Wednesday, 12 October 2016

Kenapa Doa Tidak Kunjung Terkabul ?

doa tak terkabul
Tanya : Saya sudah sering berdoa, namun terasa hingga sekarang belum dikabulkan. Bagaunana menurut Kiyai, apakah ada yang tidak betul dalam doa saya sehingga Allah tidak meluluskannya ?

Jawab : Apa yang penanya keluhkan saya kira banyak juga dirasakan oleh orang lain. Acap kali kita merasa sudah sering berdoa, tetapi setelah sekian lama belum juga terasa hasilnya. Sehingga, orang yang beriman tipis atau kurang mengerti tentang agama dapat mengalami semacam kebosanan, putus asa, bahkan berburuk sangka (su’u azh-zhan) kepada Allah.

Dalam hal ini, ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi. Pertama, harus diyakini Allah Swt. Maha sempurna, seperti ditegaskan dalam Al-Quran :
Artinya : “Allah tidak akan mengingkari janji-janji-Nya.” (QS. Ali Imran: 9) 

Mengingkari janji tidak sesuai dengan sifat kesempurnaan Allah. Manusia saja enggan berbuat demikian, apalagi Dia. Salah satu janji Allah, Dia akan mengabulkan doa yang dipanjatkan kepada-Nya. Allah adalah Mujib ad-da‘wah atau Dzat yang mengabulkan doa dan permohonan hamba-Nya. 

Pendapat mayoritas ulama, berdoa disunahkan (Al-Futuhat Ar-Rabbaniyah: VII; 213). Berdoa merupakan salah satu upaya manusia mencapai tujuan yang nilainya tidak kalah dengan ikhtiar yang lain. 

Dalam sebuah hadis riwayat dari Ali Ibn Abi Thalib, Rasulullah Saw. Bersabda :
Artinya : “Doa adalah senjata orang mukmin, pilar atau tiang agama, cahaya langit dan bumi.” 

Lebih dari itu, doa adalah inti ibadah. Menurut pakar bahasa, shalat, rukun Islam yang kedua, secara harfiah artinya berdoa. Berdoa di samping diperintahkan oleh Allah, sekaligus menjadi kebutuhan manusia yang tidak lepas dari berbagai kekurangan. Manusia sering merasa tidak berdaya menghadapi bermacam kesulitan dalam hidupnya. Kesadaran itu akan mendorong seseorang memohon bantuan kepada Dzat yang diyakininya memiliki kekuatan dan kekuasaan yang absolut.

Menurut satu hadis, Allah justru tidak suka kepada hamba yang tidak mau berdoa dan meminta kepada-Nya. Berbeda dari kebanyakan manusia yang kadang marah kalau dimintai bantuan. 

Permasalahannya, jika doa diperintahkan dan Allah berjanji akan mengabulkan serta mengingkari janji sama sekali tidak laik bagi-Nya, lalu kenapa doa kita sering tidak kunjung terkabul ?

Sebelum pertanyaan ini kita bahas lebih lanjut, terlebih dahulu patut dimunculkan sebuah pertanyaan : Dari mana kita tahu doa tidak dikabulkan? Sering manusia tidak mengetahui kebaikan yang diperoleh. Serta kesusahan maupun bencana yang dihindarkan darinya merupakan berkah dari doanya.

Ketika seseorang memanjatkan doa, “Ya Allah, berilah aku rezeki.” Lalu tiba-tiba salah seorang tetangga datang membawa makanan kepadanya. Dia tidak menyadari hal tersebut akibat doa yang dipanjatkan. Begitu juga tatkala dia selamat dan kecelakaan bus yang ditumpangi. Bus tersebut menabrak kereta api dan mengakibatkan sebagian besar penumpangnya meninggal dunia.

Kalau memang demikian faktanya, bukan karena Allah tak mengabulkan doa itu, melainkan kitalah yang tidak mengetahui kapan dan bagaimana cara Allah meluluskan pinta dalam doa-doa kita. 

Bisa jadi doa yang dipanjatkan hari ini baru dikabulkan seminggu, sebulan atau setahun kemudian. Bahkan sebuah doa kadang baru dikabulkan di akhirat kelak. Anugerah yang kita dapatkan di akhirat sebagian merupakan balasan amal, sebagian yang lain berkah doa dan pemberian murni Allah. Itu kemungkinan pertama. 

Kemungkinan kedua, doa kita benar-benar tidak dikabulkan oleh Allah karena tidak memenuhi syarat. Hal ini sering kurang diperhatikan. Berdoa berbeda dan membaca teks doa. Berdoa bukan pula sekedar menyampaikan keinginan, harapan dan cita-cita semata dengan lisan. Sering dikatakan, “doa ini sangat manjur dan mustajab.”. Dan si Fulan telah membuktikannya berulang-ulang. Banyak pula doa yang dinisbatkan kepada nabi tertentu atau salah seorang wali dan oleh karena itu dinyatakan sebagai doa yang mustajab. Tetapi setelah dicoba, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. 

Mengapa doa yang sama terkadang membuahkan hasil yang berbeda ? Hal itu mungkin juga karena perbedaan pelakunya, bukan lantaran Allah Swt. pilih kasih kepada hamba-Nya. Yang terjadi adalah karena cara yang dilakukan juga tidak sama. 

Sebab, ada beberapa persyaratan dan etika yang perlu diperhatikan demi terkabulnya sebuah doa. Di antaranya, memakan makanan halal, bertobat dari kemaksiatan, dipanjatkan dengan penuh kekhusyu’an dan konsentrasi. 

Perhatikan petunjuk dalam ayat Al-Quran berikut :
Artinya : “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al ’raf: 55) 

Dan yang tidak kalah penting adalah yakin bahwa doanya akan terkabul. 

Hal lain yang perlu diperhatikan saat sebelum memanjatkan doa adalah membaca hamdalah dan shalawat pada doa pembuka. Dianjurkan pula mengeluarkan sedekah terlebih dahulu. Demikian pula sebaiknya dipilih saat-saat yang mustajab, yakni sepertiga malam terakhir, ketika adzan dikumandangkan, waktu antara adzan dan iqamat, setelah shalat fardhu, ketika imam naik ke mimbar sampai shalat didirikan pada hari Jumat, dan lain-lain. 

Tentu saja yang diminta berupa hal-hal yang positif dan dapat diraih, dalam artian bukan hal yang mustahil. Di samping hal tersebut doa juga disampaikan secara kontinu. Dari sini menjadi jelas, mengapa doa para nabi, wali, dan orang-orang saleh sangat mustajab. Kemustajaban doa mereka bukan semata-mata karena lafal doanya, melainkan lebih karena kebenaran caranya dan faktor kedekatan mereka dengan Allah (Ad-Da‘wa Ad-Dawa 19, Al-Futuhat Ar-Rabbaniyah: VII; 243). 

Hati yang lalai, perut yang dipenuhi barang haram, raga atau jiwa yang berlumuran dosa adalah beberapa faktor yang menghalangi terkabulnya doa. Kalaupun doa tidak segera dikabulkan padahal sudah memenuhi syarat dan etikanya, jangan sampai timbul rasa bosan, pesimistis, apalagi putus asa dan berkata, “Aku telah berdoa tapi Allah tak mengabulkan.” 

Sikap demikian dilarang oleh Rasulullah dan justru menjadi sebab doanya tidak terkabul. Kita semestinya tetap bersabar seraya terus menerus berdoa dan berbaik sangka kepada Allah. Allah tidak mengabulkan secara langsung, tentu saja terkandung hikmah besar yang tidak sepenuhnya kita ketahui.

Apa Pengertian Zuhud Dan Bagaimana Aplikasinya ?


Definisi zuhud dalam islam
Tanya : Apakah zuhud itu? Benarkah zuhud identik dengan sikap membenci dunia ? 

Jawab : Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah, manusia mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berat. Bahkan hanya manusia saja yang mau menerima tugas dan tanggung jawab ini, sedangkan yang lainnya menolak. Dalam Al-Quran ditegaskan bagaimana makhluk-makhluk lain selain manusia tidak sanggup untuk memikul tugas berat tersebut. Perhatikan firman Allah surat A1-Ahzab, 72 berikut ini :
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat (tugas-tugas keagamaan) kepada langit, bumi dan gunung-gunung maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.” (QS. A1-Ahzab: 72)

Oleh karena itu, Allah memberi manusia suatu kemampuan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain yaitu kemampuan berpikir (quwah nazhariah) di samping memberi kemampuan fisik (quwah amaliah) seperti yang diberikan kepada makhluk makhluk Allah yang lain. Hal itu dimaksudkan untuk membantu manusia dalam menjalankan tugas-tugasnya. 

Dengan kemampuan berpikirnya, manusia dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk. Demikian pula dengan anugerah tersebut manusia dalam kesehariannya dapat mengambil susuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain serta mampu mencegah susuatu yang bisa berakibat buruk atau yang memberikan mudharat bagi dirinya dan orang lain. Sedangkan dengan kemampuan fisik yang dimiliki manusia dapat berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tugas manusia sebagai khalifah adalah untuk beribadah, baik itu ibadah yang sifatnya individual maupun sosial. Jadi, semua tindakan yang dilakukan manusia baik yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun kaitannya dengan orang lain hanya diarahkan untuk beribadah kepada Allah. Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat, 56 sebagai berikut :
Artinya : “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat : 56) 

Selain itu, manusia juga mempunyai tanggung jawab untuk imarah al-ardhi (membangun bumi) bukan sebaliknya, merusaknya hanya untuk kepentingan-kepentingan duniawi atau memenuhi keinginan hawa nafsu. 

Pada sisi lain, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang pokok, manusia membutuhkan makan, minum, pakaian dan tempat tinggal. Kenyataan itulah yang menyebabkan manusia mau bekerja dan berikhtiar untuk menutupi kebutuhan hidup.

Bekerja dan berikhtiar mencari biaya untuk hidup bukan berarti mencerminkan sikap senang kepada harta benda (dunia), tetapi hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan aktivitas itu manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk dengan baik yaitu beribadah. 

Dalani konteks seperti ini bekerja dan berikhtiar menjadi sesuatu yang wajib, karena beribadah adalah wajib. Sedangkan tanpa bekerja dan berikhtiar pada umumnya manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal itu sesuai dengan kaidah fiqih “ma la yatimmu al-wajib illa bihi fa huwa wajib”, sesuatu yang apabila suatu kewajiban tidak bisa sempurna tanpa sesuatu tersebut maka sesuatu tadi menjadi wajib.

Pengertian zuhud menurut sayid Abu Bakar dalam kitabnya Kifayah Al-Atqiya’ sebenarnya tidak beda jauh dengan gambaran di atas, yaitu :
Artinya : “Menghilangkan ketergantungan hati terhadap harta benda dan bukan tidak punya harta benda.” 

Sedangkan menurut Abu Sulaiman Ad-Darani, zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang bisa melupakan kita kepada Allah. (Ar-Risalah A1-Qusyainyah; 117). 

Pendapat lain mengatakan bahwa zuhud adalah “tarku addunya bi al-kuliyah: meninggalkan dunia sepenuhnya. Ada juga yang mengatakan zahid (orang yang zuhud) adalah seseorang yang menyibukkan dirinya dengan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah serta meninggalkan kesibukannya terhadap selain-Nya. (Al-Mu’jam Al-Falsafi; 142). Bahkan ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah meninggalkan dunia seperti tidak ada dunia. (Risalah Al-Qusyairiyah; 116). 

Perbedaan pengertian zuhud antara seseorang dan lainnya di atas sebenarnya berangkat dari perbedaan maqam atau tingkatan masing-masing dalam tasawuf. Ada yang ketika telah mencapai maqam tertentu seseorang hanya tsiqah bi Allah (percaya kepada Allah) dan berserah diri secara total (tanpa ikhtiar dan tidak mengharap selain Allah). Hal itu tercermin dari tiga definisi akhir tentang zuhud. 

Tapi dilihat dari dua pengertian zuhud sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa zuhud bukanlah berarti benci kepada dunia atau tidak punya harta benda. Tetapi zuhud adalah menghilangkan ketergantungan hati terhadap selain Allah (harta benda dan lain-lain). 

Jadi, zahid sebenarnya bukanlah seseorang itu tidak punya harta benda sama sekali. Meskipun dia punya harta benda banyak tetapi jika hatinya hanya bergantung kepada Allah, tidak kepada yang lain dapat dikategorikan zahid. Dan sebaliknya, walaupun seseorang tidak memiliki harta tetapi jika hatinya tidak bisa lepas dari dunia dan selalu mengharap pemberian orang lain, maka dia bukanlah zahid.

Secara umum kita semua memang membutuhkan harta benda untuk menjaga kelangsungan hidup. Tetapi hal itu jangan dijadikan alasan untuk menghabiskan seluruh waktu hanya untuk bekerja dengan melupakan kewajiban-kewajiban sebagai makhluk hidup.

Tujuan hidup manusia bukan hanya sekedar untuk mencari dan menumpuk harta benda, tetapi mencari kebahagiaan dunia dan akhirat (sa’adatu ad-daraini). Dunia hanyalah sebagai tempat menanam (mazra’ah) dengan melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya sebagai bekal untuk kehidupan selanjutnya. 

Harta benda hanyalah bagian dari dunia yang hanya sedikit nilainya dibandingkan dengan kebahagiaan akhirat yang kekal dan abadi (wa al-akhiratu khairun laka min al-ula).

Nabi Muhammad SAW. Memasuki Madinah (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Biografi Lengkap Rasulullah SAW
Kaum muslimin di kota Madinah telah lama menunggu kedatangan Nabi, karena di antara semua orang Islam laki-laki hanya Nabi dan Abu Bakar yang masih tertinggal di kota Mekah yang kacau balau itu. Mereka khawatir akan nasib Nabi dan Abu Bakar, tetapi mereka yakin akan bantuan dan perlindungan Allah swt. terhadap Nabi yang mulia itu. 

Setiap hari, mereka mendengar berita bahwa kekejaman yang dilakukan oleh kaum Quraisy semakin menjadi-jadi. Mereka menjemput ke tempat yang jauh dari Madinah, untuk menyongsong kedatangan Nabi. Beberapa kali mereka pergi, lalu kembali dengan tangan hampa. 


Sebelum tiba di kota Madinah, Nabi dan Abu Bakar singgah di Quba, sebuah desa yang berjarak 5 kilometer dari Madinah. Di sini, Nabi singgah beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah itu nabi membangun masjid yang pertama, sebagai psat peribadatan, pembangunan masjid tersebut dilakuka secara gotong-royong, dimana Nabi pun ikut bekerja.

Nabi melanjutkan kunjungan ke plosok-plosok kota Madinah, yang ketika itu penduduk kota Madinah tua dan muda, laki-laki dan perempuan, besar dan kecil semuanya keluar dengan penuh sesak untuk menyambut kedatangan Nabi.

Setelah kurang lebih 8 hari lamanya menemuh perjalanan akhirnya Nabi beserta Abu Bakar memasuki kota Madinah, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun ke 3 dari keraslan atau ahun 1 hijriah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.

Ketika itu hari Jum’at. Nabi bersama dengan 100 orang melaksanakan shalat Jum’at di suatu tempat di sebuah lapangan. Sebelum shalat, beliau berkhutbah terlebih dahulu di hadapan para pengikut-pengikutnya. Itulah shalat Jum’at dan khutbah pertama yang dilakukan Nabi.

Demikianlah kisah kedatangan Nabi di kota Madinah yang disambut hangat oleh penduduk kota tersebut. Peristiwa hijrah adalah peristiwa berakhirnya masa Mekah dan mulainya masa Madinah, serta merupakan titik peralihan dari kehidupan Nabi Muhammad saw. 

Tahun penghinaan dan penindasan terhadap Nabi telah berlalu, kini berganti dengan masa-masa yang sukses. Nabi Muhammad pernah diabaikan dan disakiti oleh kaumnya sendiri di Mekah, sedangkan di Madinah dia tidak saja diterima sebagai seorang pimpinan yang terhormat, tetapi juga menjadi kepala negara Islam. Di Madinah, kekuatan dan kedudukannya mulai bertambah dan Islam memperoleh pengaruh yang tersebar luas hari demi hari. Di sini dia tidak lagi diganggu untuk menyampaikan ajaran- ajaran Islam kepada penduduk yang sesat; yang kemudian mau menerima ajaran dan keyakinan beliau. 

Biografi Nabi Muhammad slanjutnya dapat dibaca pada postingan yang berjudul :  Persaudaraan di Madinah (Biografi Lengkap Rasulullah SAW)

Nabi Muhammad SAW. Hijrah Ke Madinah (Biografi Lengkap Rasulllah SAW)

Biografi Lengkap Rasulllah SAW
Ancaman dan penganiayaan yang ditujukan kepada umat Islam Mekah semakin menjadi-jadi sehingga mereka tidak saja terancam jiwanya, tetapi juga sangat kesulitan menjalankan ibadah. Dalam keadaan seperti itu, Nabi menganjurkan kepada umat Islam yang belum berhijrah untuk segera berhijrah ke Madinah. Dalam waktu lebih kurang dari dua bulan hampir semua kaum muslimin yang berjumlah 150 orang telah meninggalkan Mekah, kecuali mereka yang tertangkap dan mereka yang tidak kuat pergi serta dua orang sahabat terdekat Nabi, yaitu Ali bin Abu Thalib dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Mereka tidak mau meninggalkan Nabi. Mereka ingin membela Nabi sampai titik akhir perjuangan. 


Alangkah teguhnya kepercayaan Nabi Muhammad akan perlindungan Tuhannya. Beliau menyadari bahwa kaum Quraisy lebih marah kepadanya daripada kepada pengikut-pengikutnya. Beliau mengetahui bahwa kesejahteraan Islam tergantung atas kesejahteraan dirinya. Tidak ada orang yang menyalahkannya kalau beliau berhijrah lebih dahulu, meninggalkan pengikut-pengikutnya di belakang. Akan tetapi, beliau tidak berbuat demikian. Diperintahkannya para pengikutnya untuk lebih dahulu hijrah, sementara beliau tinggal di tengah-tengah musuhnya yang kejam itu. 

Melihat bahwa Nabi sekarang telah tinggal seorang diri, tidak ada kawan yang menemani, pimpinan-pimpinan Quraisy bermusyawarah tentang cara membunuh Nabi. Abu jahal mengusulkan supaya setiap kabilah mengirimkan seorang pemuda yang gagah berani dan bersenjatakan pedang. Mereka bersama-sama harus membunuh Nabi. Dengan demikian, Bani Hasyim tidak dapat mendakwa sesuatu kabilah sebagai pembunuhnya. Usul Abu jahal tersebut diterima dengan suara bulat. 

Lalu, Allah swt. menyampaikan rencana jahat kaum Quraisy itu kepada Nabi Muhammad saw. Di rumah Nabi yang tinggal hanyalah Nabi bersama Ali bin Abu Thalib. Lalu, Nabi meminta Ali tidur menggantikan dirinya di tempat tidurnya. 

Waktu itu musuh telah mengepung rumah beliau dari segala penjuru. Di depan pintu rumah Nabi, terlihat ada lima orang pemuda dengan pedang terhunus siap menerkam lawan. Sedangkan pemuda-pemuda lainnya mengintai dari celah-celah pintu untuk melihat ke tempat Nabi tidur. Mereka melihat ada seorang laki-laki dan mengira bahwa Muhammad sedang berada di tempat tidurnya. Mereka memastikan bahwa sekarang, Muhammad tidak akan lepas dari tangan mereka. 

rute hijrah nabi muhammad
Di tengah malam buta, Nabi menyelinap keluar di antara para pengepungnya tanpa dilihat oleh mereka. Dengan sembunyi-sembunyi, Nabi mendapati Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah gua di gunung Tsur, kira-kira lima kilometer di sebelah selatan kota. Mereka berdua bersembunyi di dalam gua itu selama tiga hari menunggu keadaan aman.
Tak seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian mereka dalam gua itu selain Abdullah bin Abu Bakar dan kedua orang putrinya (Aisyah dan Asma’) serta pembantu mereka Amir bin Fahirah. Tugas Abdullah sehari-hari berada di tengah-tengah kaum Quraisy sambil mendengarkan persengkongkolan mereka terhadap Muhammad. Pada malam harinya, ia sampaikan berita itu kepada Nabi dan ayahnya. Sedangkan Amir bertugas mengembalakan kambing Abu Bakar. Sore hari, kambingnya diistirahatkan, kemudian mereka memerah susu untuk diminum oleh Nabi dan Abu Bakar. Apabila Abdullah bin Abu Bakar keluar kembali dari tempat mereka, datang Amir mengikutinya dengan kambingnya untuk menghapus jejak. Sementara itu, Asma’ binti Abu Bakar bertugas mengirim makanan untuk Abu Bakar dan Rasulullah saw. 

Sementara itu, Ali bin Abu Thalib tinggal seorang diri di rumah Nabi. Pemuda-pemuda Quraisy yang mengepung sekeliling rumah Nabi, masih tertidur nyenyak. Fajar pun menyingsing, maka bangunlah Ali dari tempat tidurnya. Musuh-musuh yang sedang menunggu Nabi di luar terkejut karena Nabi sudah tidak ada di sana. Karena itu, pergilah mereka ke seluruh tempat untuk mencari beliau. 

Musuh yang telah terkelabui oleh muslihat Nabi, merasa sangat kecewa dan marah, karena Nabi dapat lolos dari kepungan mereka. Mereka menduga bahwa Nabi lari ke Yatsrib. Mereka mengumumkan untuk mengadakan sayembara: barangsiapa yang dapat menangkap Muhammad, hidup atau mati akan diberi hadiah 100 ekor unta. 

gua tsur
Beberapa orang di antara mereka, dengan mengikuti jejak Nabi, sampai di gua Tsur. Melihat itu, Abu Bakar merasa ketakutan. Bukan takut atas dirinya sendiri, melainkan takut kalau Nabi dapat ditangkap musuh. Dia menahan napas, tidak bergerak, dan hanya menyerahkan nasibnya kepada Allah. 

Mulailah orang-orang Quraisy menaiki gua itu. Tetapi, tidak lama kemudian, mereka turun lagi. Mereka berkeyakinan bahwa tidak mungkin Nabi bersembunyi di dalam gua segelap itu, apalagi letaknya di sebelah selatan kota. Lagi pula, mereka melihat ada sarang laba-laba di tempat itu yang hampir menutupi lubang gua. Juga ada 2 ekor burung di mulut gua itu. 

Melihat kesedihan hati Abu Bakar, Nabi berkata, “Jangan sedih, sesungguhnya, Allah beserta kita.” Dengan dua kalimat dari Nabi, Abu Bakar menjadi tenang kembali. 

Adapun mengenai pengejaran kaum Quraisy untuk menangkap dan membunuh Muhammad itu serta tentang cerita gua tempat Muhammad bersembunyi digambarkan di dalam firman Allah yang berbunyi : 

“Dan (ingtalah) ketika orang-orang kafir (Quraisy)memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Al-Anfal [8]: 30)

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya, Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkan (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua di waktu dia berkata kepada temannya, janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah [9]: 40) 

Tiga malam lamanya, Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di dalam gua itu. Setelah itu, keduanya berangkat menuju Madinah. Mereka mengetahui pihak Quraisy sangat gigih dan membuntuti mereka. Karena itu, dalam perjalanan ke Yasrib mereka mengambil jalan yang tidak biasa ditempuh orang. Abdullah bin ‘Uraiqith dari Bani Du’il, sebagai penunjuk jalannya, mengantar mereka berhati-hati sekali ke arah selatan di bawah Mekah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai laut Merah. Karena melalui jalan yang tidak biasa ditempuh orang, Abdullah bin ‘Uraiqit membawa mereka ke sebelah utara di seberang pantai itu, dengan agak menjauh, mengambil jalan yang paling jarang dilalui orang.
Kedua orang itu beserta penunjuk jalannya sepanjang hari, siang-malam berada di atas kendaraan. mereka tidak lagi memperdulikan kesulitan dan rasa lelah. Bagi mereka, tiada kesulitan yang lebih mereka takuti daripada tindakan kaum Quraisy yang akan merintangi mereka mencapai tujuan yang hendak mereka capai untuk berada di jalan Allah dan kebenaran. Muhammad sendiri tidak pernah mengalami keraguan bahwa Allah senantiasa akan menolongnya. meski demikian, beliau tidak akan mencampakkan diri ke dalam bencana. Allah menolong hamba-Nya selama hamba menolong dirinva dan menolong sesamanya. 

Di tengah perjalanan, mereka dibuntuti seorang laki-laki berkuda yang terus membayangi di belakang, sedang mengejar Nabi. Orang itu bernama Suraqah. Ia mengejar hadiah sayembara, Larena jika ia dapat menangkap Nabi dalam keadaan hidup atau mati, ia akan mendapat hadiah yang besar dan sayembara yang diselenggarakan oleh orang-orang Quraisy Mekah. yaitu 100 ekor unta. 

Akan tetapi. ketika Suraqah sudah mendekati Nabi, ia tersungkur sehingga jatuh. Kemudian, terbentang awan dan debu sehingga menutup pandangannya dari Nabi dan Abu Bakar, Akhirnya, Suraqah menyadari bahwa ia tidak diperbolehkan Tuhan membunuh Muhammad. Lalu, Nabi datang menghampirinya. Dia duduk bersimpuh memohon ampun dan memohon perlindungan kepada Nabi. Nabi pun memberi maaf kepadanya. Dia diperbolehkan kembali ke rumahnya dan peristiwa ini tidak Suraqah ceritakan kepada kaumnya yang sedang mencari Muhammad saw. 

Baca juga biografi Rasulullah SAW selanjutnya pada judul :  Nabi Muhammad SAW. Memasuki Madinah (Biografi Lengkap Rasulllah SAW)

Tuesday, 11 October 2016

Apa Hukum Melaksanakan Haul Orang Yang Sudah Meninggal ?

cara melaksanakan haul
Tanya : Bagaimana hukumnya memperingati meninggalnya seseorang atau haul ? (Lutfan, Wonosobo) 

Jawab : Kalau kita amati, akhir-akhir ini makin banyak dijumpai acara haul, baik yang diselenggarakan perorangan maupun organisasi. Ada yang dilangsungkan secara sederhana, dengan memanggil kerabat serta tetangga dekat, untuk bersama-sama melaksanakan tahlil atau khataman Al-Quran. 

Ada pula yang mengundang dai atau ulama untuk memberikan wejangan keagamaan dan mauizhah hasanah, dalam suatu forum terbuka yang populer dengan pengajian umum. 

Meski budaya haul sudah berjalan sejak lama di Indonesia dan menjadi tradisi, ada sebagian orang yang menganggapnya sebagai perbuatan terlarang dengan anggapan bid’ah, tidak bermanfaat dan sebagainya.

Untuk mengetahui status hukum haul, tidak bisa dilepaskan dari bentuk kegiatan dalam rangkaian acaranya. Artinya, menghukumi haul sama saja dengan menghukumi perbuatan yang terdapat dalam perhelatan itu sendiri. 

Haul sebenarnya diserap dari bahasa Arab al-haul yang berarti tahun. Dalam bab zakat sebagaimana kita jumpai dalam literatur-ljteratur fikih, haul menjadi syarat wajibnya zakat hewan ternak, emas, perak, serta harta dagangan. Artinya, kekayaan tersebut baru wajib dikeluarkan zakatnya bila telah berumur satu tahun. 

Dan hal itu tampak adanya kesesuaian antara makna lughawi haul dengan acara haul dimaksud. Sebab, dalam kenyataannya acara haul dilakukan satu tahun sekali, pada hari kematian/wafatnya orang yang dihauli. 

Jika kita perhatikan, muatan peringatan haul tidak lepas dari tiga hal. Pertama, tahlilan dirangkai doa kepada si mayit. Kedua, pengajian umum yang kadang dirangkai dengan pembacaan secara singkat sejarah orang yang dihauli, yang mencakup nasab, tanggal lahir/wafat, jasa-jasa, serta keistimewaan yang kiranya patut diteladani. Ketiga, adalah sedekah, baik diberikan kepada orang-orang yang berpartisipasi pada dua acara tersebut, atau diserahkan langsung ke rumah masing-masing. Status hukum tiga hal tersebut, dengan sendirinya akan menentukan hukum haul. 

1. Tahlil/baca Al-Quran/mendoakan mayit.
Mayoritas ulama dari empat madzhab, sebagaimana diterangkan Syeikh KH. Ali Ma’sum Al-Jogjawi (dari Yogyakarta) dalam kitab Hujjah Ahl As-Sunnaj wa Al-Jama‘ah, berpendapat pahala ibadah atau amal saleh yang dilakukan orang yang masih hidup bisa sampai kepada si mayit. 

Pengertian ibadah atau amal saleh di sini umum, mencakup bacaan A1-Qur’an, dzikir, sedekah dan lain-lain. Mendoakan juga berguna baginya. Mendoakan orang yang telah meninggal jelas berbeda dengan berdoa kepadanya. 

Yang pertama berarti memintakan kepada Allah agar mendapat pengampunan, tempat yang layak di akhirat atau agar dibebaskan dari siksa. Hal itu tentu saja diperbolehkan. Bahkan, termasuk beberapa amal jariyah yang pahalanya terus mengalir adalah anak saleh yang mendoakan orang tuanya. 

Sedang yang kedua, berdoa kepada si mayit, jelas dilarang dan bisa menjurus kepada perbuatan syirik (surat Yunus ayat 106). Berdoa atau meminta sesuatu pada mayit berbeda pula dan tawassul (surat Al-Maidah ayat 35). 

2. Pengajian
Pengajian merupakari salah satu cara dakwah billisan (dengan ucapan). Untuk memberikan wawasan, bimbingan dan penyuluhan yang bertujuan meningkatkan kualitas ketakwaan kaum muslimin, dengan jalan memperluas pemahaman mereka tentang ajaran agamanya. Peningkatan iman dan takwa diharapkan akan mendorong melakukan amal saleh, baik ibadah ritual, individual, maupun sosial.
Dari sana pula diharapkan moralitas dan etika di kalangan masyarakat meningkat. Pola dakwah dalam bentuk pengajian memiliki beberapa kelebihan, di samping kekurangan.
Kelebihannya, peserta tak perlu mengeluarkan biaya, dapat menampung jumlah yang banyak dan berbagai lapisan, temanya bisa disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat, dan pesan-pesannya disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan dicerna sesuai kadar intelektual pesertanya.
Melihat tujuan-tujuan tersebut, kita tidak perlu mempermasalahkan status hukum pengajian, asal pesan-pesan yang disampaikan tidak menyimpang dan ajaran Islam. Pengajian termasuk pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar. 

3. Sedekah

Adapun sedekah yang pahalanya diberikan/hadiahkan kepada mayit, pada dasarnya diperbolehkan. Karena hal itu termasuk amal saleh, seperti disinggung di atas. 

Dari keterangan tersebut, jelas aktivitas dalam rangkaian upacara haul dibenarkan adanya. Maka dengan sendirinya haul itu sendiri tidak dilarang.

Khasiat Surat Al Fatihah Bagian 2

Manfaat surat al fatihah
5. Untuk Menyembuhkan Penyakit Panas Atau Penyakit Perut
Caranya :
Ambillah segelas air, lalu bacalah lafal sebagai betikut :
“Allaahumma innahu balaghanii ‘an nabiyyika wa rasuulika Muhammadin shallaahu ‘alaihi wasallama annahu qaala : Al Faatihtu li maa quriat lahu: Bismillaahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin. Arrahmaanir rahiim. Maaliki yaumid diin. Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’aiin. Ihdinash shiraathal mustaqiim. Shiraathal ladziina ‘an ‘amta ‘alaihim ghairil maghdhq ‘alaihim Wa laddhaalliin. Amiin.” 

Sehabis membaca lalu tiup-tiuplah air yang ada dalam gdas itu, kemudian minumkanlah kepada orang yang sakit perut. Insya Allah akan lekas sembuh. Cobalah dengan penuh keyakinan. 

6. Cara Penyembuhan Lain Dengan Surat Al Fatihah

Caranya :
Letakkanlah tangan pada tempat yang sakir sambil membaca surat Al Fatihah kemudian disambung dengan doa di bawah ini 7 kali : 

1. Untuk dirinya sendiri
“Allaahumma adzhib ‘annii suua maa ajidu wa fuhsyahu bi da’wati nabiyyikal amiinil makiini ‘indaka.” 

2. Untuk orang lain 
“Allaahumma adzhib ‘anhu (untuk perempuan diganti “anha”) suua maa yajidu (untuk perempuan diganti “tajidu”) wa fubsyahu bi dawati nabiyyikal amiinil makiini ‘indaka.” 

Artinya:
Ya Allah, hilangkan dariku kejelekan sesuatu yang telah aku alami serta kekejiannya, dengan doa Nabi-Mu yang terpercaya lagi sangat teguh pendirian di hadapan-Mu.” 

Insya Allah dengan jalan ini segala penyakit yang menimpa kita akan cepat sembuh.
Keterangan :
Menurut Ibnul Qayyim Al Jauzi, A1-Qur’an, khususnya surat Al Fatihah dapat mengobati penyakit rohani maupun penyakit jasmani. Sebaaimana diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Iman Bukhari dari Abu Sa’id Al Khudri ra. : 
“Kunna fi masiirin lanaa fa nazalnaa fajaa at jaariyatun faqaalat innaa sayyidal hayyi saliimun wa inna nafaranaa ghaybun fa hal minkum raaqin. Faqaama ma’ahaa rajulun maa kunnaa na’binuhu bi ruqyatin fa raqaahu fa baria. Fa amara lahu bi tsalaatsiina syaatan wasaqaanaa labanan fa lammaa raja’a qulna lahuu a kunta tuhsinu ruqyatan au kunta tarqii? Qaala laamaa raqaitu illaa bi ummil kitaabi qulna laa tuhadditsuu syaian hatta na’tiiya wa nas ala rasuulaliaahi. Fa lammaa qadimnal madiinata dzakarnaahu linnabiyyi. Fa qaala:. Wamaa kaana yudriihi innahaa ruqyatun. Iqsimuu wadhribuu lii bisahmin”

Artinya :
“Pada suatu han kami bersama-sama dalam perjalanan. Kami bertempat di suatu dusun. Tiba-tiba datang seorang budak pérempuan seraya berkata “Sesungguhnya pemimpin desa ini sakit dan tak seorang pun di antara kami yang dapat mengobatinya”. Lalu salah seorang dari rombongan kami berdiri dan mengikuti budak tadi. Kami tidak mengira yang ia dapat menjadi dukun. Orang yang sakit itu lalu dimanterainya dan sembuhlah. Kepadanya diberi 30 ekor kambing dan kepada kami disuguhkan susu. Ketika dia kembali kami bertanya, “Apakah kamu membolehkan mantera, dan apakah kamu tukang mantera?” la lalu menjawab, “Tidak, saya bukan ahli mantera, tetapi saya hanya membacakan Ummul Kitab (Surat Al Fatihah). “Kami katakan, Kejadian ini jangan dikabarkan kepada siapapun sebelum kita tanyakan kepada Rasulullah Saw. lebih dahulu. “Setelah kami sampai di Madinah, kami datang kepada Rasulullah Saw Beliau bersabda, “Siapa tahu bahwa surat itu (Surat Al Fatihah) adalah mantera (obat), bagilah hadiah itu dan berikan saya sebagian darinya."

Dari hadis di atas jelaslah bahwa Al Qur’an, khususnya Surat Al Fatihah dapat menjadi obat, baik obat rohani ataupun jasmani. Dan cara mengobati dengan memakai ayat Al Qur’an iin boleh. Ini terbukti karena Rasulullah Saw. berkenan untuk minta sebagian dari hadiah yang diperoleh dari sahabatnya dari hasil mantera. 

Camkanlah firman Allah dalam Surat Al Israa ayat 82 :
“Wa nunazzilu minal qur’aani maa huwa syifaaun wa rahmatul lil mukminiina wa laa yaziidudz dzaalimiina illaa khasaaraa.” 

Artinya :
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”

Khasiat Surat Al Fatihah Bagian 1

manfaat surat al fatihah

Surat Al Fatihah :


1. Bismillaahir rahmaanir rahiim.
2. Al Hamdu lillaahi Rabbil ‘alamiin.
3. Ar Rahmaanir rahiim.
4. Maaliki yaumid diin.
5. Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nastai’in.
6. Ihdinash shiraathal mustaqiim.
7. Shiraathal Iadziina ‘an’amta ‘alaihim ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladdhaalliin.

Artinya :
1. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai hari pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus.
7. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. 

Mengenai keutamaan surat Al Fatihah, Nabi Muhammad Saw. telah bersabda :

 “Faatihatul kitaabi syifaaun min kulli daain.” 

Artinya :
“Faatihatul Kitab (SuratAl Fatihah) itu adalah obat dari segala penyakit.” (HR. Al Baihaqi dan Abdul Malik bin Umar)
 

 “Faatihatul kitaabi syifaaun minas sammi.” 

Artinya :
“Fatihatul Kitab (Surat Al Fatihah) itu adalah obat dari racun” (HR. Said bin Manshur Al Baihaqi) 

Dari hadis di atas maka dapatlah dipastikan bahwa di dalam surat Al Fatihah terkandung maziyyah (keistimewaan) yang banyak sekali, termasuk di dalamnya dapat menyembuhkan segala penyakit. 

Khasiat-khasiat surat Al Fatihah lainnya adalah : 

1. Untuk menghilangkan sifat lupa

Caranya : Tulislah surat Al Fatihah pada tempat air (seperti gelas, cangkir, piring dan lain-lain) yang bersih lagi suci. Lalu tuangkanlah air ke dalamnya agar tulisan itu terhapus. Kemudian minumkan air itu kepada orang yang sering lupa (pelupa). Lakukanlah berkali-kali. Insya Allah, usaha ini akan berhasil asal disertai kesabaran. 

2. Untuk penyembuhan segala penyakit
Caranya :
a. Ambillah seember air. Lalu bacalah surat Al Fatihah pada air itu sebanyak 40 kali. Kemudian basuhlah kedua tangan, kedua kaki, muka, kepala dan seluruh anggota badan sampai rata dengan air itu. Insya Allah dengan jalan itu Allah akan memberi kesembuhan. Lakukanlah berkali-kali. 

b. Tulislah swat Al Fatihah kesemuanya dengan cara terputus-putus seperti contoh ini :


Lalu hapuslah tulisan itu dengan air yang suci kemudian minumkanlah kepada orang yang sakit. Insya Allah akan sembuh dengan cepat. 

3. Untuk penyembuhan penyakit mata
Caranya :
Bacalah surat Al Fatihah 41 kali sehabis salat sunat Subuh kepada orang yang sakit mata. Kemudia usaplah mata yang sakit itu dengan sedikit ludah setelah membaca. Insya Allah akan cepat sembuh berkat berkah yang terdapat pada surat Al Fatihah. 

4. Untuk penawar racun ketonggeng (kalajengking)
Caranya :
Isilah gelas dengan sedikit air yang dicampur dengan sedikit garam. Bacakanlah surat Al Fatihah 7 kali pada air yang ada dalam gelas itu. Kemudian minumkanlah air itu kepada orang yang tersengat ketonggeng atau yang sejenis dan usaplah dengan air itu juga tempat bekas sengatan. Insya Allah dengan jalan ini racun yang ada di dalam akan menjadi tawar sehingga cepat sembuh seperti sedia kala.

Khasiat surat Al Fatihah selanjutnya dapat dibaca pada postingan berikutnya yang berjudul : Khasiat Surat Al Fatihah Bagian 2

Perbekalan Menuju Jalan Kesucian (Biografi Khadijah ra.)

Biografi Khadijah ra.
Jiwa yang tenang itu terbang menemui Tuhannya ketika ajal menjemputnya setelah dia menjadi teladan yang luar biasa dalam berdakwah ke jalan Allah dan jihad di jalan-Nya. Dia hidup mendampingi Rasulullah saw selama 25 tahun. Sepanjang waktu dia merupakan istri yang bijaksana, cerdas, dan tidak pernah pelit untuk memberikan sesuatu yang dapat mendatangkan keridhaan Allah dan rasul-Nya. Maka, pantas kalau dia diberi kabar gembira sebagai penduduk surga. 


Begitulah ibu kita pergi meninggalkan dunia ini. Kenangan tentang dirinya tidak akan pernah hilang ditelan waktu. Kalau kita tuliskan semua tentang kebaikannya, kertas akan habis sebelum kita menulis sebagian kecil saja dari kemuliaan dan keutamaannya yang memenuhi seluruh dunia ini. 

Demi Allah, ibu kita Khadijah memiliki keutamaan yang amat besar bagi seluruh kaum muslimin dan muslimat sampai hari Kiamat nanti. Dialah yang menjadi penopang Rasulullah saw dalam dakwah dan menjadi tempat bersandar beliau ketika menghadapi berbagai ujian dan cobaan. 

Inilah kami, menyampaikan sejarah hidupnya kepada seluruh muslimah agar mereka mau belajar bagaimana seharusnya teladan yang sesungguhnya, ketika tidak ada lagi keteladanan itu. 

bilik islam
Wahai saudaraku kaum muslimat, inilah ibu kita Khadijah, teladan yang tak pernah terulang sepanjang zaman. Sejarah hidupnya dapat menjadi bekal untuk menuju jalan kesucian, pengorbanan, dan kemurahan hati. 

Akhirnya, tidak ada kata yang lebih pantas untuk diucapkan dalam rangka mengucapkan selamat jalan kepada ibu kita ini selain membacakan firman Allah swt., 
“Sesungguhnya, orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang Berkuasa.” (Al-Qamar [54]: 54-55) 

Semoga Allah meridhainya dan menjadikan surga sebagai tempat tinggalnya.

Demikian akhir rangkaian biografi Siti Khadijah ra, semoga rangkaian biografi Siti Khadijah ra. ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Tabir Wanita