Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah ingkar. Malaikat sangat patuh terhadap perintah Allah SWT. Malaikat tercipta dari cahaya atau nur. Orang yang beriman kepada Allah ia harus juga beriman kepada adanya malaikat-malaikat Allah.
Allah menciptakan malaikat untuk membantu-Nya dalam mengatur kehidupan manusia. Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah ingkar. Malaikat sangat patuh terhadap perintah Allah SWT. Malaikat tercipta dari cahaya atau nur. Orang yang beriman kepada Allah Ia harus juga beriman kepada adanya malaikat-malaikat Allah.
Malaikat berbeda dengan manusia dan makhluk lainnya, baik sifat maupun asal penciptaannya. Malaikat diciptakan dari nun atau cahaya, sedangkan manusia dari tanah. Malaikat tidak dapat dilihat dengan mata karena mereka makhluk yang gaib.
Walaupun begitu, khusus kepada para nabi dan rasul Allah, di antara malaikat itu ada yang menampakkan diri, bahkan dipertemukan oleh Allah. Malaikat kadang-kadang datang kepada nabi dan rasul dengan menjelma sebagai manusia. Kadang-kadang datang dengan bentuk aslinya. Kadang-kadang ia juga datang dengan suara seperti suara gemenincing lonceng.
Malaikat selalu tunduk dan patuh menjalankan tugas yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Mereka tidak pernah menentang atau melanggar perintah Allah. Mereka tidak pernah merasakan payah atau bosan dalam menunaikan tugasnya. Malaikat juga tidak pernah ingkar atau mengeluh. Malaikat adalah makhluk yang taat menjalankan perintah Allah.
Menurut bahasa (etimologi), Malaikat berarti utusan. Lafadznya dari akar kata al-aka dengan wazan (timbangan) maf’ala yang huruf hamzahnya diharakati setelah huruf sebelumnya disukun. Kata ini berarti ar-risaalah (surat), baik huruf laam mendahului hamzah sebagaimana (al-malak) maupun huruf hamzahnya mendahulul huruf laam.
Ibnu Manshur ra. mengatakan bahwa pengertian dari Malaikat adalah arr isaalah (surat) artinya Malaikat, karena ia menyampaikan risalah dari Allah Ta’ala.
Secara istilah (termenologi), Malaikat berarti sosok yang lembut (halus) yang diberikan kemampuan menyerupai beragam bentuk makhluk yang berbeda, yang bertempat tinggal di langit. (Lihat Fathul Baari, Vl/368).
Dalam Kitab Syarah Durusul Muhimmah Li Amatil Ummah, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazra mengartikan Malaikat sebagai makhluk ghaib yang diciptakan dari cahaya yang senantiasa menyembah Allah "Azza wa Jalla.”
Malaikat tidak sedikitpun darinya sesuatu yang menjadi kekhususan Rububiyyah dan Uluhiyyah. Allah ‘Azza wa Jalla telah menganugerahkan kepda mereka (Malaikat) ketaatan penuh terhadap perintah-Nya dan kekuatan untuk melakukan ketaatan itu. Allah berfirman :
“Dan kepunyaan-Nya siapa yang ada di langit dan di bumi. Dan para Malaikat yang ada disisi-Nya tidaklah mereka menyombongkan diri dan menyembah-N ya dan tidak pula mereka merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiyaa’: 19-20).