

Dua Orang Tamu (Kisah Dalam Al-Quran)


Dua Orang Tamu
QS. Al-Ankabut : 33-35

Allah mengabulkan doa Nabi Luth. Sebelum Allah memberi peringatan kepada kaum Nabi Luth yang sesat, Allah mengutus dua malaikat ke rumah Nabi Luth. Dua malaikat itu merupakan utusan Allah yang hendak memberitahu Nabi Luth bahwa hukuman Allah akan datang menimpa negeri tersebut.

Dua malaikat itu menjelma menjadi dua orang laki-laki yang berwajah tampan. Nabi Luth merasa gelisah dengan kedatangan mereka karena dia khawatir bahwa kaumnya akan tertarik pada kedua tamunya itu.”

Yang dikhawatirkan Nabi Luth ternyata benar-benar terjadi. Kaumnya segera tertarik melihat kedua orang tamu itu. Mereka mengintai keduanya dan meminta supaya Nabi Luth bersedia menyerahkan dua orang tamu tersebut.

Nabi Luth pun berseru kepada mereka, “Hai kaumku, lihatlah anak perempuanku yang boleh kalian nikahi. Sesungguhnya anak perempuanku lebih suci bagimu. Takutlah kalian kepada Allah dan janganlah berbuat kerusakan kepada tamuku. Apakah di antara kalian tidak ada yang berpikir jernih ?

Kaumnya menjawab, “Sesungguhnya engkau telah tahu bahwa kami tidak memerlukan anak perempuanmu dan engkau tahu bahwa yang kami kehendaki adalah laki-laki, bukan perempuan.”

Bila aku memiliki kekuatan, tentunya kalian sudah aku usir,” ucap Nabi Luth sedih.

Kaumnya mengejek Nabi Luth yang kebingungan. Nabi Luth segera menutup pintu rumahnya agar kaumnya tidak dapat masuk ke dalam rumahnya. Dua malaikat yang melihat kegelisahan di wajah Nabi Luth segera menenangkannya.

Tuesday 13 October 2015

Perkawinan Sesama Jenis (Kisah Dalam Al-Quran)


Perkawinan Sesama Jenis
QS. Al-Ankabut : 28-30

Nabi Luth merupakan anak saudara laki-laki Nabi Ibrahim. Nabi Luth hijrah bersama Nabi Ibrahim dari Negeri Babil ke Negeri Syam. Nabi Luth diutus oleh Allah untuk berdakwah ke negeri tempat kaum Sodom dan Amurah yang gemar melakukan kerusakan. Kaum ini lebih suka melakukan perkawinan sesama jenis. Laki-laki menikahi laki-laki.

Sudah berulang kali Nabi Luth menasihati kaumnya agar meninggalkan perbuatan mereka yang tercela itu. Nabi Luth berkata kepada kaumnya. “Sesungguhnya kalian telah melakukan perbuatan yang sangat keji yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh seorang pun di alam
semesta ini.

Namun, mereka malah menertawakan dan mengejek Nabi Luth.
“Hai Luth, tidak usah engkau urus masalah kami. Lebih baik engkau urus saja keluargamu.”
“Jika kalian terus-menerus melakukan perbuatan keji ini, niscaya Allah akan memberi peringatan pada kalian.
“Coba saja datangkan siksa jika kamu benar,” ucap kaumnya dengan nada menantang.

Nabi Luth hanya berserah diri kepada Allah. Beliau sangat ingin agar kaumnya sadar, namun
beliau merasa tidak berdaya untuk mengubah kekerasan hati mereka. Akhirnya Nabi Luth pun berdoa, “Ya Allah, tolonglah aku menghadapi kaum yang berbuat bencana ini.”

Sunday 11 October 2015

Kaum ‘Ad Yang Sombong (Kisah Dalam Al-Quran)


Kaum ‘Ad Yang Sombong
QS. Asy-Syu’araa’: 123-140, Al-Mu’minuun: 32-4

Kaum Nabi Nuh yang selamat mulai memenuhi bumi. Dan keturunan mereka hiduplah kaum yang bertempat tinggal di sebelah utara Hadratulmaut dan negeri Yaman, yang disebut kaum Ad. Allah mengutus kepada kaum ‘Ad seorang Nabi bernama Hud yang merupakan keturunan Sam bin Nuh, cucu Nabi Nuh.

Kaum ‘Ad merupakan kaum yang kuat. Sayangnya, mereka sangat suka berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka menyembah patung-patung. Mereka juga suka merampok harta benda orang lain dan menyiksa tawanan perang. Di sisi lain, mereka sangat pandai membuat bangunan-bangunan yang kuat di tempat tinggi.

Nabi Hud berseru kepada kaumnya, “Hai kaumku, sembahlah Allah karena tidak ada Tuhan selain Allah. Aku tidak minta upah apa-apa dari kalian, dan tidak ada yang mmberi upah kepadaku melainkan Allah yang sudah menjadikanku. Minta ampunlah kalian kepada Allah dan bertakwalah kepada-Nya,” ucap Nabi Hud.

Namun, kaum ‘Ad sangat sombong. Mereka tidak mau mendengarkan seruan Nabi Hud. Mereka malah berkata, “Sesungguhnya kami melihat engkau dalam kebodohan dan dusta.”

Nabi Hud menjawab, “Hai kaumku, aku bukan orang bodoh. Namun, aku seorang Rasul utusan Allah.”

Para pembesar kaum ‘Ad menjawab, “Kamu tidak pantas datang kepada kami dan menyuruh kami menyembah Allah serta meninggalkan berhala-berhala yang sudah lama kami sembah.

Nabi Hud memberi peringatan kepada mereka bahwa Allah dapat mendatangkan hukuman bila mereka tidak mau bertobat. Beliau memberi contoh tentang kejadian yang menimpa kaum Nabi Nuh yang membangkang. Banjir besar diturunkan kepada mereka sehingga dunia menjadi lautan dan semua orang yang durhaka kepada Allah musnah.

Nabi Hud juga mengingatkan kaum ‘Ad bahwa bila mereka berperilaku sama dengan kaum Nabi Nuh, maka Allah juga akan murka. Namun, kaum ‘Ad tidak percaya dengan ucapan beliau. Datangkan saja apa yang engkau janjikan kepada kami, bila engkau memang orang yang benar.” Kaum ‘Ad menantang Nabi Hud.

Peringatan Untuk Kaum ‘Ad
Nabi Hud berkata, “Sesungguhnya, peringatan dari Allah akan datang, baik kalian percaya ataupun tidak.” Akhirnya, Allah mendatangkan angin kencang selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus bagi kaum ‘Ad yang durhaka. Angin kencang itu merubuhkan pohon-pohon dan bangunan-bangunan kaum ‘Ad yang kokoh. Allah telah menurunkan azab-Nya dan memusnahkan kaum ‘Ad. Sementara itu, orang-orang yang beriman diselamatkan oleh Allah dari malapetaka hebat tersebut.

Saturday 10 October 2015

Banjir Besar (Kisah Dalam Al-Quran)


Banjir Besar
QS. Al-Qomar : 9-17, Hud : 25-48

Hujan turun selama empat puluh hari empat puluh malam. Air yang deras tercurah dari langit dan memancar dari bumi. Dalam sekejap, semua daratan tertutup air. Sungai-sungai meluap membanjirii daerah pemukiman dan pertanian. Badai begitu menakutkan. Langit menghitam, Yang ada hanya kegelapan. Air laut yang ganas naik semakin tinggi menenggelamkan puncak-puncak gunung. Semua makhluk hidup yang ada di luar perahu Nabi Nuh tenggelam ditelan banjir.

Dengan kehendak Allah, berlayarlah perahu Nabi Nuh menyusuri lautan menentang angin dan badai. Tampak orang-orang kafir berlarian menyelamatkan diri dari banjir. Nabi Nuh naik ke atas geladak kapal untuk mempenhatikan cuaca dan melihat keadaan di sekitarnya. Saat itu, dia melihat putra sulungnya yang bennama Kan’aan sedang berusaha menyelamatkan diri dari amukan banjir. Badannya timbul tenggelam di atas permukaan air.

Saat itu, muncul rasa kasih sayangnya sebagai seorang ayah melihat putranya dalam bahaya. Nabi Nuh berteriak memanggil Kan’aan, “Wahai anakku, kemari dan bergabunglah denganku dan keluargamu. Bertobatlah dan berimanlah engkau kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut. Janganlah engkau mengikuti orang-orang kafir.

Namun, Kan’aan tidak mau mengikuti ajakan Nabi Nuh. Dia yakin, dia akan selamat tanpa bantuan ayahnya.

Percayalah, tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau adalah naik ke kapal ini, Nak. Saat ini, tidak akan ada yang dapat menyelamatkan diri dari siksa Allah, kecuali orang-orang yang mendapatkan rahmat dan ampunan-Nya!” seru Nabi Nuh.

Begitu Nabi Nuh selesai mengucapkan kata-katanya, tenggelamlah Kan’aan disambar gelombang yang ganas. Tubuhnya menghilang dari pandangan. Badannya tenggelam ke dasar lautan mengikuti kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka kepada Allah.

Nabi Nuh sedih melihat putranya meninggal dalam kekafiran. Beliau pun mengadu kepada Allah, “Ya Allah, sesungguhnya putraku itu adalah darah dagingku. Dia juga bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji yang benar dan Engkaulah Hakim yang Maha Berkuasa.

Kemudian Allah berfirman, "Wahai Nuh, sesungguhnya putramu itu tidaklah termasuk dalam keluargamu karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu, menolak dakwahmu, dan lebih memilih mengikuti jejak orang-orang kafir di antara kaummu."

Sesungguhnya, hanya mereka yang telah menerima dakwahmu, mengikuti jalanmu, dan beriman kepada-Ku yang dapat engkau masukkan ke dalam golongan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungan dan keselamatan. Adapun orang-orang yang yang telah mengingkarimu, mendustakan dakwahmu, dan tetap mengikuti hawa nafsunya, pastilah Ia akan mendapat hukuman yang telah Aku tentukan. Janganlah engkau sekali-kali menyatakan tentang sesuatu yang engkau belum mengetahuinya.

Nabi Nuh baru sadar setelah mendapat teguran dari Allah. Kasih sayangnya kepada putranya sejenak telah membuatnya lupa pada janji dan ancaman Allah terhadap orang yang sesat, termasuk putranya. Cinta kasih yang sesungguhnya hanyalah kepada Allah. Cinta kepada Allah harus melebihi cinta kepada apa dan siapa pun.

Nabi Nuh menyesali kelalaiannya. Beliau memohon ampunan kepada Allah seraya berseru, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari godaan setan. Ya Allah, ampunilah kelalaian dan kekhilafanku sampai-sampai aku menanyakan sesuatu yang tidak aku ketahui. Ya Allah, bila Engkau tidak memberi ampunan serta menurunkan rahmat bagiku, niscaya aku menjadi orang yang rugi."

Singkat cerita, setelah air bah mencapai puncak keganasannya dan semua kaum Nuh yang zalim telah binasa sesuai dengan kehendak Allah, maka surutlah air lautan diserap bumi. Kemudian, kapal Nabi Nuh berlabuh di Bukit Juud.

Allah lalu menyuruh Nabi Nuh dan para pengikutnya untuk turun di sana. Allah berfirman, “Hai Nuh, turunlah dengan selamat. Kalian orang-orang yang beriman kepada-Ku akan dilimpahi berkah-Ku.” Nabi Nuh dan pengikutnya mulai menjalani kehidupan baru yang diberkahi Allah. Sedikit demi sedikit, manusia kembali memenuhi bumi.

Friday 9 October 2015

Membuat Kapal (Kisah Dalam Al-Quran)


Membuat Kapal
QS. A1-Mu’minuun: 23-30

Setelah menerima perintah dari Allah untuk membuat kapal yang besar, Nabi Nuh segera mengumpulkan para pengikutnya. Beliau memimpin mereka agar mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat kapal tadi. Untuk tempat membuatnya, Nabi Nuh mencari lokasi di luar kota. Beliau tidak ingin pekerjaannya terganggu sehingga dicarilah tempat yang jauh dari keramaian. Setelah mendapatkan tempat yang cocok, mulailah mereka membuat kapal yang kokoh.

Nabi Nuh dan para pengikutnya bekerja dengan keras. Siang dan malam mereka bahu-membahu. Teriknya sinar matahari yang membakar kulit tidak mereka pedulikan. Dinginnya angin malam padang pasir tidak membuat mereka gentar. Semangat yang kuat terpancar dari dirin Nabi Nuh dan para pengikutnya.

Walaupun Nabi Nuh dan pengikutnya bekerja di tempat terpencil, namun tetap saja kaumnya yang keras kepala itu mengetahui kegiatan Nabi Nuh. Mereka datang untuk mengejek dan mengolok-olok Nabi Nuh dan kawan-kawan.

Wahai, Nuh! Bukankah menurut pengakuanmu, engkau seorang Nabi dan Rasul? Kenapa sekarang engkau menjadi tukang kayu dan membuat perahu?

Nabi Nuh sama sekali tidak mengindahkan ejekan mereka. Melihat hal itu, kaumnya semakin bersemangat mengolok-olok.

Kamu pasti sudah gila membuat perahu di tempat yang jauh dari air,” ucap salah seorang kaumnya yang sesat.

Hahaha... aku tahu perahu yang kamu buat itu pasti untuk ditarik kerbau,” ucap salah seorang yang lain.

Nabi Nuh tidak peduli dengan ejekan mereka. Beliau hanya berkata, “Tunggu saja saatnya, jika kalian sekarang mengejek dan mengolok-olok kami, maka akan tiba kesempatan kelak bagi kami untuk menunjukkan kebenaran. Kalian pun akan tahu alasan aku membuat kapal ini. Tunggulah hingga Allah memberi ketentuan bagi kalian.”

Setelah pekerjaan membuat kapal selesai, Nabi Nuh mendapat wahyu dari Allah, “Bersiap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda dari-Ku, segeralah angkut para pengikutmu ke dalam kapal beserta orang-orang yang telah beriman dari kaummu dan kerabatmu. Bawalah serta binatang di muka bumi ini dengan berpasang-pasangan. Berlayarlah kalian dengan seizin-Ku. Setelah Allah berfirman, Nabi Nuh segera mengumpulkan para pengikutnya dan membawa berbagai jenis binatang untuk diangkut ke dalam kapal.

Saat itu, langit tampak cerah. Para pengikut Nabi Nuh masuk ke dalam kapal diikuti dengan ratusan binatang.

Kaumnya yang durhaka menertawakan Nabi Nuh dan para pengikutnya. Mereka tetap keras kepala dan sama sekali tak percaya dengan peringatan Nabi Nuh. Di dalam kapal, Nabi Nuh dan para pengikutnya sudah mempersiapkan bekal yang banyak. Mereka tidak tahu kapan banjir akan datang, mereka juga tidak tahu kapan air akan surut.

Setelah mereka aman di dalam kapal, hujan deras pun mulai turun.

Thursday 8 October 2015

Kaum Penyembah Berhala (Kisah Dalam Al-Quran)


Kaum Penyembah Berhala
QS. Asy-Syu’raa’: 105-122, Nuh: 1-28, Al-Ankabut: 14-15, Huud: 25-48

Berabad-abad kemudian, manusia semakin bertambah banyak. Sekelompok manusia mulai menguasai alam semesta tanpa mengingat Allah. Padahal, Allah yang telah menciptakan manusia dan alam semesta ini. Manusia mulai lupa dengan ajaran yang dibawa oleh para Nabi. Mereka
berbuat syirik (menyekutukan Allah) dan lalai dari menyebah Allah.

Allah pun mengutus Nabi Nuh untuk menyerukan kebenaran. Nabi Nuh mengajak agar umatnya kembali kepada Allah dan meninggalkan berhala-berhala yang mereka sembah. Namun, umatnya ternyata begitu ingkar. Mereka lebih suka menyembah patung yang tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka percaya, patung-patung itu memiliki kekuatan yang dapat menolong mereka dalam kesulitan.

Kaum Nabi Nuh menamai patung-patung berhala mereka Wadd, Suwa’, Ya’uq, Yaguts, dan Nasr. Nabi Nuh berusaha keras mengajak kaumnya untuk meninggalkan perbuatan syirik dan kembali menyembah Allah. Nabi Nuh juga berusaha mengajarkan mereka untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. Namun, kaumnya tetap menolak, bahkan berbalik mengejek Nabi Nuh.

Nabi Nuh mengajak umatnya untuk menyadari kekuasaan Allah dengan memperhatikan ciptaan-ciptaan-Nya. Lihat saja alam semesta ini dengan langit berikut matahari, bulan, dan bintang-bintang yang menghiasinya. Belum lagi bumi dengan segala kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, serta pergantian siang menjadi malam dan sebaliknya. Semuanya merupakan bukti kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau berpikir.

Nabi Nuh juga memberitakan kepada kaumnya bahwa manusia akan menerima ganjaran atas semua amalannya di dunia. Orang yang berbuat kebaikan akan mendapatkan pahala dan surga sementara orang yang berbuat kejahatan akan mendapat murkadan neraka. Dengan kesabaran yang tinggi, Nabi Nuh tidak bosan-bosan menyampaikan kebenaran walaupun banyak di antara kaumnya yang membangkang. Kadang kala, Nabi Nub berkata dengan penuh kelembutan agar orang-orang mau mengikuti ajakannya. Sekali waktu, beliau juga menyampaikan peringatan dengan kata-kata yang tajam.

Walaupun Nabi Nuh telah berusaha keras, namun sangat sedikit orang yang mau mengikuti ajarannya. Sebagian besar kaumnya yang kembali ke jalan Allah adalah orang-orang miskin. Sedangkan, orang-orang kaya dan para pembesar tidak mempercayai Nabi Nuh.

Mereka yang ingkar berkata kepada Nabi Nuh, “Bukankah engkau hanya manusia biasa yang sama seperti kami? Jika Allah mengirim seorang utusan, pastilah dia seorang malaikat. Kamu hanya pantas diikuti oleh orang-orang yang tidak berguna.”

“Kalau memang agama yang kamu bawa itu benar, kami pasti akan menjadi pengikutmu. Kami lebih pandai dibandingkan denganmu. Aku yakin engkau seorang pendusta,”
ucap pembesar yang lain.

Nabi Nuh pun menjawab, “Apakah kalian mengira aku dapat memaksa kalian mengikuti ajaranku? Aku hanya manusia biasa yang diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan petunjuk-Nya. Jika kalian tidak mau beriman kepada Allah, Allah yang akan memberi peringatan kepada kalian.”

“Wahai Nuh, jika kamu ingin kami mengikutimu, usirlah para pengikutmu yang miskin dan hina. Kami tidak mau disamakan dengan mereka,” ucap salah satu pembesar.

Nabi Nuh menolak permintaan itu, “Agama ini untuk semua orang. Yang akan mendapat ganjaran dari Allah adalah orang-orang yang beriman dengan hati ikhlas. Wahai kaumku, sesungguhnya aku pemberi peringatan dari Allah. Sembahlah Allah, bertakwalah dan taatlah kepada-Nya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan menangguhkanmu sampai waktu yang ditentukan.”

Nabi Nuh terus-menerus berseru kepada kaumnya selama 950 tahun. Namun, hanya sedikit orang yang mau mengikuti ajarannya. Walaupun begitu, Nabi Nuh tetap sabar. Ia yakin Allah akan selalu menolongnya. Ia tetap berharap suatu saat nanti kaumnya akan bertobat dan menyembah Allah.

Namun, harapan-nya itu kian tipis melihat kaumnya yang terus-menerus menentang ajarannya.

Akhirnya, Nabi Nuh merasa sedih dan menyerahkan perkara tersebut kepada Allah, “Ya Allah, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam, namun seruanku justru membuat mereka lari dari kebenaran. Sesungguhnya, setiap kali aku menyeru pada mereka agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan baju mereka ke muka. Mereka tetap mengingkari dan menyombongkan diri” ucap Nabi Nuh.

Allah pun berfirman, “Sesungguhnya tidak akan ada seorang dari kaummu yang beriman kecuali mereka yang telah beriman lebih dulu, maka janganlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuat.”

Setelah mendengarkan firman Allah tersebut, kegundahan Nabi Nuh pun hilang. Nabi Nuh memohon kepada Allah agar memberikan suatu keputusan antara dirinya dan kaumnya yang sesat. serta menyelamatkan pengikut-pengikutnya yang mukmin.

Ya Allah, janganlah Engkau biarkan seorang pun dari orang-orang kafir itu tinggal di muka bumi. Mereka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu yang beriman. Jika Engkau biarkan mereka tinggal, mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat seperti mereka.”

Allah mengabulkan doa Nabi Nuh. Allah berkehendak untuk menurunkan peringatan bagi kaum Nabi Nuh yang tetap membangkang. Diperintahkanlah Nabi Nuh untuk membuat sebuah kapal. Nabi Nuh pun melaksanakan perintah Allah itu dengan penuh ketaatan.

Wednesday 7 October 2015

Manusia Yang Pandai (Kisah Teladan Untuk Anak)


Manusia Yang Pandai
QS. Maryam : 56-58

Waktu pun berlalu, Qabil yang pergi mengembara telah menghasilkan banyak keturunan di muka bumi. Sesuai dengan ketentuan Allah, dikirimlah seorang Nabi sebagai utusan-Nya. Seorang Nabi haruslah orang yang pandai dan mampu memberikan petunjuk kepada umatnya yang tersesat. Nabi yang diutus kala itu bernama Idris.

Nabi Idris merupakan manusia pertama yang pandai menulis dengan kalam. Beliau juga pandai membaca. Allah menurunkan tiga puluh shahifah (lembaran) yang berisi petunjuk dari Allah untuk disampaikan kepada umatnya. Nabi Idris pun banyak mempelajari kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Adam.

Nabi Idris merupakan orang pertama yang pandai menunggang kuda dan paham ilmu tentang binatang. Beliau juga merupakan manusia pertama yang pandai menggunting dan menjahit pakaian. Sebelumnya, manusia memakai pakaian dari kulit binatang tanpa dijahit terlebih dahulu.
Nabi Idris tidak pernah lalai dalam beribadah kepada Allah. Beliau juga memiliki kekuatan yang luar biasa dan merupakan orang yang sangat pemberani sehingga dijuluki “Asadul Usud” atau Singa dari Segala Singa. Nabi Idris sangat gagah dalam memerangi orang-orang yang durhaka terhadap Allah.

Allah telah memberikan kepada Nabi Idris derajat yang tinggi. Beliau diberi kesempatan untuk berkenalan dengan para malaikat. Nabi Idris pun memiliki keinginan untuk melihat alam ghaib dan naik ke langit. Allah mengabulkan keinginannya tersebut sehingga Nabi Idris dapat naik ke langit yang keempat.

Demikianlah, riwayat Nabi Idris yang terus berusaha menegakkan kebenaran agama Allah.

Tuesday 6 October 2015

Burung Gagak Penuntun Cara Mengubur Pertamakali Bagi Manusia


Burung Gagak Penuntun Cara Mengubur Pertamakali Bagi Manusia
QS. A1-Maaidah: 3 1-32


Qabil terduduk di samping jasad adiknya. Air matanya mengalir karena penyesalan.

Aku telah membunuh adikku, sekarang apa yang harus aku lakukan?” Sebagai petunjuk, Allah mengirimkan dua ekor burung gagak ke hadapan Qabil. Kedua gagak tersebut berkelahi dan salah satunya mati. Tak lama kemudian, burung gagak yang masih hidup mulai menggali tanah dengan paruhnya.

Burung gagak tadi berusaha menunjukkan pada Qabil bagaimana dia seharusnya menguburkan jasad saudaranya. Qabil pun mengeluh, “Betapa bodohnya aku, kenapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak itu, supaya aku dapat menguburkan saudaraku ini?” Qabil pun merasa sangat menyesal karena seekor burung gagak pun lebih pintar darinya.

Lalu, ia berusaha menguburkan jasad adiknya seperti yang dicontohkan oleh si burung gagak. Setelah selesai, ia pergi mengembara ke tempat yang jauh. Qabil tidak sanggup menghadapi kedua orangtuanya.

Ia merasa berdosa besar karena telah membunuh saudaranya sendiri.

Monday 5 October 2015

Pembunuhan Pertama Umat Manusia (Kisah Teladan Untuk Anak)


PEMBUNUHAN PERTAMA
QS. Al-Maaidah: 27-30

Waktu pun berlalu. Tiba saatnya bagi mereka untuk memberikan persembahan istimewa bagi Allah. Qabil memilih beberapa hasil panennya berupa sayur-sayuran dan buah-buahan. Namun, persembahan Qabil bukan yang terbaik dan hasil panennya.

Baginya, persembahan sedikit sudah cukup karena Allah yang memiliki seisi dunia ini. Menurutnya, Allah tidak memerlukan persembahan yang banyak.

Namun, Habil justru berpikir sebaliknya. Dia percaya segala sesuatu di dunia ini milik Allah. Karena itu, dia memilih seekor domba yang sehat dan berbadan gemuk untuk dipersembahkan.

Mereka biasa meletakkan persembahan mereka di tempat yang tinggi. Jika api datang dan menyambar persembahan tersebut, itu berarti Allah telah menerimanya. Habil dan Qabil meletakkan persembahan mereka berdampingan. Allah sangat senang dengan persembahan Habil. Sebaliknya, Allah tidak senang dengan persembahan Qabil yang tidak layak. Allah tahu bahwa Qabil tidak bersungguh-sungguh memberikan persembahannya. Api Allah pun memilih persembahan Habil.

Melihat hal itu, Qabil merasa marah dan iri hati kepada Habil. Qabil mendatangi adiknya dan memarahinya. Habil mencoba menjelaskan kepada Qabil kenapa Allah tidak menerjma persembahannya.

“Kamu tidak bersungguh-sungguh memberikan persembahan kepada Allah. Itu sebabnya Allah tidak menerima persembahanmu,” ucap Habil. Mendengar perkataan itu, Qabil bukannya menyesali perbuatannya, tetapi justru semakin marah dan membenci Habil.

“Berani-beraninya kau menasihati aku!” Qabil menjerit marah. “Aku akan membunuhmu!” teriaknya.

Habil tidak membalas kemarahan kakaknya. Dia malah berkata, “Bila kamu berniat membunuhku, aku tidak akan membalasmu karena aku takut kepada Allah, pencipta alam ini."

Ucapan Habil tidak dapat menenangkan Qabil. Hatinya telah buta karena iri hati. Ia marah telah kalah dari adiknya. Ia pun memukul Habil sampai meninggal. Ketika melihat Habil sudah terkapar tak berdaya, perlahan-lahan kemarahan Qabil hilang dan berganti dengan penyesalan. Dia menyadari telah melakukan kesalahan besar. Dia pun berharap Allah akan mengampuni dosanya.

Sunday 4 October 2015

Keluarga Nabi Adam (Kisah Teladan Untuk Anak)

Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan ke bumi di tempat yang berbeda. Nabi Adam diturunkan di India, sedangkan Siti Hawa diturunkan di Arab. Selama beberapa waktu, mereka saling mencari sampai akhirnya mereka dapat bertemu di Jabal Rahmah, sebuah padang pasir dan bukit yang gersang. Setelah bertemu, mereka membangun keluarga yang bahagia.

Nabi Adam dan Siti Hawa dikaruniai dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Pada kelahiran pertama, Siti Hawa melahirkan Qabil dan Iklima. Pada kelahiran kedua, Siti Hawa melahirkan Habil dan Yamliqo. Ketika mereka beranjak dewasa, Habil tumbuh menjadi seorang penggembala. Setiap hari dia menggembalakan kambing, domba, serta binatang lainnya di bukit-bukit berumput. Dia sangat telaten merawat hewan ternaknya sehingga hewan-hewan itu tumbuh sehat dan gemuk.

Sementara itu, Qabil bekerja sebagai petani. Dia mencangkul dan menabur benih tanaman di bukit. Namun, Qabil pemalas dan selalu mengeluh. Qabil malas mencangkul tanah yang keras dan enggan mengairi benih-benih tanamannya.

Friday 2 October 2015

Allah Mengampuni Nabi Adam Dan Siti Hawa (Kisah Teladan Untuk Anak)

Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang sangat menyayangi hamba-hamba-Nya. Karenanya Allah menerima tobat Nabi Adam dan Siti Hawa, serta mengampuni pelanggaran yang telah mereka lakukan. Setelah Allah mengampuni mereka, hati Nabi Adam dan Siti Hawa pun menjadi lega dan tenteram kembali.

Mereka pun bertekad akan selalu menjaga diri agar tidak sampai tertipu lagi oleh iblis. Pelanggaran yang telah mereka lakukan menjadi pelajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya iblis. Setelah kejadian itu, rupanya Allah berkehendak lain. Allah memerintahkan Nabi Adam dan Siti Hawa untuk turun ke bumi. Allah memang telah merencanakan agar mereka menjadi manusia pertama di bumi. Allah pun berfirman kepada mereka.
“Turunlah kamu ke bumi, sebagian dan kamu akan menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu disediakan tempat kediaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”

Nabi Adam dan Siti Hawa kemudian turun ke bumi. Mereka menghadapi cara hidup baru yang jauh berbeda dengan kehidupan di surga. Kelak, mereka akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam ras dan sifatnya.

Anak keturunan Nabi Adam akan hidup berkelompok-kelompok, menjadi suku-suku, dan bangsa-bangsa. Sekelompok manusia atau suatu bangsa bisa terjerumus ke dalam kesesatan atau menjadi musuh bagi manusia dan bangsa yang lain seperti yang disebutkan dalam firman Allah. Karenanya, dari waktu ke waktu Allah akan menurunkan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul untuk menuntun hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus.

Barang siapa yang mengikuti jalan yang telah ditunjukkan oleh Allah, maka ia akan hidup bahagia sampai hari akhir dan akan dimasukkan ke dalam surga. Sedangkan, barang siapa yang tidak percaya kepada Allah dan melanggar perintah-Nya, ia akan mendapat peringatan dan akan ditempatkan di neraka.

Monday 28 September 2015

Nabi Adam Ditempatkan Di Surga (Kisah Teladan Untuk Anak)


Nabi Adam Ditempatkan Di Surga
Al-Baqarah : 35

Nabi Adam ditempatkan oleh Allah di surga yang sangat indah. Di surga, Allah menyediakan berbagai macam hidangan serta pepohonan yang berbuah lebat dan enak dimakan. Nabi Adam tinggal sendirian di sana.

Pada suatu waktu, saat Nabi Adam tertidur pulas, Allah menciptakan seorang perempuan bernama Siti Hawa. Siti Hawa diciptakan Allah untuk mendampingi Nabi Adam sebagai istrinya.

Allah berpesan kepada Nabi Adam setelah ia terbangun, “Tinggallah engkau bersama istrimu di surga, nikmatilah buah-buahan yang lezat, cicipi dan makanlah sepuasmu. Kamu tidak akan lapar, dahaga, atau lelah selama berada di surga. Tetapi Aku ingatkan, janganlah engkau makan buah dan pohon ini (buah khuldi) yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim. Ketahuilah bahwa iblis itu adalah musuhmu dan musuh istrimu. Iblis akan berupaya membujuk dan mengajakmu keluar dari surga sehingga tercabutlah kebahagiaan yang kamu nikmati ini.”

Sejak saat itu, Nabi Adam dan Siti Hawa tinggal bersama di surga yang penuh dengan nikmat Allah. Mereka senantiasa berusaha untuk menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Tabir Wanita