Tanya : Saya sudah sering berdoa, namun terasa hingga sekarang belum dikabulkan. Bagaunana menurut Kiyai, apakah ada yang tidak betul dalam doa saya sehingga Allah tidak meluluskannya ?
Jawab : Apa yang penanya keluhkan saya kira banyak juga dirasakan oleh orang lain. Acap kali kita merasa sudah sering berdoa, tetapi setelah sekian lama belum juga terasa hasilnya. Sehingga, orang yang beriman tipis atau kurang mengerti tentang agama dapat mengalami semacam kebosanan, putus asa, bahkan berburuk sangka (su’u azh-zhan) kepada Allah.
Dalam hal ini, ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi. Pertama, harus diyakini Allah Swt. Maha sempurna, seperti ditegaskan dalam Al-Quran :
Artinya : “Allah tidak akan mengingkari janji-janji-Nya.” (QS. Ali Imran: 9)
Mengingkari janji tidak sesuai dengan sifat kesempurnaan Allah. Manusia saja enggan berbuat demikian, apalagi Dia. Salah satu janji Allah, Dia akan mengabulkan doa yang dipanjatkan kepada-Nya. Allah adalah Mujib ad-da‘wah atau Dzat yang mengabulkan doa dan permohonan hamba-Nya.
Pendapat mayoritas ulama, berdoa disunahkan (Al-Futuhat Ar-Rabbaniyah: VII; 213). Berdoa merupakan salah satu upaya manusia mencapai tujuan yang nilainya tidak kalah dengan ikhtiar yang lain.
Dalam sebuah hadis riwayat dari Ali Ibn Abi Thalib, Rasulullah Saw. Bersabda :
Artinya : “Doa adalah senjata orang mukmin, pilar atau tiang agama, cahaya langit dan bumi.”
Lebih dari itu, doa adalah inti ibadah. Menurut pakar bahasa, shalat, rukun Islam yang kedua, secara harfiah artinya berdoa. Berdoa di samping diperintahkan oleh Allah, sekaligus menjadi kebutuhan manusia yang tidak lepas dari berbagai kekurangan. Manusia sering merasa tidak berdaya menghadapi bermacam kesulitan dalam hidupnya. Kesadaran itu akan mendorong seseorang memohon bantuan kepada Dzat yang diyakininya memiliki kekuatan dan kekuasaan yang absolut.
Menurut satu hadis, Allah justru tidak suka kepada hamba yang tidak mau berdoa dan meminta kepada-Nya. Berbeda dari kebanyakan manusia yang kadang marah kalau dimintai bantuan.
Permasalahannya, jika doa diperintahkan dan Allah berjanji akan mengabulkan serta mengingkari janji sama sekali tidak laik bagi-Nya, lalu kenapa doa kita sering tidak kunjung terkabul ?
Sebelum pertanyaan ini kita bahas lebih lanjut, terlebih dahulu patut dimunculkan sebuah pertanyaan : Dari mana kita tahu doa tidak dikabulkan? Sering manusia tidak mengetahui kebaikan yang diperoleh. Serta kesusahan maupun bencana yang dihindarkan darinya merupakan berkah dari doanya.
Ketika seseorang memanjatkan doa, “Ya Allah, berilah aku rezeki.” Lalu tiba-tiba salah seorang tetangga datang membawa makanan kepadanya. Dia tidak menyadari hal tersebut akibat doa yang dipanjatkan. Begitu juga tatkala dia selamat dan kecelakaan bus yang ditumpangi. Bus tersebut menabrak kereta api dan mengakibatkan sebagian besar penumpangnya meninggal dunia.
Kalau memang demikian faktanya, bukan karena Allah tak mengabulkan doa itu, melainkan kitalah yang tidak mengetahui kapan dan bagaimana cara Allah meluluskan pinta dalam doa-doa kita.
Bisa jadi doa yang dipanjatkan hari ini baru dikabulkan seminggu, sebulan atau setahun kemudian. Bahkan sebuah doa kadang baru dikabulkan di akhirat kelak. Anugerah yang kita dapatkan di akhirat sebagian merupakan balasan amal, sebagian yang lain berkah doa dan pemberian murni Allah. Itu kemungkinan pertama.
Kemungkinan kedua, doa kita benar-benar tidak dikabulkan oleh Allah karena tidak memenuhi syarat. Hal ini sering kurang diperhatikan. Berdoa berbeda dan membaca teks doa. Berdoa bukan pula sekedar menyampaikan keinginan, harapan dan cita-cita semata dengan lisan. Sering dikatakan, “doa ini sangat manjur dan mustajab.”. Dan si Fulan telah membuktikannya berulang-ulang. Banyak pula doa yang dinisbatkan kepada nabi tertentu atau salah seorang wali dan oleh karena itu dinyatakan sebagai doa yang mustajab. Tetapi setelah dicoba, hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
Mengapa doa yang sama terkadang membuahkan hasil yang berbeda ? Hal itu mungkin juga karena perbedaan pelakunya, bukan lantaran Allah Swt. pilih kasih kepada hamba-Nya. Yang terjadi adalah karena cara yang dilakukan juga tidak sama.
Sebab, ada beberapa persyaratan dan etika yang perlu diperhatikan demi terkabulnya sebuah doa. Di antaranya, memakan makanan halal, bertobat dari kemaksiatan, dipanjatkan dengan penuh kekhusyu’an dan konsentrasi.
Perhatikan petunjuk dalam ayat Al-Quran berikut :
Artinya : “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al ’raf: 55)
Dan yang tidak kalah penting adalah yakin bahwa doanya akan terkabul.
Hal lain yang perlu diperhatikan saat sebelum memanjatkan doa adalah membaca hamdalah dan shalawat pada doa pembuka. Dianjurkan pula mengeluarkan sedekah terlebih dahulu. Demikian pula sebaiknya dipilih saat-saat yang mustajab, yakni sepertiga malam terakhir, ketika adzan dikumandangkan, waktu antara adzan dan iqamat, setelah shalat fardhu, ketika imam naik ke mimbar sampai shalat didirikan pada hari Jumat, dan lain-lain.
Tentu saja yang diminta berupa hal-hal yang positif dan dapat diraih, dalam artian bukan hal yang mustahil. Di samping hal tersebut doa juga disampaikan secara kontinu. Dari sini menjadi jelas, mengapa doa para nabi, wali, dan orang-orang saleh sangat mustajab. Kemustajaban doa mereka bukan semata-mata karena lafal doanya, melainkan lebih karena kebenaran caranya dan faktor kedekatan mereka dengan Allah (Ad-Da‘wa Ad-Dawa 19, Al-Futuhat Ar-Rabbaniyah: VII; 243).
Hati yang lalai, perut yang dipenuhi barang haram, raga atau jiwa yang berlumuran dosa adalah beberapa faktor yang menghalangi terkabulnya doa. Kalaupun doa tidak segera dikabulkan padahal sudah memenuhi syarat dan etikanya, jangan sampai timbul rasa bosan, pesimistis, apalagi putus asa dan berkata, “Aku telah berdoa tapi Allah tak mengabulkan.”
Sikap demikian dilarang oleh Rasulullah dan justru menjadi sebab doanya tidak terkabul. Kita semestinya tetap bersabar seraya terus menerus berdoa dan berbaik sangka kepada Allah. Allah tidak mengabulkan secara langsung, tentu saja terkandung hikmah besar yang tidak sepenuhnya kita ketahui.