Monday 5 October 2015

Pembunuhan Pertama Umat Manusia (Kisah Teladan Untuk Anak)


PEMBUNUHAN PERTAMA
QS. Al-Maaidah: 27-30

Waktu pun berlalu. Tiba saatnya bagi mereka untuk memberikan persembahan istimewa bagi Allah. Qabil memilih beberapa hasil panennya berupa sayur-sayuran dan buah-buahan. Namun, persembahan Qabil bukan yang terbaik dan hasil panennya.

Baginya, persembahan sedikit sudah cukup karena Allah yang memiliki seisi dunia ini. Menurutnya, Allah tidak memerlukan persembahan yang banyak.

Namun, Habil justru berpikir sebaliknya. Dia percaya segala sesuatu di dunia ini milik Allah. Karena itu, dia memilih seekor domba yang sehat dan berbadan gemuk untuk dipersembahkan.

Mereka biasa meletakkan persembahan mereka di tempat yang tinggi. Jika api datang dan menyambar persembahan tersebut, itu berarti Allah telah menerimanya. Habil dan Qabil meletakkan persembahan mereka berdampingan. Allah sangat senang dengan persembahan Habil. Sebaliknya, Allah tidak senang dengan persembahan Qabil yang tidak layak. Allah tahu bahwa Qabil tidak bersungguh-sungguh memberikan persembahannya. Api Allah pun memilih persembahan Habil.

Melihat hal itu, Qabil merasa marah dan iri hati kepada Habil. Qabil mendatangi adiknya dan memarahinya. Habil mencoba menjelaskan kepada Qabil kenapa Allah tidak menerjma persembahannya.

“Kamu tidak bersungguh-sungguh memberikan persembahan kepada Allah. Itu sebabnya Allah tidak menerima persembahanmu,” ucap Habil. Mendengar perkataan itu, Qabil bukannya menyesali perbuatannya, tetapi justru semakin marah dan membenci Habil.

“Berani-beraninya kau menasihati aku!” Qabil menjerit marah. “Aku akan membunuhmu!” teriaknya.

Habil tidak membalas kemarahan kakaknya. Dia malah berkata, “Bila kamu berniat membunuhku, aku tidak akan membalasmu karena aku takut kepada Allah, pencipta alam ini."

Ucapan Habil tidak dapat menenangkan Qabil. Hatinya telah buta karena iri hati. Ia marah telah kalah dari adiknya. Ia pun memukul Habil sampai meninggal. Ketika melihat Habil sudah terkapar tak berdaya, perlahan-lahan kemarahan Qabil hilang dan berganti dengan penyesalan. Dia menyadari telah melakukan kesalahan besar. Dia pun berharap Allah akan mengampuni dosanya.

0 komentar:

Post a Comment

Tabir Wanita