Sunday, 30 October 2016

Tempat Tinggal Malaikat

bilik islam
Kedudukan dan tempat tinggal para Malaikat adalah dilangit, sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya : “Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan Malaikat-malaikat yang bertasbih memuji Rabb-Nya juga memohon ampunan bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Asy-Syuuraa:5).

Allah Ta’ala telah mensifati para Malaikat bahwa mereka berada di sisi-Nya. Allah SWT berfirman :
Artinya: “Jika orang-orang itu menyombongkan diri, maka mereka (Malaikat) yang di sisi Rabb-Mu justru bertasbih kepada-Nya siang dan malam, dan mereka tidak pernah merasa jemu.”(OS. Fushshilat:38)

Mereka turun ke dunia dengan perintah Allah SWT untuk menunaikan berbagai urusan yang diembankan kepada mereka Allah SWT berfirman :
Artinya :“Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Rabb-Mu.  Milik-Nya segala yang ada dihadapan kita, yang ada dibelakang kita dan segala yang ada diantara keduanya, dan Rabb-Mu tidaklah lupa.” (QS. Maryam:64).

Dan seringkali turunnya mereka adalah pada kesempatan-kesempatan tertentu, seperti malam Lailatul Qodar. Allah SWT berfirman  :
Artinya: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para Malaikat dan Ruh (Jibril) dengan idzin Rabb-Nya untuk mengatur semua urusan .“ (QS. Al- Qodr: 3-4).

Saturday, 29 October 2016

Perang Mu’tah (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

sejarah lengkap nabi muhammad, bilik islam
Sepulang menunaikan ibadah haji, Rasulullah kembali mengirimkan para utusannya untuk menyampaikan surat kepada kepala-kepala suku Arab. Ia mengirim utusan yang berjumlah 50 orang kepada Bani Sulaiman untuk mendakwahkan Islam, tetapi sebagian besar dari utusan Rasulullah saw. itu dibunuh. Demikian halnya dengan 15 orang utusan yang telah dikirim ke Dhat Atla di perbatasan Syam dengan tugas dakwah mengajak mereka menganut Islam.

Kedatangan utusan tersebut dijawab dengan panah. Hampir seluruh utusan terbunuh, kecuali satu orang, yaitu pimpinan utusan Rasulullah yang berhasil melarikan diri. Dialah yang menceritakan nasib mereka. 

Peristiwa serupa juga dilakukan oleh Syahbil bin Amr, seorang kepala negara Kristen dan Bashrah. Ia membunuh Harits bin Amr, seorang utusan Nabi yang membawa surat ke sana. Mendengar hal itu, Nabi Muhammad sangat terluka perasaannya. Beliau hermaksud menginim pasukan untuk membalas perbuatan mereka. 

Pada bulan Jumadil-Awal tahun ke-8 Hijriah, bertepatan dengan tahun 629 M, Nabi memanggil 3.000 orang pilihan yang terdiri dari para sahabat dan menunjuk Zaid bin Haritsah, mantan budaknya sebagai pemimpin pasukan. Pengangkatan ini membuktikan bahwa Nabi tidak membedakan derajat di antara umatnya. 


Setelah selesai mengadakan pembentukan pasukan tentara tersebut, Nabi mengatakan “Apabila Zaid gugur, maka Ja’far bin Abu Thalib yang memegang kepernimpinan pasukan, dan apabila Ja’far gugur, maka Abdullah bin Rawahah yang memegang kepemimpmnan pasukan.” 

Sewaktu pasukan tentara ini berangkat, Khalid bin Walid yang ketika itu baru masuk Islam secara sukarela ikut menggabungkan diri. Dengan keikhlasan dan kesanggupannya dalam perang, ia ingin memperlihatkan iktikad baiknya sebagai muslim. Pada saat itu, Nabi juga turut mengantarkan mereka sampai ke Saniyatul Wada’. 

Setelah beberapa hari mereka melakukan perjalanan, akhirnya sampailah mereka ke suatu tempat yang bernama Ma’ab. Dua malam mereka berada di tempat itu. Di sana mereka, memikirkan tindakan yang harus mereka lakukan, menghadapi pasukan musuh yang jumlahnya begitu besar.

Sementara itu, Syurahbil sudah mengumpulkan kelompok-kelompok kabilah yang ada di sekitarnya ditambah dengan pasukan tentara yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang Arab. Mereka seluruhnya berjumlah 100 ribu orang. 

Tentara muslim mulai bergerak maju, ketika sampai diperbatasan balqa’, disebuah desa bernama musyarif, mereka bertemu dengan pasukan musuh dan segera menghindar ke Mu’tah. Di Mut’ah inilah pertempuran sengit antara 100 ribu tentara musuh dengan 3.000 tentara muslim mulai berkobar.
Bendera Nabi dibawah oleh Zaid bin Haritsah dan dia terus maju ke tcngah-tengah musuh. Ia yakin bahwa kematiannya takkan dapat dielakkan. Tetapi, mati di sini berarti syahid di jalan Allah. Selain kemenangan, hanya ada satu pilihan, yaitu mati syahid. Di sinilah Zaid bertempur mati-matian sehingga akhirnya gugur oleh tombak musuh. 

Saat itu juga, bendera disambut oleh Ja’far bin Abu Thalib dari tangannya. Ketika itu, usianya baru tiga puluh tiga tahun, sebagai pemuda yang berwajah tampan dan berani. 

Ja’far terus bertempur dengan membawa bendera itu. Ketika kudanya dikepung musuh, kuda itu dihentakkan dan dilepaskannya untuk menerobos kepungan musuh, dan dia sendiri terjun ke tengah-tengah musuh, menyerbu dengan mengayunkan pedangnya ke leher siapa saja yang bisa ditebas. 

Bendera dipegang dengan tangan kanan Ja’far. Ketika tangan ini terputus, dipegangnya dengan tangan kirinya, dan saat tangan kirinya terputus, dipeluknya hendera itu dengan kedua pangkal lengannya hingga ia syahid. 

Setelah Ja’far gugur hendera diambil oleh Abdullah bin Rawahah. Dia maju dengan kudanya membawa panji perang. Sementara itu, terpikir olehnya untuk mundur. Ia masih ragu-ragu. Akan tetapi, timbullah kemantangan dalam hatinya; diambilnya pedang dan dia maju bertempur hingga ia pun syahid. 

Akhirnya, Khalid bin Walid tampil mengambil alih komando. Diambilnya hendera itu, setelah dilihatnya barisan muslim mulai tercerai-berai. Mulailah ia memberi komando dan memerintahkan pasukan untuk menarik diri kembali ke Madinah setelah berhasil mengelabuhi pihak musuh. 

Dengan demikian, terhindarlah tentara Islam dari bencana yang hampir menimpanya. Peperangan Mu’tah ini menyadarkan kaum muslimin bahwa di antara mereka masih ada musuh yang tidak boleh diabaikan. Peperangan ini merupakari mata rantai pertama dalam rangkaian perluasan Islam keluar jazirah Arab. Peperangan Mu’tah ini terjadi tahun ke-7 H.

Biografi Nabi Muhammad selanjutnya bisa dibaca pada postingan berikutnya yang berjudul : Penaklukan Kota Mekah (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Setan Takut Ketegasan Al-Faruq ra. (Biografi Lengkap Umar Bin Khattab ra.)

Biografi Lengkap Umar Bin Khattab ra., bilik islam
Dari Muhammad bin Sa’d bin Abu Al Waqqash dari ayahnya, ia mengatakan, “Umar bin Khaththab meminta izin masuk ke rumah Rasulullah saw., sedangkan di sekeliling beliau ada sejumlah wanita Quraisy yang berbicara banyak kepada beliau dengan meninggikan suara mereka melebihi suara beliau. Ketika Umar bin Khaththab meminta izin, mereka berdiri dan segera berhijab. Lalu Rasulullah saw. mengizinkannya masuk. Umar pun masuk, sedangkan Rasulullah saw. tertawa, maka ia berkata, ‘Apa yang membuat Allah menjadikan tertawa, wahai Rasulullah?’ 

Nabi saw. berkata, ‘Aku heran terhadap para wanita yang berada di sekelilingku. Ketika mereka mendengar suararnu, maka mereka segera berhijab.’ 


Umar berkata, ‘Engkau lebih berhak untuk disegani, wahai Rasulullah?’ Kemudian Umar mengatakan, ‘Wahai para musuh bagi diri mereka sendiri, apakah kalian segan kepadaku dan tidak segan kepada Rasulullah?’ 

Mereka menjawab, ‘Ya, engkau lebih kasar dan lebih keras daripada Rasulullah saw.’ 

Kemudian Rasulullah saw. bersabda, ‘Wahai Ibnul Khaththab, demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah setan berpapasan denganmu sewaktu menempuh suatu lembah melainkan ia pasti mengambil lembah lain selain yang engkau lewati.”

Biografi Umar Bin Khattab selanjutnya bisa dibaca pada postingan yang berjudul : Umar Menjelaskan Tentang Sikap Kerasnya Dalam Khutbahnya Yang Pertama (Biografi Lengkap Umar Bin Khattab ra.)

Peperangan Melawan Kaum Murtad (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.
Wafatnya Rasulullah saw. telah memancing kemurtadan sebagian kabilah Arab. Mereka keluar dari Islam dan memeluk agama lamanya. Khalifah baru, Abu Bakar AshS hiddiq, segera mengeluarkan kebijakan menumpas berbagai gerakan yang menjurus pada kekafiran, kesesatan dan kemurtadan. Dia mengagendakan penyatuan seluruh semenanjung Arab dalam pangkuan Islam. 

Gejala kemurtadan itu dilatarbelakangi beberapa faktor. Sebagian kabilah tidak mau membayar zakat. Mereka ingin terbebas dari beban keagamaan Islam dan kembali pada tradisi jahiliah. Sebagian kabilah lain ingin merebut tongkat kekuasaan untuk memimpin seluruh daratan Arab. Dari sini, muncullah sejumlali nabi palsu yang mengecoh Umat manusia. 

Sebagian kabilah Arab, di antaranya Abas, Dzabyan dan lain sebagainya, berniat untuk menyerbu kota Madinah. Mereka ingin mendudukinya sebagai pintu gerbang untuk menguasai seluruh semenanjung Arab. 


Abu Bakar Ash-Shiddiq sangat perhatian dengan rencana busuk suku Abas dan Dzabyan. Karena itu, dia menyiagakan para penjaga secara penuh pada waktu malam dan siang. Dia mengumumkan kepada kaum muslimin supaya bersiap siaga kalau sewaktu-waktu musuh menyerang. 

Ternyata, serangan itu bukan isapan jempol belaka. Pada suatu malam, kalangan murtad itu menyerbu kota Madinah. Kaum muslimin pun bergegas mengangkat senjata untuk mempertahankan kota dan membela Islam. Dengan pertolongan Allah, akhirnya kaum muslimin berhasil memukul mundur musuh. 

Musuh mundur sampai ke sebuah tempat yang bernama Dzu A1-Qishah. Pihak musuh berkeyakinan bahwa serangan pertama merek ke kota Madinah telah berbuah kemenangan dan mereka bakal menyempurnakan kemenangan itu pada hari kedua. 

Dengan mata hatinya yang begitu tajam, Abu Bakar Ash-Shiddiq mempunyai rencana cerdik untuk memporak-porandakan musuh. Beliau mempersiapkan pasukannya dan keluar dari kota Madinah pada saat malam mulai larut. Beliau meminta pasukan untuk mengendap-endap dan menyembunyikan diri di balik gelapnya malam kemudian secara mendadak menyerang kaum kafir itu. 

Dengan kecepatan yang tiada tara, ditunjang malam yang begitu pekat, pedang-pedang kaum muslimin berhasil menebas dan memenggal kepala kaum murtad itu. Setelah menyerang, mereka langsung kabur ke seluruh penjuru. Hingga akhirnya ketika pagi tiba, musuh ketakutan dan lari tunggang langgang karena banyak tentaranya yang tewas terpenggal kepalanya. Kemenangan pertama sudah diraih oleh khalifah Abu Bakar AshS hiddiq. 

Gerakan murtad tidak berhenti sampai di situ. Datang berita kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menceritakan bahwa arus gerakan kaum murtad berlanjut ke seluruh semenanjung Arab. 

Di bagian selatan, tepatnya di Negeri Yaman, ada A1-Aswad Al-Ansi yang berhasil meruntuhkan kekuasaan gubernur yang diangkat oleh Rasulullah saw. di sana. Dia berhasil menguasai seluruh negeri. 

Di bagian utara, Musailamah bin Habib Al Kadzdzab memproklamasikan diri sebagai nabi. kaum Bani Hanifah berkumpul di sekelilingnya menjadi pengikut setianya. Jumlah mereka tidak kurang dari empat puluh ribu pasukan. 

Di kabilah Asad, ada Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadi yang menghasut kaumnya agar tidak menunaikan zakat. Di tempat lain, ada Malik bin Nuwairah Al-Yarbu’i. Dia mengumpulkan semua anggota sukunya dan berjalan mengikuti gerbong. Sajah At Taghlibiyah yang mendeklarasikan dirinya sebagai nabi. Sajah dinikahi oleh Musailamah Al-Kadzdzab. 

Abu Bakar Ash-Shiddiq ingin kelar sendiri untuk memerangi kaum murtad itu. Tetapi para sahabat senior melarangnya. Sahabat yang paling gencar menccgah keluarnya khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk memimpin pasukan kaum muslimin adalah Ali bin Abu Thalib. Ali meminta Abdur-Rahman bin Auf untuk menjadi panglima pasukan guna berangkat ke kantong-kantong kaum murtad itu. Khalifah pun merasa tenang dengan rencana itu. Jadi, beliau tidak perlu turun tangan secara langsung. 

Abu Bakar Ash-Shiddiq hanya mempersiapkan pasukan. Dia melantik seorang panglima pada setiap batalion pasukan dan diperintahkan untuk berangkat ke tempat tertentu.
  1. Khalid bin Walid berangkat memerangi Thulaihah bin Khuwailid di Bani Asad dan para sekutunya yang berasal dari kaum murtad Bani Thayyi, Abas dan Dzabyan. Kalau tugas itu sudah selesai, dia diperintahkan memimpin pasukan untuk menumpas Malik bin Nuwairah yang menjadi pemimpin kaum murtad Bani Tamim di daerah Al-Bathah.
  2. Ikrimah bin Abu Jahal diperintahkan membumihanguskan gerakan
  3. Musailamah Al-Kadzdzab di daerah Yammah.
  4. Syurahil bin Hasanah diperintahkan untuk mengikuti jejak ‘Ikrimah dengan tujuan yang sama.
  5. Thariqah bin Hajiz diperintahkan berangkat ke Bani Salim dan para sekutunya seperti Bani Hawazin.
  6. Amru bin Al-Ash diperintahkan berangkat ke daerah Qadha’ah, Wadi’ah dan Al-Harits.
  7. Khalid bin Sa’id diperintahkan untuk berangkat ke Syam.
  8. A1-’Ala’ bin A1-Hadhrami diperintahkan berangkat ke daerah Bahrain.
  9. Hudzaifah bin Muhshan A1-Ghalfani diutus berangkat ke daerah Daba Ba’uman.
  10. Arafah bin Hartsamah diperintahkan untuk memerangi penduduk Maharah.
  11. Al-Muhajir bin Abu Umayyah diperintahkan berangkat untuk menyerbu rombongan A1-Aswad di daerah Shan’a’, kemudian dilanjutkan ke Hadhramaut.
  12. Suwaid bin Muqarrin Al-Muzanni berangkat ke daerah Tihamah di Yaman.
Kemudian, Abu Bakar Ash-Shiddiq membagi-bagikan selebaran kepada seluruh kabilah Arab. Selebaran itu isinya sama :
“Dari Abu Bakar; Khalifah Rasulullah saw. Surat ini ditujukan kepada siapa saja yang telah menerima suratku ini, baik yang umum maupun yang khusus; baik mereka yang masih tetap memegang teguh Islam maupun sudah keluar darinya.

Keselamatan atas siapa saja yang mengikuti petunjuk dan tidak melenceng setelah mendapatkan petunjuk kearah kesesatan dan kegelapan.

Sesungguhnya aku memuji Allah yang tidak ada tuhan selain Dia. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Dia semara. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Kita membenarkan apa yang dibawa oleh Muhammad dan menolak apa yang dibuang dan diperangi oleh Rasulullah saw. 

Perlu diketahui. sesungguhnya, Allah telah mengutus Muhammad dengan benar dari sisi-Nya kepada semua makhluk-Nya untuk membawa kabar gembira dan peringatan serta menyeru ke jalan Allah dengan izin Allah.

Rasulullah saw. membawa pelita yang menerangi untuk memberi peringatan kepada orang Yang hidup durhaka dan meluruskan perilaku orang- orang kafir. Allah menganugerahi hidayah kebenaran kepada siapa saja Yang menerima seruan ini, dan Rasulullah saw. menghancurkan siapa saja yang berpaling darinya dengan izin Allah. Sehingga kemudian, ada yang taat dan ada yang durhaka dalam menyikapi Islam ini”. 

Dalam surat itu juga ada pernyataan berikut ini :
“Telah sampai berita kepadaku bahwa ada sebagian dari kalian yang keluar dari agamanya, padahal sebelumnya dia mengikrarkan Islam dan mengerjakan amal saleh. Kalian telah menipu Allah dan pura-pura tidak tahu akan perintah-Nya. Sungguh, kalian justru mematuhi bujukan setan. 

Aku mengutus fulan kepada kalian. Dia membawa pasukan yang terdiri dari sahabat Muhajirin dan Anshar serta para tabi‘in. Aku memerintahkannya agar tidak memerangi dan membunuh siapa pun sampai dia menyerukan kepada mereka untuk kembali ke jalan Allah. 

Siapa saja yang mau menerima ajakan itu, mengikrarkan Islam kembali, menghentikan perbuatan buruk dan beramal saleh, maka dia akan diterima dan akan dibantu. Tetapi, siapa saja yang menolak, maka aku memerintahkan kepada si fulan untuk memerangi mereka sehingga tidak ada satu orang pun yang tersisa dari mereka di muka bumi ini. Mereka semua akan dibakar dengan api dan mereka semua akan dibunuh. Kaum wanita ataupun anak kecil akan ditawan. Tegasnya, sekali lagi, tidak ada seorang pun yang akan diterima kecuali memang dia beragama Islam. 

Siapa saja yang mengikutinya, maka jauh lebih baik baginya. Tetapi siapa yang meninggalkannya, maka dia tidak akan pernah melemahkan Allah. Aku telah memerintahkan semua utusanku untuk membacakan suratku ini di setiap tempat berkumpul yang sekiranya bisa didengar oleh semua orang.
Kalau kaum muslimin sudah mengumandangkan azan, maka biarkanlah mereka, tetapi kalau mereka tidak mengumandangkan azan, maka kobarkanlah peperangan terhadap mereka. Kalau mereka mengumandangkan azan, maka aku akan mempertanyakan tanggungjawab mereka atas hal itu. Akan tetapi, kalau mereka menolak mengumandangkan azan, maka hukuman akan segera dijatuhkan kepada mereka. Jika mereka mengikrarkan Islam, maka hal itu akan diterima dan mereka pun akan dibimbing menuju keadaan yang lebih baik.” 

Biografi Abu Bakar selanjutnya bisa dibaca pada postingan selanjutnya yang berjudul : Penaklukan Negeri Irak (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Bertemu Saudara (Kisah Dalam Al-Quran)

kisah nabi yusuf, bilik islam
Negara-negara tetangga yang sedang kekurangan bahan makanan datang ke Mesir untuk meminta pertolongan dari Nabi Yusuf. Mereka datang untuk membeli gandum yang masih tersedia di dalam gudang-gudang kerajaan. Di antara para pendatang yang ingin berbelanja ke Mesir terdapat rombongan orang-orang Palestina. Di antaranya terdapat saudara-saudara Nabi Yusuf. Mereka menghadap Nabi Yusuf yang memakai pakaian kerajaan. Mereka sama sekali tidak mengenali beliau.
Nabi Yusuf yang masih mengenali mereka sebagai saudara-saudaranya segera bertanya pada mereka.
“Siapakah kalian? Ceritakan kepadaku tentang keluarga kalian?” tanya Nabi Yusuf dengan suara berwibawa. 

“Wahai Paduka, kami adalah putra-putra Yakub yang berjumlah dua belas orang. Saudara kami yang termuda tidak ikut bersama kami karena sedang menjaga ayah yang sudah lanjut usia dan buta. Seorang saudara kami sudah lama pergi dan hingga kini kami tidak tahu keberadaannya. Kami datang atas perintah ayah kami untuk memohon pertolongan dari Paduka.” 

“Kami bermaksud membeli gandum dari persediaan kerajaan Paduka untuk memenuhi kebutuhan kami yang mendesak.” 

“Sesungguhnya aku meragukan keterangan kalian. Aku tidak dapat mengabaikan kemungkinan bahwa kalian adalah mata-mata yang dikirim musuh untuk mengacaukan negeri ini. Aku menghendaki kalian membawa bukti-bukti yang kuat bahwa kalian betul-betul putra Yakub,” ucap Nabi Yusuf dengan suara tegas. 


“Paduka. kami orang asing di negeri ini. Tidak ada seorang pun yang kami kenal. Sangat sulit bagi kami untuk membuktikan ucapan kami. Kami pasrah kepada keputusan Paduka,” jawab juru bicara putra Yakub. 

“Baiklah” jawab Nabi Yusuf sambil berpikir. 

“Hmmm ... kali ini aku memberi kesempatan kepada kalian untuk membeli gandum secukupnya dengan satu syarat. Bila kalian kembali lagi ke mari, kalian harus membawa adik kalian yang bungsu. Aku akan menyuruh pegawaiku untuk melayani kebutuhan kalian.” 

“Maaf Paduka. ayah kami tidak akan mengizinkan kami membawa adik bungsu kami ke mari karena ayah sangat mencintainya. Dia menjadi pengganti kedudukan saudara kami. Yusuf. Namun. kami akan berusaha membujuk ayah agar memperbolehkan kami mengajak Benyamin. 

Baiklah, aku akan menunggu janji kalian,” tegas Yusuf. Kemudian, Yusuf menyuruh pegawainya untuk mengisi karung-karung mereka dengan gandum dan bahan makanan. Sedangkan. barang-barang emas yang mereka bawa untuk membeli gandum disisipkan kembali ke dalam karung-karung mereka secara diam-diam. 

Mereka lalu segera pulang ke Palestina dengan membawa beberapa karung gandum. Setibanya di rumah, mereka menceritakan tentang perjalanan mereka kepada sang ayah. Mereka memuji penguasa Mesir yang bersikap ramah, adil, dan rendah hati itu. Mereka menyampaikan juga bahwa bila mereka datang lagi untuk membeli gandum. mereka harus mengajak serta Benyamin. Mereka memohon kepada sang ayah agar diizinkan mengajak Benyamin ke Mesir. 

“Tidak. sekali lagi tidak akan kuberikan izin kepada kalian untuk membawa Benyamin. Aku tidak akan memercayakan Benyamin kepada kalian setelah apa yang terjadi kepada Yusuf.” 

Tapi Ayah, kami mohon. “Dulu kalian berjanji akan menjaga Yusuf dengan baik, tetapi kalian pulang dengan berita bahwa Yusuf telah dimangsa serigala. Aku tidak ingin apa yang terjadi pada Yusuf terulang lagi pada Benyamin.” 

“Baiklah, Ayah. Namun, kami tidak dapat kembali ke Mesir tanpa membawa Benyamin,” ujar salah satu di antara mereka. 

Nabi Yakub pun terdiam. Dia tidak rela bila harus kehilangan Benyamin. 

Kemudian, salah satu anak Nabi Yakub tersebut membuka karung-karung gandum. Mereka menemukan barang emas mereka masih berada di dalam karung. Mereka gembira dengan penemuan tersebut. 

“Ayah lihat, penguasa Mesir itu mengembalikan semua emas kita. Tentunya, dia memberikan gandum-gandum ini dengan cuma-cuma,” 

Untuk beberapa saat, kehidupan mereka terjamin dengan gandum-gandum tersebut. Namun, lama-kelamaan persediaan makanan mereka habis. Akhirnya, Nabi Yakub memperbolehkan mereka membawa Benyamin ke Mesir. 

Setibanya di istana kerajaan Mesir, mereka disambut baik oleh Nabi Yusuf. Nabi Yusuf menyediakan jamuan dan penginapan bagi mereka. Bahkan. Nabi Yusuf mengajak Benyamin menginap bersamanya di istana. 

“Bila kakakku Yusuf masih ada, tentunya sekarang engkau akan menyediakan tempat untuknya,” kata Benyamin sambil mencucurkan air mata. Hatinya sedih teringat kepada Yusuf. sang kakak. 

“Apabila aku menggantikan kakakmu yang hilang, apakah engkau akan suka?” tanya Nabi Yusuf. 

“Tentu saja, namun sayangnya engkau tidak dilahirkan oleh ayahku, Yakub, dan ibuku. Rahil” 

Nabi Yusuf menangis mendengar perkataan Benyamin. Lalu. dia memeluk Benyamin dengan erat. Beliau mengaku bahwa dialah kakak Benyamin yang hilang tersebut. Nabi Yusuf menceritakan semua hal yang telah dialaminya. Beliau berpesan agar Benyamin merahasiakan hal tersebut dari saudara-saudaranya yang lain. 

Benyamin sangat bahagia mengetahui bahwa kakaknya masih hidup dan ada di hadapannya. “Ayah pasti sangat senang mengetahui bahwa Kakak masih hidup. Sejak Kakak hilang, Ayah sangat menderita sampai-sampai Ayah kehilangan penglihatannya karena terlalu banyak menangis.” 

Mendengar hal itu, Nabi Yusuf pun menangis. Dia dapat merasakan penderitaan ayahnya. 

Baca juga cerita dalam Al-Quran selanjutnya yang berjudul : Bertemu Sang Ayah (Kisah Dalam Al-Quran)

Awal Mula Munculnya Paham Qadariyah (Aliran Qadariyah)

paham qadariyah, bilik islam
AWAL MUNCULNYA QADARIYAH
Golongan Qadariyah pertama kali muncul kira-kira pada tahun 70 H di Iraq pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan yang hidup antara tahun 685-705 M. Kelompok Qadariyah dimotori oleh Ma’bad bin Juhani Al-Bisry (w.699 M) dan A1-Ja’du bin Dirhani.

Pada awal munculnya kelompok Qadariyah ini diduga sebagai protes atas kedhaliman politik Bani Umayah. Qadariyah sangat bertolak belakang dengan faham kelompok Jabariyah, dimana Jabariyah mempunyai kepercayaan bahwa segala sesuatu tentang manusia sudah terkait dengan ketentuan Allah, sementara Qadariyah mengatakan bahwa manusia tidak selamanya terkait pada ketentuan Allah semata, tetapi harus disertai dengan upaya dan usaha untuk menentukan nasibnya.
 
CIRI-CIRI FAHAM QADAR1YAH
Diantara ciri-ciri faham Qadariyah adalah :
  1. Manusia berkuasa penuh untuk menentukan nasib dan perbuatannya, maka perbuatan dan nasib manusia dilakukan dan terjadi atas kehendak dirinya sendiri, tanpa campur tangan Allah.
  2. Iman adalah pengetahuan dan pemahaman, sedang amal perbuatan tidak mempengaruhi Iman. Artinya orang berbuat dosa besar tidak mempengaruhi keimanannya.
  3. Orang yang sudah beriman tidak perlu tergesa-gesa menjalankan ibadah dan amal-amal kebajikan lainnya. 
PERKEMBANGAN QADARIYAH
Aliran Qadariyah termasuk aliran yang cukup cepat berkembang dan mendapat dukungan cukup luas di kalangan masyarakat, sebelum akhirnya pemimpinnya Ma’bad dan beberapa tokohnya berhasil ditangkap dan dihukum mati oleh penguasa Damsyiq pada tahun 80 H/699 M, karena menyebarkan ajaran sesat. Sejak terbunuhnya pentolan Qadariyah, aliran Qadariyah mulai pudar, hingga akhirnya sirna dimakan zaman, kini tinggal sebuah nama yang tertulis di dalam buku, namun sebagian fahamnya masih dianut oleh sebagian orang.

Tabiat Dan Kebiasaan Para Malaikat

tabiat malaikat, kebiasaan malaikat, bilik islam
Malaikat bertabi’at untuk selalu taat kepada Allah Ta’ala. Malaikat tidak memiliki kemampuan untuk bermaksiat kepada Allah. Mereka selalu menjahui maksiat kepada Allah dan selalu bersikap taat karena Allah Ta’ala menciptakan mereka demikian. Para Malaikat sedikitpun tidak dibebani kemampuan untuk bermaksiat, karena tidak ada syahwat atau hawa nafsu pada diri mereka. 

Secara mutlak para Malaikat adalah makhluk yang diperintahkan untuk selalu beribadah dan melakukan ketaatan. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala :
Artinya: “Mereka takut kepada Rabb Yang (berkuasa) di atas mereka dan melaksanakan apa-apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (QS. An-Nahl: 50)

Dalam ayat ini, mereka -para Malaikat-  juga merasa takut kepada Allah SWT, adapun al-khauf (rasa takut) adalah salah satu bentuk takliif(pembebanan) syari’at. Bahkan, ini (al-khauf) adalah termasuk jenis ibadah yang paling tinggi. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala kepada mereka :
Artinya : “Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (Malaikat) dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak member syafa‘at melainkan kepada orang yang diridhai (Allah), dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS. Al-Anbiyaa’ : 28) 

Allah Ta’ala juga berfirman :
Artinya: “Dan syafa’at (pertolongan) di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah di idzinkan-Nya (memperoleh syafa‘at itu). Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka (para malaikat itu), mereka berkata: “Apakah yang telah di imankan oleh Rabb kalian.. ?“  mereka menjawab; “(Perkataan) yang benar, ‘dan Dia-Iah Yang Maha Tinggi, Maha Besar.”(QS. Saba’: 23)

Pengertian Beriman Kepada Kitab Allah

biliki islam
Beriman Kepada Kitab Allah
“Al-Kutub” adalah bentuk jama’ dari “kitab” (penulisan) dengan arti “maktuub” (yang tertulis). Maksudnya pemakaian kata itu di sini ialah : Kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada rasul-Nya sebagai rahmat dan petunjuk bagi makhluk, agar mereka mencapai dengannya kebahagian dunia akhirat. 

Iman kepada kitab-kitab Allah termasuk salah satu rukun Iman dari enam Rukun Iman yang harus kita yakini. Arti iman pada kitab-kitab Allah adalah berkeyakinan penuh bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang dia turunkan atas rasul-rasul-Nya untuk hamba-hamba-Nya dengan membawa kebenaran yang nyata dan bahwa kitab-kitab itu adalah Kalam (kalimat) Allah yang Dia berbicara dengan itu menurut hakekatnya sebagaimana yang Dia kehendaki dan dengan cara yang Dia inginkan. 

Baca juga : Cara Mengimani Kitab Al-Quran

Al-Our’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupan, agar memperoleh kebahagiaan lahir dan batin, di dunia dan akhirat kelak. Konsep-konsep yang dibawa al-Qur’an selalu relevan dengan problema yang dihadapi manusia karena ia turun untuk berdialog dengan setiap umat yang ditemuinya sekaligus menawarkan pemecahan terhadap problema tersebut kapan dan di manapun mereka berada. Oleh sebab itu, al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar dan sekaligus melengkapi Kitab-kitab sebelumnya, yakni Zabur, Taurat dan injil.

Pengertian Beriman Kepada Kitab Allah

Pengertian beriman kepada kitab-kitab Allah yaitu mempencayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para rasul yang berisi wahyu Allah supaya disampaikan isi dan kandungannya kepada umat manusia. Kumpulan wahyu itu ada yang disebut suhuf. 

Sebagai orang Islam kita wajib mempercayai semua kitab dan suhuf yang telah diturunkan Allah kepada para rasul-Nya. 

Allah berfirman dalam surah an-Nisa ayat 136 yang artinya sebagai benikut:
“Wahai orang-orang yang beriman, Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada kitab (al-Qur’an) yang diturunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang diiturunkan sebelumnya, Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh” (QS. An-Nisa ayat 136) 

Pada ayat di atas, dengan tegas Allah mengingatkan kepada orang yang beriman agar tetap menjaga keimananNya, jangan sampai menjadi orang yang kufur (kafir), Allah juga mengisyaratkan jika tidak mengimani kitab-kitab-Nya maka seseorang akan jauh bersesat. Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang Islam agar tidak tersesat. 

Beriman berarti percaya dengan sungguh-sungguh kepada sesuatu. Beriman kepada Kitab Allah berarti percaya bahwa Allah SWT telah menurunkan beberapa Kitab kepada para Nabi dan Rasul untuk disampaikan dan diajarkan kepada seluruh umat manusia sebagai pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. 

Umat Islam yang rajin membaca al-Qur’an berarti telah beriman kepada Allah. Karena dengan membaca al-Qur’an berarti kita percaya pada kitab-kitab Allah. Sedangkan percaya kepada kitab-kitab Allah termasuk salah satu rukun iman yang ketiga. Sebagai seorang muslim kita harus membiasakan diri untuk selalu membaca dan mengamalkan ajaran al-Qur’an. Sudahkah kamu mengamalkan ajaran al-Qur’an?

Tabir Wanita