Monday 5 September 2016

Keluarga Nabi Ibrahim (Kisah Dalam Al-Quran)

Keluarga Nabi Ibrahim (Kisah Dalam Al-Quran)

KELUARGA NABI IBRAHIM
QS. Huud : 71-73

Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Sarah. Allah memerintahkan beliau untuk meninggalkan tempat tinggalnya di Haran. Dia pun membawa keluarganya melewati gurun menuju Kanaan. 

Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan dan tiba di Mamre. Nabi Ibrahim dan Siti Sarah tinggal di sana selama bertahun-tahun. Hidup mereka sangatlah bahagia karena harta mereka bertambah banyak. 

Ternak-ternak mereka pun berkembang biak dengan pesat. Setelah sekian lama menikah, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Padahal, mereka selalu berdoa agar dikarunia keturunan. Nabi Ibrahim kadang tampak murung. Allah pun melihat kerisauannya. Maka, Allah berjanji akan memberikan keturunan yang banyak kepada Nabi Ibrahim, Waktu terus berganti, namun Siti Sarah tetap saja tidak mengandung. Harapan mereka mulal menipis. Suatu hari, Siti Sarah melihat pelayan perempuannya yang bernama Siti Hajar sedang mencuci pakaian. Ketika melihat Siti Hajar, muncul gagasan di kepalanya. Siti Sarah kemudian berkata kepada Nabi Ibrahim, “Suamiku, engkau tahu Allah belum mengaruniai aku seorang anak. Ambillah Hajar menjadi istrimu! Mungkin dengan begitu kita bisa memperoleh keturunan.” 

Nabi Ibrahim sangat terkejut mendengar usul tersebut. Namun, akhirnya beliau setuju. Maka, Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar Dan Siti Hajar, Nabi Ibrahim dikaruniai putra yang diberii nama Ismail. 

Setelah Siti Sarah mulai lanjut usia, Nabi Ibrahim mendapat wahyu bahwa Siti Sarah akan melahirkan seorang anak. Allah mengirim tiga orang malaikat utusannya untuk menyampaikan kabar gembira tersebut kepada Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim menerima ketiga tamu tadi, sedangkan Siti Sarah diam di balik tirai. Kemudian. salah satu tamu tersebut mengabarkan kepada Nabi Ibrahim bahwa Siti Sarah akan segera melahirkan seorang anak. Mendengar hal tersebut “Siti Sarah malah tertawa. Dia merasa sanksi atas apa yang didengarnya. 

Siti Sarah berkata, “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan seorang anak padahal aku sudah berumur seperti ini? Suamiku pun demikian, sesungguhnya ini sesuatu yang sangat aneh.”
 
Para malaikat berkata, “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? Bukankah itu adalah rahmat Allah.”
 
Singkat cerita, ketiga tamu tersebut berpamitan meninggalkan Nabi Ibrahim dan Siti Sarah. Tidak lama kemudian, Siti Sarah pun mengandung. Setiap hari, dia bahagia karena akan memperoleh seorang anak. 

Pada hari yang telah ditentukan, lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Ishak, yang artinya tertawa.
Setelah Ishak lahir. Allah memberi wahyu kepada Nabi Ibrahim untuk membawa Siti Hajar dan Ismail pergi. Namun, Nabi Ibrahim belum tahu tempat yang akan mereka tuju. 

Dengan penuh rasa tawakal kepada Allah, Nabi Ibrahim bersama Siti Hajar dan Ismail pergi meninggalkan rumah. Mereka sama sekali tidak tahu ke mana mereka akan pergi. Nabi Ibrahim hanya berserah diri kepada Allah dan yakin bahwa Allah akan memberi petunjuk. 

Unta Nabi Ibrahim berjalan keluar-masuk hamparan luas padang pasir. Matahari membakar kulit mereka dan angin kencang menghambur-hamburkan debu pasir kian-kemari. Setelah berminggu-mingggu berada dalam perjalanan jauh yang melelahkan, mereka pun tiba di Mekah. 

Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan Ismail di Mekah dengan hanya dibekali makanan dan minuman seadanya. Sedangkan, di daerah itu tidak ada tumbuhan dan tidak ada air yang mengalir, yang terlihat hanya batu dan pasir kering.

0 komentar:

Post a Comment

Tabir Wanita