Monday, 24 October 2016

Perbedaan Antar Malaikat Dalam Postur (Ukuran) Dan Kedudukan

bilik islam
Malaikat tidak diciptakan dalam satu rupa dan ukuran. Sebagian antara mereka memiliki dua sayap, sedangkan Jibril memiliki 600 sayap. Dan di sisi Allah SWT, mereka memiliki kedudukan yang berbeda-beda yang telah diketahui. Allah SWT berfirman :
Artinya “Dan tidak satu pun diantara kami (malaikat) melainkan masing-masing mempunyai kedudukan tertentu.” (QS.Ash-Shaaffaat: 164). 

Allah Ta’ala berfirman tentang Jibril :
Artinya : Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang memiiki kekuatan, memiiki kedudukan tinggi disisi (Allah) Yang memiliki ‘Arsy, yang disana (dialam malaikat) Ia ditaati dan dipercaya. “(QS. At-Takwiir: 19-2 1).

Maksudnya, Jibril memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia disisi Allah SWT. Dan termasuk Malaikat yang paling utama adalah Malaikat yang menghadiri (turut serta) dalam perang Badar. Disebutkan didalam Shahih al-Bukhari, dan Rifaah bin Raafi RA, bahwa Jibril mendatangi Nabi Muhammad SAW seraya berkata, “Bagaimana anggapan kalian atas orang-orang yang mengikuti perang Badar? “mereka adalah yang terbaik diantara kami.” Jawab Beliau. Jibril pun berkata, “Demikian juga malaikat yang mengikuti perang Badar, mereka disisi kami adalah malaikat-malaikat yang terbaik.”

Keutamaan Dan Khasiat Surat Al Qadr

khasiat surat al qadr

Bacaan surat Al Qadr : 


Bismillaahir rahmaanir rahiim.
1. Innaa anzalnaahu fi lailatil qadr.
2. Wa maa adraaka’maa lailatul qadr.
3. Lailarul qadri khairum min alfi syahr.
4. Tanazzalul malaaikatu war ruuhu fiihaa bi idzni rabbihim min kulli amr.
5. Salaamun hiya hattaa mathla’il fajr.

Artinya :
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
  1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan.
  2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
  3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
  4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala arusan.
  5. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.

Mengenai keutamaannya banyak sekali sebagaimana yang telah dikatakan oleh Imam Ahmad bin Musa ketika beliau dimintai oleh seorang yang selalu dalam kesempitan rezeki. Maka beliau mengatakan agar diperbanyak membaca surat Al Qadr. 

Di antara keutamaan yang lain ialah : 

1. Untuk menghilangkan kesempitan rezeki

Caranya : Perbanyaklah membaca surat Al Qadr. Ulangilah berkali-k ali kapan saja dan di mana saja. Pusatkanlah pikiran pada waktu membaca untuk menghadap kepada Allah agar dengan berkah surat Al Qadr itu semua kesempitan dapat sirna dengan izin-Nya. Bacalah surat itu dalam keadaan suci agar lebih mendekatkan diri kepada Allah. Setelah cukup banyak membaca (menurut kemampuan sendiri-sendiri), lalu bacalah doa di bawah ini :


“Alláhumma yaa man huwa yaktafii ‘an jamii’i khalqihi wa laa yaktafii ‘anhu ahadun min khalqihi. Yaa ahada man laa ahada lahu inqatha’ar rajaau illaa minka, wa khaabatil aamaalu illaa fiika wa saddatit thuruqu illaa ilaika. Ya ghayyaatsul mustaghitsiin aghitsnii” (Bacalah “aghitsnii” sampai 7 kali). 

Artinya :
“Ya Allah. waai Zat yang cukup (tidak membutuhkan) dari semua makhluk-Nya, dan tidak cukup (sangat membutuhkan) dari pada-Nya seseorang dari makhluk-Nya. Wahai Zat yang Maha Esa, yang tidak ada seorang pun yang menyamai ke Esaan-Nya. Terputuslah semua pengharapan kecuali dari-Mu, dan rugilah semua angan-angan kecuali kepada-Mu dan menjadi tersumbat semua jalan kecuali kepada-Mu. Wahai Zat yang Maha Penolong kepada orang-orang yang minta tolong, tolonglah aku.” 

2. Untuk mendatangkan semua yang dihajati
Caranya : Bacalah surat Al Qadr 41 kali, kemudian bacalah doa seperti  di atas 41 kali juga. Setelah semua selesai, maka utarakanlah hajat yang dikehendaki kepada Allah. Mintalah kepada-Nya dengan kesungguhan hati, Insya Allah, Tuhan akan mengabulkan hajatnya; 

3. Untuk keteguhan iman
Caranya : Setiap hari Jumat bacalah surat Al Qadr 1.000 kali. Dengan mengamalkan seperti ini setiap hari Jumat, maka iman kita selalu dijaga oleh Allah, tidak mudah luntur oleh berbagai cobaan. Orang yang mengamalkan ini terus menerus, maka dia tidak akan mati sebelum bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw. 

4. Selalu lapang dalam mata pencaharian sehari-hari
Caranya : Bacalah surat Al Qadr 36 kali pada segelas air. Lalu percikkan air itu pada baju atau pakaian lainnya yang suci atau pakaian yang baru. Maka berkat berkah bacaan itu Insya Allah mata pencaharian sehari-hari akan terjamin, lancar dan membawa berkah, selama pakaian tadi masih ada padanya (belum rusak). 

5. Mayat tidak akan disiksa dalam kubur

Caranya : Menurut riwayat dari Rasulullah Saw. beliau bersabda :
“Barangsiapa yang mengambil segenggam tanah pekuburan sewaktu mayat dikubur dan ia bacakan surat Al Qadr atasnya 7 kali, kemudian ia sertakan segenggam tanah itu dengan mayat pada kain kafannya atau di dalam liang kuburnya, maka mayat itu ridak disiksa di dalam kubur.” 

Keterangan :
Demikianlah di antara khasiat surat Al Qadr, di mana di dalam ayat itu diterangkan bahwa Al Quran mulai diturunkan pada malam Lailatul Qadr yaitu malam kemuliaan yang nilainya lebih mulia dari seribu buian. Pada malam Lailatul Qadr itulah Malakat Jibril turun ke dunia untuk mengatur segala urusan. 

Bagi mereka yang ingin mengamalkan bacaan surat Al Qadi maka amalkanlah dengan kesucian hati dan badan. Dengan demikian doa yang kita panjatkan kepada Allah lekas dikabulkan. Lagi pula jangan lupa memulai berdoa dengan membaca hamdalah dan membaca salawat kepada Nabi Mul-ammad Saw.

Sunday, 23 October 2016

Fatwa Ulama Tentang Hukum Membaca "Ushalli" Sebelum Takbiratul Ihram

Berikut ini kita coba perhatikan beberapa fatwa ulama mengenai talaffuz bin-niyyah ini. 

1. Berkata Imarn Nawawi dalam kitab Al-Minhaj :
“Niat itu tempatnya di dalam hati dan disunnatkan melafazkannya sesaat sebelum takbir” 

2. Berkata Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tuhfatul Muhtaj II/12 :
“Dan disunnatkan melafazkan apa yang diniatkan sesaat menjelang takbir agar supaya lisan dapat menolong hati dan juga untuk keluar dari khilaf orang yang mewajibkannya walaupun (pendapat yang mewajibkan ini) adalah syaz yakni menyimpang. Kesunnatan ini juga karena qiyas terhadap adanya pelafazan dalam niat haji”. 


3. Berkata Imam Ramli dalam Nihayatul Muhtaj jilid 1/437:
“Dan disunnatakan melafazkan apa yang diniatkan sesaat menjelang takbir agar supaya lisan menolong hati dan karena pelafazan itu dapat menjauhkan dari was-was dan juga untuk keluar dari khilaf orang yang mewajibkan “. 

Memperhatikan pernyataan Ibnu Hajar Al-Haitami dan Imarn Ramli yang mengatakan bahwa diantara tujuan pelafazan niat itu adalah “Agar lisan dapat menolong hati” dan “Agar terjauhkan dari was-was” menunjukkan adanya semangat ijtihad dikalangan para ulama agar hati sebagai tempat niat dapat lebih terkonsentrasi (khusyu’) diketika melakukan niat itu. Sehingga dianjurkan agar sebelum hati melakukan niat sebaiknya diucapkan dulu niat tersebut agar setelah itu hati kita dapat lebih mantap melakukannya. Memang sangat dirasakan manfaat dari pengucapan dengan lisan itu. Contoh sederhana ketika seseorang hendak menghitung sesuatu. Andai dicukupkan menghitung dalam hati saja dengan satu, dua, tiga dan seterusnya, maka kemungkinan hati menjadi bimbang sangatlah besar. Tetapi apabila mengucapkan satu, dua , tiga dan seterusnya itu disertai dengan lisan kita, maka hati kita akan lebih mantap dalam melakukan penghitungan. Cobalah anda menghitung sesuatu dengan diam, cukup dengan hati saja. Kemudian anda bandingkan dengan menghitung yang disertai ucapan lisan. Pasti anda akan merasakan perbedaannya. 

Terakhir perlu kiranya kita ketahui bagaimana pendapat Imam Madzhab yang empat dalam masalah talaffuz bin-niyyah ini . 

Tersebut dalam kitab A1-Fiqhul Islami karangan Dr. Wahbah Zuhaili jilid 1/767 :
“Disunnatkan melafazkan niat menurut jumhur ulama selain madzhab Maliki”. 

Adapun menurut madzhab Maliki diterangkan dalam kitab yang sama jilid 1/214 bahwa :
“Yang utama adalah tidak melafazkan niat kecuali bagi orang yang berpenyakit was-was, maka disunnatkanlah baginya melafazkan agar hilang daripadanya keragu-raguan “. 

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa : “Sunnat melafazkan niat shalat atau membaca ushalli sesaat menjelang takbirotul ihram dengan tujuan agar lidah menolong hati atau agar terhindar dari was-was (kebimbangan dan keragu-raguan)”. Fatwa ini adalah fatwa dalam madzhab Hanafi, madzhab Syafi’i dan madzhab Hambali. Adapun madzhab Maliki, maka disunnatkan bagi yang berpenyakit was-was saja. Oleh karena itu mengatakan talaffuz bin-niyyah sebagai amalan yang bid’ah berarti menuduh Imam Madzhab yang empat beserta seluruh pengikutnya sebagai pelaku bid’ah yang akan masuk dalam neraka. Na’uuzubillaahi min zaalik! Semoga kita terhindar dari menuduh sesama muslim apalagi ulama-ulama yang besar dengan tuduhan keji sepenti ini.

Hukum Membaca "Ushalli" Sebelum Takbiratul Ihram Saat Shalat

talaffuz bin-niyyah

Masalah ini disebut juga dengan masalah talaffuz bin-niyyah yakni mengucapkan niat dengan lisan sesaat menjelang takbirotul ihram. Tujuan dari talaffuz bin-niyyah ini menurut kitab-kitab fiqh adalah : 
 “Agar lidah menolong hati”

Hal ini dikarenakan niat yang sebenarnya terletak di dalam hati tetapi untuk memantapkan hadirnya niat di dalam hati, maka boleh dibantu dengan lisan yakni melafazkan niat itu terlebih dahulu sebelum menghadirkannya di dalam hati. 

Dengan demikian melafazkan niat adalah termasuk amalan lisan. Setiap perbuatan atau perkataan yang keluar dari seorang mukallaf selalu dicatat oleh malaikat. Perkataan yang baik tercatat sebagai amalan yang baik, begitu pula halnya perkataan yang jelek akan tercatat sebagai amalan yang jelek. Allah Swt. berfirman :
“Tidaklah seseorang itu mengucapkan suatu perkataan melainkan disisinya ada malaikat pencatat amal kebaikan dan amal kejelekan” (Al-Qaf: 18) 

Kalau kita hendak shalat, lalu kita mengucapkan seumpama : “Ushalli Fardho Subhi Rok’ataini Lillahi Ta’ala”, maka kalimat apakah ini ? Tentu semua sepakat bahwa ini adalah kalimat yang baik. Dan Allah Swt. telah berfirman :
“Kepada Allah jualah naiknya kalimat yang baik” (Al-Faathir : 10) 

Begitu pula halnya kalau seseorang mengucapkan kalimat yang jelek seperti ejekan terhadap orang-orang yang melakukan kebajikan atau ejekan terhadap fatwa-fatwa ulama yang sudah menguasai sumber hukum Islam yang utama yakni Al-Qur’an dan Hadits, baik secara tersurat (tekstual) maupun secara tersirat (kontekstual). Semua ucapan itu akan direkam oleh malaikat sebagai kalimat ejekan yang dapat merugikan pelakunya kelak di hari kiamat. 

Selanjutnya marilah kita perhatikan beberapa keterangan dari hadits-hadits yang sahih yang menunjukkan bahwa Nabi kita Muhammad Saw. ada melakukan talaffuz bin-niyyah itu. 

1. Diriwayatkan dari Abu Bakar Al-Muzanni dari Anas ra. beliau berkata :
“Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. melakukan talbiyah haji dan umrah bersama-sama sambil mengucapkan “Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk melakukan haji dan umrah”. (HR. Bukhari Muslim) 

Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. mengucapkan niat atau talaffuz bin-niyyah diwaktu beliau melakukan haji dan umrah. 

2. Diriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin ra. beliau berkata :
“Pada suatu hari Rasulullah Saw. berkata kepadaku : “Wahai Aisyah, apakah ada padamu sesuatu untuk dimakan ? Aisyah menjawab “wahai rasulullah, tidak ada pada kami sesuatu-pun. Mendengar itu Rasulullah Saw. bersabda: “Kalau begitu hari ini aku puasa”. (HR. Muslim) 

Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. mengucapkan niat atau talaffuz bin-niyyah diketika beliau hendak berpuasa sunnat. 

3. Diriwayatkan dari jabir, beliau berkata :
“Aku pernah shalat Idul Adha bersama Rasulullah Saw., maka ketika beliau hendak pulang dibawakanlah beliau seekor kambing lalu beliau menyembelihnya sambil berkata: “Dengan nama Allah, Allah maha Besar. Ya Allah, inilah kurban dariku dan dari orang-orang yang tidak sempat berkurban diantara ummatku “. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Turmuzi) 

Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulutlah Saw. mengucapkan niat atau talaffuz bin-niyyah diketika beliau menyembelih kurban. 

Di dalam kitab Az-Zarqani yang merupakan syarah dari Al Mawahib Al-Ladunniyah karangan Imam Qasthalani jilid X/302 disebutkan sebagai berikut :
“Terlebih lagi yang telah tetap dalam fatwa para sahabat kita (ulama Syafiiyah) bahwa sunnat menuturkan ushalli itu. Sebagian ulama mengqiyaskan hal tersebut kepada riwayat yang tersebut dalam shahihain yakni kitab hadits Bukhari Muslim. Pertama : Hadits riwayat Muslim dan Anas bahwa beliau mendengar Nabi Saw. bertalbiyyah untuk haji dan umrah secara bersamaan sambil berkata : “Labbaik, sengaja saya mengerjakan umrah dan haji. Kedua Hadits riwayat Bukhari dari Umar bahwa beliau mendengar Rasulullah Saw. bersabda ketika tengah berada di Wadi Aqiq: “Shalatlah engkau di lembah yang penuh berkah ini dan ucapkan “Sengaja aku umrah di dalam haji”. Semua ini jelas menunjukkan adanya pelafazan niat. Dan hukum sebagaimana dia tetap dengan nash juga bisa tetap dengan qiyas “. 

Demikian uraian Imam Qasthalani tentang alasan disunnatkannya ucapan ushalli sesaat menjelang takbirotul ihram itu. 

Baca juga fatwa ulama tentang bacaan "Ushalli" atau talaffuz bin-niyyah sebelum takbiratul ikhram : Fatwa Ulama Tentang Bacaan "Ushalli" Sebelum Takbiratul Ihram Saat Shalat

Baju Nabi Yusuf Yang Robek (Kisah Dalam Al-Quran)

Baju Yang Robek
QS. Yusuf: 22-35
Setiap hari, Zulaikha mengagumi Yusuf yang berwajah tampan dan berbudi luhur. Kekagumannya itu berkembang menjadi keinginan untuk memiliki. Zulaikha pun lambat laun dikuasai oleh hawa nafsu.
Zulaikha bahkan mencoba menggoda Yusuf dengan berbagai macam cara. Dia bersikap lebih manis daripada biasanya. Namun, sikapnya itu bukan sikap seorang ibu kepada anaknya, tetapi sikap seorang wanita yang sedang jatuh hati. Sementara itu, Yusuf tetap bersikap biasa dan sopan kepada Zulaikha. Yusuf menjaga hatinya agar tidak tergoda oleh rayuan apa pun. Hal itu membuat Zulaikha menjadi jengkel. 

Zulaikha terus mencari-cari kesempatan untuk menggoda Yusuf. Hingga suatu hari ketika suaminya sedang pergi, Zulaikha masuk ke kamar Yusuf dan memanggil Yusuf supaya ikut ke kamarnya. Zulaikha pura-pura meminta bantuan Yusuf. Begitu Yusuf sudah berada di dalam kamar, Zulaikha cepat-cepat mengunci pintu kamar. 

Kemudian, ia merayu Yusuf, tapi Yusuf menolaknya. Zulaikha pun menjadi marah. Dia merasa dihina dan diremehkan. Melihat Zulaikha marah. Yusuf segera berlari. Dia takut Zulaikha menjadi nekat. Yusuf berlari ke pintu yang terkunci. Zulaikha cepat-cepat bangun dan mengejarnya. Dia menarik baju Yusuf kuat-kuat sehingga bagian belakang bajunya robek. 

Pada saat Zulaikha menarik Yusuf, Futhifar datang dan menggedor pintu. Futhifar benar-benar kaget melihat Yusuf berada di kamarnya. Sebelum Futhifar sempat berkatakata, Zulaikha langsung berucap, “Yusuf budak kesayanganmu ini telah berbuat kurang ajar kepadaku dan masuk ke kamar tidurku.” ucap Zulaikha sambil menunjuk Yusuf. 

Yusuf terkejut mendengar ucapan Zulaikha. Dia tidak menyangka Zulaikha akan menuduhnya sekeji itu. 

“Yusuf harus dipenjara dan dihukum seberat-beratnya” ucap Zulaikha lagi. Dengan wajah bingung, Yusuf berusaha menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Futhifar, "Tuanku, sebenarnya Nyonyalah yang menggodaku. Dia memanggilku masuk ke dalam kamar. Aku menolaknya dan berlari ke luar. Namun, Nyonya menarik bajuku hingga robek.” 

Futhifar bingung mendengar penjelasan Yusuf yang bertentangan dengan kata-kata Zulaikha. Dia tidak tahu harus memercayai siapa di antara mereka berdua. Dia tahu Yusuf bukanlah seorang pembohong dan Yusuf tidak mungkin berbohong. Akan tetapi. dia juga percaya Zulaikha tidak mungkin mengkhianatinya. 

Ketika Futhifar masih dalam keadaan bingung, keponakan Zulaikha datang ke rumah mereka. Keponakannya itu terkenal bijaksana, pandai, dan selalu memberikan pertimbangan tepat bila dimintai nasihat. Futhifar pun bertanya kepadanya tentang masalah Yusuf dan Zulaikha. 

“Lihatlah, bila baju Yusuf robek di bagian belakang. maka dialah yang benar. Tetapi, bila bagian depan bajunya yang robek, maka istrimu yang benar.” 

Futhifar pun kemudian memerhatikan baju Yusuf. Dan jelaslah dia melihat bahwa yang robek itu bagian belakang baju Yusuf. Sekarang, Futhifar mengerti siapa yang telah berdusta. 

Futhifar berkata dengan wajah gusar. “Zulaikha, mohon ampunlah karena kamu sudah berbuat dosa dan dusta. Yusuf, tutuplah mulutmu rapat-rapat. Jangan sampai kejadian ini didengar oleh orang lain,” perintah Futhifar pada Yusuf. Dia tidak ingin namanya menjadi tercemar karena kelakukan istrinya. 

Walaupun Yusuf telah menyimpan rahasia itu sedemikian rupa. namun tetap saja cerita itu diketahui banyak orang. Terdengar bisik-bisik yang tidak enak didengar di lingkungan rumah Futhifar. Cerita itu bermula dari para pembantu Futhifar yang tinggal di rumahnya. Lalu. menyebarlah cerita memalukan itu di kota Mesir. Timbul berbagai macam kecaman kepada Zulaikha yang dianggap telah menurunkan martabatnya karena menggoda seorang budak. 

Berbagai kacaman dan sindiran pun sampai ke telinga Zulaikha. Dia sangat sedih karena nama keluarganya menjadi hancur. Dia juga merasa jengkel kepada para wanita yang selalu menggunjingkannya. 

Zulaikha lalu mencari ide agar dirinya terlepas dari kecaman dan sindiran tersebut. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengundang para istri pejabat yang telah mempergunjingkannya. Zulaikha mengadakan jamuan makan di rumahnya. 

Pada hari yang sudah ditentukan, datanglah para istri pejabat dan wanita terhormat yang telah Ia undang. Zulaikha menyediakan tempat duduk yang empuk serta suasana yang nyaman dan menyenangkan. Di setiap bangku, Zulaikha menyiapkan sebuah pisau tajam untuk mengupas dan memotong buah-buahan. 

Setiap tamu dipersilakan duduk di kursi yang sudah disiapkan. Mereka segera menikmati hidangan yang disajikan. Pada seat acara menyantap buah-buahan, mereka pun sibuk mengupas buah-buahan yang tersedia di meja. Bersamaan dengan itu, Zulaikha memanggil Yusuf untuk masuk ke ruangan. Mereka begitu terpesona melihat ketampanan Yusuf. Mata mereka terbelalak takjub memandang Yusuf yang sedang berjalan di hadapan mereka. Saking terpesonanya, tanpa sadar mereka telah melukai tangannya sendini dengan pisau buah. 

Zulaikha bertepuk tangan. Dia senang melihat reaksi yang timbul karena ulahnya. Dia tersenyum melihat para wanita itu sama terpesonanya seperti dirinya. 

“Inilah Yusuf. Kalian selalu mengejekku karena telah tergoda kepada Yusuf. Kupikir hal itu wajar, karena aku setiap hari bertemu dengannya, sedangkan kalian yang baru melihatnya saja begitu tertarik sehingga tidak sadar telah melukai tangan kalian sendiri.

Kemudian, Zulaikha pun mengaku,”Akulah yang telah menggoda Yusuf. Aku telah merendahkan martabatku untuk menggodanya, tapi Yusuf tidak pernah menghiraukanku. 

Aku bersumpah bila Yusuf tidak mau mengikuti kehendakku, aku tidak akan ragu memasukkannya ke dalam penjara, ucap Zulaikha berapi-api."

Mendengar perkataan Zulaikha tersebut, para wanita itu merasa bersimpati kepada Yusuf. Mereka tidak mau melihat Yusuf masuk penjara. Salah seorang dari mereka pun mendekati Yusuf. “Wahai Yusuf, mengapa engkau keras kepala tidak mengikuti kemauan Zulaikha? Bukankah dia wanita kaya yang terhormat? Sebaiknya ikuti saja kemauannya agar engkau selamat,” ucap wanita itu. “lya, bila engkau tidak tertarik kepada kecantikannya, engkau bisa mengikuti kehendaknya demi harta dan kekayaannya,” ucap tamu yang lain. “Benar Yusuf, Zulaikha tentunya tidak akan main-main dengan ucapannya. Dia telah dipermalukan karena beritanya telah menyebar ke mana-mana. Dia tidak akan ragu memasukkanmu ke penjara bila engkau menolak keinginannya,” wanita yang lain menimpali. 

Yusuf diam mandengar bujukan-bujukan itu. Kemudian. beliau berdoa kepada Allah meminta petunjuk. 

“Ya Allah, aku lebih suka masuk ke dalam penjara daripada harus berbuat dosa. Lindungilah aku. berilah aku ketetapan hati. Jauhkan aku dari rayuan dan tipu daya para wanita ini." Yusuf berdoa sangat khusyuk. 

Maka dengan tegas Yusuf pun menolak Zulaikha. Hal itu membuat Zulaikha murka. Dia segera menemui suaminya. Zulaikha merayu suaminya dengan air mata agar suaminya memasukkan Yusuf ke dalam penjara. Sebenarnya, Futhifar tahu kalau Yusuf tidak bersalah, namun dia tidak dapat menolak keinginan istrinya. 

“Suamiku, bila engkau memasukkan Yusuf ke dalam penjara, tentunya tuduhan kepadaku akan hilang dan mereka akan berbalik menuduh Yusuf,” ucap Zulaikha sambil berurai air mata. 

“Tapi, kamu ‘kan tahu, kalau Yusuf tidak bersalah," ucap Futhifar bingung. 

“Suamiku, apakah engkau mau aku selalu menjadi bahan gunjingan dan ejekan orang? Aku yakin, bila engkau memasukkan Yusuf ke dalam penjara, tentunya nama baik keluarga kita akan kembali seperti semula.” kata Zulaikha meyakinkan suaminya. 

“Baiklah, sepertinya itu satu-satunya cara agar kita terbebas dari gunjingan.” Futhifar menyetuju keinginan istrinya. 

Dengan kekuasaannya, Futhifar kemudian memasukkan Yusuf ke dalam penjara.
Baca juga kisah dalam Al Quran lainnya : Nabi Yusuf Dipenjara (Kisah Dalam Al-Quran)

Nama Dan Nasab Abu Bakar (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.
Abu Bakar Ash Shiddiq ra. (Nama dan Nasab)

Merujuk pada silsilah keluarga, namanya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay A1-Qurasyi At-Taimi. Sedangkan nama keluarganya adalah Abu Quhafah. 

Nama ibunya adalah Ummu A1-Khair binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Hasan bin Taim bin Murrah. Dia adalah putri dari paman Abu Quhafah. 

Abu Bakar Ash-Shiddiq berasal dari sebuah kabilah yang sangat disegani di antara kabilah-kabilah suku Quraisy di Mekah. Kabilahnya memiliki posisi terhormat di kalangan masyarakat Mekah. 

Seperti diketahui, kabilah di Mekah terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kedudukan masing-masing. Setiap kedudukan mempunyai jabatan dan fungsi sendiri-sendiri. Kedudukan itu terkait dengan urusan Ka’bah dan pengaturan kelancaran jamaah haji di Baitul-Haram. 

Bani Abdul Manaf mempunyai wewenang untuk menyuplai minuman dan menghormati jamaah haji yang datang ke Mekah. 

bilik islam
Bani Abdud-Dar mempunyai tugas memasang umbul-umbul dan tirai di Ka’bah. Mereka juga bertugas menyelenggarakan pertemuan untuk kemakmurkan Baitul Haram. 

Sementara itu, kabilah yang mempunyai wewenang untuk mengatur pasukan berkuda ataupun pejalan kaki adalah Bani Makhzum. Itulah kabilah asal Khalid bin Walid. 

Kabilah Taim bertugas mengurusi pembayaran diyat (denda) sebagaimana yang berlaku dalam tradisi jahiliah. Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq beranjak dewasa, dia memimpin kabilahnya untuk mengepalai tugas itu. 

Bani Taim bin Murrah mempunyai posisi terpandang di antara kabilah-kabilah di Arab. Diceritakan bahwa suatu hari, A1-Mundzir bin Ma’ As-Sama’-sebagai raja di daerah Hirah- pernah mau membunuh salah seorang budak dari Al-Qais bin Hajar Al-Kindi. Ketua tertinggi dalam kepengurusan Bani Taim memperbolehkan hal itu. Maka, dinyatakan dalam sebuah syair: 

“Untuk hukuman bagi salah satu budak Al-Qais bin Hajar, Bani Taim yang merupakan lentera dalam kegela pan telah mernperkenankannya” 

Setelah peristiwa tersebut, Bani Taim lebih dikenal dengan julukan sebagai “lentera dalam kegelapan”.

Biografi Abu Bakar selanjutnya bisa dibaca pada postingan berjudul : Sosok Abu Bakar (Biografi Lengkap Abu Bakar Ash Shiddiq ra.)

Perang Uhud (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

biografi lengkap nabi muhammad
Kemenangan kaum muslimin dalam Perang Badar merupakan tonggak sejarah yang amat menentukan kelanjutan hidup dari perjuangan Islam. Sedangkan di pihak Quraisy, kekalahan ini merupakan pukulan yang sangat berat. Dengan kekalahan itu, mereka berniat menuntut balas terhadap orang-orang Islam. 

Karena sebagian besar dari pemimpin tewas di Badar, maka diangkatlah Abu Sufyan sebagai panglima perang. Mereka merencanakan suatu serangan yang lebih besar dan mempersiapkan pasukan yang lebih kuat. Untuk itu, keuntungan perdagangan ke Suriah tidak dibagi-bagikan tetapi dipergunakan untuk memperkuat pasukan-pasukan perang. 


Waktu satu tahun kiranya telah cukup bagi Quraisy untuk menyusun kekuatan. Pada bulan Sya’ban tahun ke-3 Hijriah mereka berangkat menuju Madinah dan berkemah di kaki Gunung Uhud, 3 mil jauhnya dari Madinah. Mereka terdiri atas 200 orang pasukan berkuda dan 300 unta dengan segala muatannya serta 700 orang di antaranya berbaju besi. Kaum wanita yang dipimpin oleh Hindun (Istri Abu Sufyan) juga dikerahkan untuk menghibur dan membesarkan hati bagi para tentara yang sedang berperang. 

Sebelumnya, Nabi telah mengetahui rencana pemberangkatan pasukan Quraisy itu melalui sepucuk surat yang dikirim dari Mekah oleh Abbas, paman Nabi yang mulai bersimpati kepada Islam. Nabi segera menugaskan beberapa orang untuk menyelidiki keadaan di luar kota dan ternyata pasukan Quraisy sudah mendekati Madiriah. 

Karena musuh terlalu besar Nabi berniat hendak bertahan dan menanti musuh di dalam kota Madinah. Tetapi, dalam musyawarah, kebanyakan para sahabat menghendaki agar musuh dihadapi di medan perang. Nabi pun tunduk pada hasil putusan musywarah, sekalipun beliau merasa kurang tepat. 

Dalam hal yang tidak ada wahyu yang turun mengenainya, Nabi selalu bermusyawarah dengan para sahabat dan keputusan itu pasti dijalankan dengan tawakal kepada Allah. 

Umat Islam mulai bergerak dengan kekuatan 1.000 orang. Tetapi, setelah pihak musuh terlihat, Abdullah bin Ubay, tokoh munafik, menarik diri beserta 300 orang pengikutnya. Kini, pasukan Nabi tinggal 700 orang. Mereka tetap maju ke medan perang. 

Nabi mengatur barisan para sahabat. lima puluh orang barisan pemanah ditempatkan di lereng-lereng gunung dan kepada mereka diperintahkan, “Lindungi kami dari belakang, karena dikhawatirkan mereka akan mengepung kami dari belakang. Bertahanlah kalian di tempat itu dan jangan sekali-kali. meninggalkan tempat kalian.” 

Tiba-tiba terdengar sorak gemuruh dari musuh pertanda perang segera dimulai. Mereka bergerak maju menyerang dengan formasi berbentuk bulan sabit. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid dan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal. 

Kini, kedua belah pihak siap bertempur. Peristiwa yang selalu diingat oleh Quraisy ialah peristiwa Badar dan korban-korbannya, sedangkan yang selalu diingat oleh kaum muslimin ialah Allah beserta pertolongan-Nya. Nabi saw. berkhutbah dengan memberi semangat dalam menghadapi pertempuran itu. Beliau menjanjikan pasukannya akan mendapatkan kemenangan apabila mereka bersabar. 

Seperti biasanya, pertempuran diawali dengan perang tanding. Dan pihak Quraisy maju Thalhah dan segera disambut oleh Ali bin Abu Thalib. Duel antara keduanya pun terjadi. Dengan cepat, Ali memberikan satu tebasan yang membuat kepala lawannya itu terbelah menjadi dua. 

Lalu, berlangsunglah pertempuran yang sebenarnya. Setelah diberikan pedang oleh Nabi, Abu Dujana menyerbu ke tengah-tengah barisan musuh yang banyak itu. 

Demikian juga Hamzah, paman Nabi. ia maju hingga memporak-porandakan pasukan musuh. Namun demikian, Hamzah gugur sebagai syuhada. Ia ditombak oleh seorang budak bangsa Habsy, bernama Wahsyi. Kendati demikian, barisan Quraisy semakin bertambah kacau, karena pimpinan mereka banyak yang tewas. Mereka tidak tahan lagi lalu melarikan diri dan dikejar oleh pasukan Islam. 

Melihat musuh lari tunggang-langgang, tentara Islam yang berjumlah 50 orang yang diamanahi tugas berada di atas bukit untuk menjaga celah bukit melanggar perintah Rasulullah. Mereka turut mengejar musuh yang lari, meninggalkan tempat pertahanan mereka, karena mengharapkan harta rampasan perang yang banyak. Dengan suara yang keras, Ibnu Zubair menyuruh mereka supaya kembali, tetapi tidak dihiraukan sama sekali. 

Pasukan berkuda Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid saat melihat tempat yang strategis itu kosong, berputar dan melalui tempat itu pasukan Khalid berhasil memukul pasukan Islam dari belakang. 

Peta peperangan berubah. Orang-orang Quraisy menyerbu Nabi dengan hebatnya. Melihat serbuan itu, para sahabat datang berkerumun mengelilingi Nabi untuk melindungi beliau. Abu Dujana tidak mundur setapak pun sekalipun panah bertubi-bertubi mengenai punggungnya. Ia tetap di tempatnya melindungi Nabi hingga syahid. 

Ketika itu, Nabi juga terkena pukulan yang melukai keningnya, hingga wajahnya berlumuran darah. Tidak hanya itu, beliau terkena sebuah batu besar yang dilempar oleb Utbah bin Abi Waqqash sehingga kepala beliau terluka. Dua keping lingkaran rantai topi besi yang menutupi wajah beliau, telah menancap di pipi mengenai gigi beliau. Melihat Nabi terjatuh, seseorang dari pihak musuh berteriak keras mengatakan bahwa Nabi saw. telah terbunuh. 

Mendengar berita tentang terbunuhnya Nabi, Ali, Umar dan Abu Bakar terperanjatnya. Hal ini menyebabkan semangat pertempuran semakin berkobar. Demikian juga Anas bin Nadhir. Setelah mendengar berita tersebut, ia merasakan bahwa hidupnya sudah tidak berarti lagi. Ia menerjunkan dirinya ke tengah-tengah musuh. Ia bertempur dengan hebat hingga roboh dengan tubuh dipenuhi luka-luka, hingga tidak dapat dikenali lagi wajahnya. 

Ka’ab bin Malik yang juga mendengar berita tentang wafatnya Nabi, setelah menyaksikan sendiri bahwa Nabi masih hidup, lalu berteriak seraya berkata, “Wahai saudara-saudaraku! Selamat! Kabar gembira! Rasulullah masih hidup! Beliau ada di sini!” 

Dengan cepat, Nabi memberi isyarat agar Ka’ab tutup mulut agar pertempuran segera usai dan agar korban di pihak muslimin tidak bertambah lagi. Dalam pertempuran itu, umat Islam menderita kerugian yang cukup besar, 70 orang gugur sebagai syuhada. Sedang di pihak musuh hanya 25 orang yang tewas. Sungguh mahal harga ketaatan kepada Rasulullah. Mereka harus membayar dengan 70 orang syahid dan Nabi sendiri menderita luka-luka yang cukup parah. 

Kekalahan kaum muslimin di Perang Uhud bukan kekalahan yang sebenarnya. Allah menguji keimanan Nabi saw. dan dalam hal ini ia telah membuktikannya dengan baik. Di tengah-tengah bahaya dan kesukaran-kesukaran itu, Nabi tetap bertahan. Hal ini juga menjadi pelajaran bagi umat beliau yang telah mendurhakai perintahnya. Sebagaimana telah disebutkan dalarn firman Allah :
“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antaramu ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.” (Ali Imran [3]: 152) 

Dengan kemenangan itu pihak Quraisy merasa gembira. Terhadap peristiwa Uhud ini, mereka merasa telah dapat membalas dendam atas kekalahan mereka di Badar. 

Rupanya Hindun tidak merasa cukup dengan kemenangan itu dan tidak merasa cukup dengan gugurnya Hamzah. Bersama-sama wanita-wanita kafir Quraisy lainnya, ia pergi hendak menganiaya mayat-mayat kaum muslimin. Mereka memotong telinga-telinga dan hidung-hidung mayat itu. Hindun memakainya sebagai kalung dan anting-anting. Kemudian dibelahnya perut Hamzah, dikeluarkan jantungnya lalu dikunyah dengan giginya. Demikian kejinya perbuatan wanita itu. 

Ketika Nabi mencari mayat Hamzah, kemudian melihat jasad pamannya telah dianiaya dan dibelah perutnya, beliau merasa sedih sekali. Beliau bersabda, “Demi Allah, kalau pada suatu saat nanti Allah memberikan kemenangan kepada kami saat melawan mereka, niscaya akan kuaniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab.” Kemudian turunlah firman Allah :
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi, jika kamu bersabar, sesungguhnya, itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar, Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu sempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (An.Nahl [16]: 126.127) 

Dengan turunnya ayat ini, Nabi memaafkan mereka. Beliau menabahkan hati dan melarang para sahabat melakukan penganiayaan. Nabi memerintahkan agar para syuhada Perang Uhud dikuburkan. Sesudah itu, dengan dipimpin oleh Nabi sendiri, kaum muslimin kembali ke Madinah.

Biografi selanjtnya bisa dilihat pada postingan yang berjudul : Perang Ahzab (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Saturday, 15 October 2016

Hukum Mengucapkan Salam Dan Etika Mengucapkan Salam

cara menjawab salam
Tanya : Bagaimana hukum mengucapkan salam ? Bagaimana caranya ? Kepada siapa salam diucapkan ? (Ibu susilo, Banyumanik, Semarang) 

Jawab : Islam adalah agama yang memerintahkan perdamaian dan jalan menuju keselamatan dunia dan akhirat. Islam itu sendiri terambil dari kata as-salam, yang berarti keselamatan dan kedamaian. Atau dari kata as-sulam, yang berarti tangga.

Karena itu, sangatlah tepat bila salah satu syiar agama tersebut adalah mengucapkan salam (taslim) ketika bertemu (liqa) atau berpisah (mufaraqah) antara sesama muslim, dengan mengucapkan assalamu’alaikum yang artinya semoga keselamatan/ kedamaian atas kamu. 

Menurut para ulama, hal itu akan lebih baik jika disambung dengan kata warahmatullahi wabarakatuh (dan rahmat serta berkahnya). 

Mengucapkan salam bukan sekedar menjalankan adat atau budaya. Bukan pula ungkapan basa-basi dan bermanis muka. Lebih dari itu, merupakan ibadah dan salah satu syiar agama. Sebagai ibadah, hukumnya sunah, yang sudah barang tentu menjanjikan pahala. Meski demikian menjawab salam, hukumnya wajib. 

Menurut para ulama, orang yang mengucapkan salam dianggap lebih utama daripada yang menjawabnya. Hal itu seperti termaktub dalam kitab Al-Asybah wa An-Nazhair, merupakan salah satu masalah yang dikecualikan dari kaidah fikih yang menyatakan perkara wajib lebih utama daripada sunah. 

Anjuran salam didasarkan pada beberapa ayat dalam Al-Quran, di samping hadis dan ijmak. Dalil dari Al-Quran umpamanya ditemukan pada surat An-Nur : 27 dan 61, An-Nisa’: 86. dan Adz-Dzariyat: 24. 

Dasar dari sunah, misalnya sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abdullah Ibn Salam bahwa Rsulullah bersabda :
Artinya : “Wahai sekalian manusia, ucapkan salam, berilah makanan, laksanakan silaturrahim, dirikanlah shalat (malam) ketika orang-orang sedang tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat. “(HR. Hakim dan Ibn Majah)

Mengucapkan salam bukanlah hal baru dalam Islam, semenjak kerasulan Nabi Muhammad surat Adz-Dzariyat ayat 24 tersebut merupakan salah satu buktinya.

Ayat itu menceritakan kedatangan sekelompok malaikat, yang menyamar seperti manusia ke rumah Nabi Ibrahim as. Ketika masuk, mereka mengucapkan salam kepadanya, dan beliau menjawabnya. 

Bahkan, salam telah dikenal sejak zaman Nabi adam as. Dalam kitab Sahihain Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan sebuah hadis dari Abi Hurairah, yang menceritakan bahwa Adam as. diciptakan Allah, beliau lantas disuruh mengucapkan assalamu’alaikum kepada sekelompok malaikat, dan mereka pun menjawabnya dengan mengucapkan wa’alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh. 

Nabi Adam juga telah diberi tahu Allah Swt. apa yang beliau ucapkan merupakan tahiyah (penghormatan/ucapan selamat) baginya, dan keturunannya kelak. 

Sedangkan taslim (mengucapkan salam) di samping bernilai ibadah, memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu mempererat tali persaudaraan, cinta kasih, dan solidaritas antar sesama. 

Dalam hal ini Rasulullah bersabda :
Artinya : “Kalian tidak masuk surga sehingga beriman, dan kalian tidak beriman, dalam arti belum sempurna, sehingga saling mengasihi, dan tidaklah saya menunjukkan kepadamu suatu perbuatan yang bila kalian lakukan niscaya akan saling mengasihi. Populerkan ucapan salam antara kamu sekalian.” (HR. Muslim) 

Kita semua tahu, cinta kasih merupakan faktor yang fundamental dalam upaya menciptakan tata hubungan yang harmonis dalam suatu masyarakat. Di kalangan bangsa Arab, terkenal pepatah lau la al-wi’am lahalaka al-anam, jika tiada keharmonisan/kerukunan niscaya umat manusia akan binasa. Karena itu, anjuran mengucapkan salam berlaku atas semua umat Islam. 

Kita tidak perlu memilah-milah, antara yang atasan dan bawahan, orang yang dikenal dan orang asing, teman dan musuh. Semuanya ketika bertemu, atau berpisah dianjurkan mengucapkan salam. 

Misi agama Islam adalah rahmatan lil ‘alamin rahmat alam semesta. Dan muslim yang satu dengan yang lain adalah saudara (almuslimu akhu al-muslim).

Sahabat Abdullah Ibn Amr Ibnu Al-Ash ra. berkata: “Ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW. tentang perbuatan-perbuatan yang termasuk paling utama dalam agama Islam. Lalu beliau menjawab:
Artinya : “Berikanlah makanan dan ucapan salam kepada orang yang kau kenal dan tidak kaukenali.“ (HR. Bukhari dan Muslim) 

Dalam kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik Ibn Anas dijelaskan, ada sahabat yang sangat gemar mengucapkan salam, namanya Abdullah Ibn Umar. Setiap pagi, beliau pergi ke pasar dan selalu mengucapkan salam kepada siapa saja yang dijumpainya. Kalau sampai di pasar, beliau tidak pernah melakukan transaksi jual-beli atau menawar barang-barang yang ada di dalamnya. 

Kebiasaan itu diketahui betul oleh salah seorang sahabatnya, Thufail Ibn Ubayy Ibn Ka’b karena didorong rasa ingin tahu, suatu hari ketika Thufail diajak ke pasar olehnya, ia bertanya kepada Abdullah Ibn Umar mengenai maksud kepergiannya ke pasar, lalu dijawab, “Kita ke pasar untuk mengucapkan salam kepada orang-orang yang kita temui”.

Secara umum, salam dianjurkan kapan dan di mana saja. Hanya saja ada beberapa situasi dan kondisi saat mengucapkan salam tidak dianjurkan. Misalnya, orang yang sedang kencing, bersetubuh, tidur, shalat, iqamah, adzan dan makan saat mulutnya ada makanan. Karena mereka dalam keadaan demikian tidak dianjurkan menyalaminya, menjawab pun tidak diwajibkan. 

Selain itu, lelaki sendirian dilarang mengucapkan salam kepada perempuan yang bukan mahram yang juga sendirian, jika perempuan itu cantik. Karena dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah dan dampak negatif lain yang tidak diinginkan, begitu pula sebaliknya.

Tabir Wanita