Monday 29 August 2016

Kisah Pernikahan Muhammad SAW. Dengan Khadijah Binti Khuwailid

Kisah Pernikahan Muhammad SAW. Dengan Khadijah Binti Khuwailid, kisah pernikahan nabi, sejarah pernikahan nabi, cerita pernikahan nabi, nabi muhammad menikah dengan khadijah, kisah khadijah, cerita khadijah, sejarah khadijah, khadijah istri nabi, kisah istri nabi, sejarah istri nabi, nama istri nabi.
Dengan sifat serta keluhuran budinya itu, Muhammad menjadi teladan dan buah bibir setiap orang. Tersiarlah nama Muhammad hahwa ia seorang pemuda yang tepercaya. Banyak pedagang-pedagang besar yang ingin menjadikan Muhammad sebagai pelaksana dalam usaha perdagangannya. 

Pada waktu itu, di kota Mekah, hidup seorang janda bangsawan yang kaya raya. Khadijah namanya. Dalarn rangka pengembangan usahanya, Khadijah ingin mencari seorang ahli perdagangan yang ulet serta dapat dipercaya, untuk mengurus barang dagangannya ke Suriah. Setelah ia mendengar nama Muhammad, segera ia mengirim utusan untuk menghubunginya. 

Kemudian, datanglah Muhammad ke rumah Khadijah memenuhi panggilannya. Ketika pertama kali Khadijah melihat Muhammad, ketika itulah Khadijah terpesona, karena Muhammad memang baik rupa dan akhlaknya. Dalam hatinya, Khadijah berkata hahwa pantaslah Muhammad menjadi buah bibir. Kini, Khadijah bukan sekadar mendengar nama Muhammad, melainkan langsung bertemu dengannya, di hadapannya. Muhammad telah bersedia datang untuk memenuhi panggilan dan tawarannya itu. 

Mulailah Muhammad berangkat ke Suriah, membawa barang dagangan Khadijah. Ia diternani oleh Maisaroh dengan pesan khusus agar ia membantu Muhammad sambil mencatat segala kejadian selama dalam perjalanannya ke Suriah. Dengan kejujuran dan kemampuannya, ternyata Muhammad mampu memperdagangkan barang-barang Khadijah; dengan cara perdagangan yang lebih banyak mendatangkan keuntungan daripada yang dilakukan orang-orang sebelumnya. Demikian juga dengan akhlaknya yang luhur dan parasnya yang baik sehingga ia dapat menarik kecintaan dan penghormatan Maisaroh kepadanya. Sebelun mereka kembali, mereka membeli barang-barang dagangan dari orang Suriah yang disukai oleh Khadijah. 

Akhirnya, kembalilah Muhammad beserta Maisaroh ke Mekah dengan membawa keuntungan yang sangat memuaskan, melebihi perkiraan Khadijah. Seluruh uang dan keuntungan yang diperoleh dari hasil perdagangan itu diserahkan kepada Khadijah. Seluruhnya telah dicatat dengan rapi oleh Maisaroh. Muhammad pulang ke rumahnya, setelah ia menerima imbalan dari Khadijiah; yang telah menyampaikan ucapan terima kasih kepadanya. 

Setelah Muhammad meninggalkan Khadijah, Maisaroh melaporkan segala sesuatu yang terjadi dan yang dapat ia amati dari perjalanannya itu. Hasil pengamatannya itu antara lain :
  1. Waktu perjalanan lebih cepat dari kafilah biasa;
  2. Persediaan barang sangat cepat laku;
  3. Muhammad mendapat sambutan hangat di Suriah, terutama dari seorang pendeta Kristen;
  4. Dalam perjalanannya ke Suriah, senantiasa ada segumpal awan yang menyertainya, melindungi serombongan orang yang berjalan dari terik matahari. 

Perhatian Khadijah terhadap pemuda tampan yang cerdas dan berakhlak mulia itu kian bertambah sehingga rasa terima kasih dan kekagumannya lambat-laun berubah menjadi perhatian yang sangat khusus. Hatinya menjadi tertawan oleh Muhammad. Kini, Khadijah berada dalam kebingungan dan perasaan malu. Memang benar, ia seorang bangsawan yang kaya raya, dengan paras yang cantik, sulit mencari tandingannya. Sudah banyak orang-orang terkemuka melamarnya, namun lamaran itu selalu ditolak olelhnya. Ketika itu, Khadijah berusia 40 tahun sedang Muhammad berusia 25 tahun. 

Kini, Khadijah yang berusia lebih tua dari Muhammad, jatuh cinta kepadanya. Pandangan matanya telah menembus kalbu. Pernah pada suatu saat, Nufaisa binti Munya (sahabat perempuan Khadijah) mendatangi Muhammad seraya berkata, “Mengapa engkau tidak mau menikah?” Muhammad menjawab, “Aku belum memiliki sesuatu untuk persiapan pernikahan.”
Nufaisa berkata, “Kalau itu disediakan dan wanita yang melamarmu itu cantik, berharta dan terhormat, apakah engkau tidak mau menerimanya?”
Muhammad bertanya, “Siapa itu, wahai Nufaisa”.
“Khadijah,” jawab Nufaisa. 

Pada mulanya, Muhammad agak terkejut mendengar tawaran Nufaisa itu, karena tidak mengira kalau Khadijah menaruh hati kepadanya. Ia pun belum mempunyai persiapan, padahal setiap melangsungkan pernikahan tentu ada sejumlah biaya yang harus dikeluarkan, Sementara itu, ia tidak ingin memberatkan pamannya. Tetapi, persoalan biaya sepenuhnya telah dijamin oleh Khadijah. Namun demikian, Muhammad merasa perlu memusyawarahkan dengan keluarganya, dcngan paman-pamannya. 

Setelah dimusyawarahkan dengan Abu Thalib, lamaran Khadijah diterima oleh Muhammad. Pernikahan Muhammad dan Khadijah ternyata diberkahi Allah. Di sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Muhamniad. Dimulainya kehidupan suami-istri yang harmonis. 

Selama kurang lebih 25 tahun, Khadijah hidup hersama Muhammad dan selama itu pula ia melahirkan dua orang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan. Mereka adalah Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummi Kulsum, dan Fatimah. Semua anak laki-laki Nabi meninggal dunia sewaktu masih kecil, dan diantara anak perempuannya hanya Fatimah yang hidup sampai Nabi wafat. Ia meninggal dunia 6 bulan sesudah Nabi wafat.

Sebagai seorang kepala keluarga, Muhammad senantiasa menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara sempurna, sehingga beliau menjadi teladan bagi niasyarakat. 

Sagai seorang ayah, beliau merawat dan mendidik anak-anaknya sampai kepada hal- hal yang paling remeh sekalipun. Bila anaknya sakit, beliau tidak pernah meninggalkannya. Beliau menjaganya, baik siang maupun malam. 

Sebagai seorang suami, Muhammad senantiasa memperlihatkan cinta dan kasihnya yang mesra dengan cara yang santun terhadap istrinya. Dengan sifat yang demikian itu, tidak mengherankan jika Khadijah mencintai dan patuh kepadanya. Tidak juga mengherankan bila Muhammad dibebaskan mengurus seluruh harta kekayaannya. Khadijah rela Muhannad menggunakannya untuk apa pun, karena Ia yakin hahwa suaminya tidak akan membelanjakan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.

Ketika Muhammad mendapatkan Khadijah yang kaya raya sebagai istrinya, mungkin ada yang mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang suami yang beruntung. Namun, hal itu tidak membuat Muhammad menjadi 

sombong atau bakhil. Beliau adalah seorang yang pemurah, orang yang tidak tega melihat orang lain berada dalam kesulitan. Beliau tidak segan-segan untuk mengulurkan tangan kepada mereka. Beliau membebaskan budak-budak dengan tebusan yang mahal. Juga membayarkan utang orang-orang miskin.

0 komentar:

Post a Comment

Tabir Wanita