Shalawat --di sisi Allah-- adalah menuju kepada-Nya untuk mengakui ketuhanan-Nya, ke-Esaan-Nya, kemaharajaan-Nya dan ketiada bandingan-Nya, dengan ibadah, minta pertolongan serta mohon petunjuk untuk melalui jalan sulit, sehingga setiap langkah merupakan kenikmatan ridla-Nya.
Shalawat dari Allah, berarti diterimanya pendekatan. Sedangkan dari hamba adalah do’a dan ketundukan kepada keagungan Allah.
Allah Ta’ala telah berfirman :
Artinya :
Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya mengucapkan shalawat atas Nabi (Muhammad saw.). Wahai orang-orang yang beriman bacalah shalawat atas Nabi dan ucapkanlah salam dengan penghormatan kepadanya. (Al Ahzab: 56)
Ini merupakan dalil yang paling benar atas kedudukan Rasul yang agung, dimana pribadi agung itu dllingkupi dengan do’a dan keselamatan.
Jadi, pada shalawat atas beliau terdapat cahaya penerang, hati penghapus dosa dan rahmat yang tampak pada orang yang berdo’a, lantaran do’anya yang sempuma untuk pemimpin manusia.
Dan telah disebutkan bahwa barangsiapa membaca shalawat kepada Nabi sekali, maka Allah memberinya rahmat sepuluh kali. Jadi seolah-olah shalawat Itu satu kebaikan, padahal “barangsiapa datang membawa satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan tersebut”.
Benar-benar ternyata sesudah melalul percobaan bahwa shalawat kepada Rasulullah saw. yang agung bisa menarik kebaikan melapangkan dada, membangkitkan harapan, mendekatkan yang jauh, mempertnudah kesulitan.
Diriwayatkan bahwa seorang perempuan mempunyai seorang anak yang suka makshiyat. Si Ibu selalu mengajak anaknya tersebut kembali kepada kebaikan, tetapi si anak tidak mengindahkan, sehingga akhirnya ia mati dalam keadaan bermaksiyat. Kesedihan melingkupi sang Ibu. Tetapi kemudian ia bermimpi dalam tidurnya melihat anaknya dalam keadaan mulia, diliputi kesenangan dan dikelilingi kenikmatan. Ketika sang ibu bertanya, si anak menjawab: “Sesungguhnya ada seorang lelaki yang mengetahui dosanya, lalu ia minta ampun kepada Tuhannya dan bertaubat kepada Allah Ta’ala. kemudian Ia membaca ayat-ayat Al Qur’anul Karim, mengucap shalawat kepada Rasul yang agung dua puluh kali. Maka berkat bacaan shalawat itu bisa menarik dua puluh orang yang diampuni Allah. Dan saya adalah salah seorang diantara dua puluh orang tersebut, sesudah orang itu berdo’a dan dikabulkan do’anya.
Shalawat atas Nabi bukanlah dimaksudkan sebagai sarana untuk mendapatkan ampunan sesudah melakukan tindakan-tindakan buruk. Tetapi maksudnya ialah kembali kepada Allah, mempersiapkan diri setelah mengakui dosa-dosanya untuk mohon ampun. Shalawat atas Nabi merupakan hubungan yang mengikat terhadap hati yang yakin, bahwa segala sesuatu itu berada di bawah kekuasaan Sang Pencipta dan tampaklah rahmat-Nya dengan anugerah ampunan-Nya dan keridlaan-Nya.
Orang mukmin yang benar imannya, tatkala membacakan shalawat atas Sayyidina Muhammad SAW. haruslah menghadirkan hatinya (penuh konsentrasi) dan mengetahui keutamaan diutusnya Rasulullah SAW., yang mengeluarkannya dan kegelapan (kesesatan) menuju ke cahaya terang (petunjuk). Lalu Ia menuju kepada Allah Dzat yang mengadakan, meminta pertolongan kepada-Nya dan mengharap kekuatan, sesudah berulang-ulang kali membaca shalawat atas Nabi, sebab, dalam shalawat terdapat segala kebaikan.
Karena ltulah, kita berdo’a kepada Allah, agar kita peroleh nikmat ridla-Nya dengan berkah Rasul yang agung pemberi syafaat di hari kemudian.
Artinya :
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla memberikan kepada kalian dosa-dosa kalian ketika beristighfar. Maka barangsiapa beristighfar/memohon ampun kepada Allah dengan niat yang benar, niscaya Allah mengampuninya. Dan barangsiapa mengucapkan “LAA ILAAHA ILLALLAAH”, maka menjadi lebih beratlah neraca kebaikannya. Barangsiapa membaca shalawat kepadaku (Rasulullah), aku adalah orang yang memberinya syafa’at/pertolongan., kelak di hari kiamat.
Diriwayatkan dan Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, beliau bersabda: “Rasulullah SAW. Bersabda ;
Artinya:
Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku nanti pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak membaca shalawat. Kalau ada sekelompok orang duduk dalam suatu majlis dan mereka tidak membacakan sholawat kepadaku dalam majlis itu, maka pasti shalawat tersebut akan merjadi iwjah/ bukti terhadap mereka kelak di hari kiamat. Dan Jika Allah menghendaki, maka Allah mengampuni mereka. Dan jika Allah menghendaki sebaliknya maka Allah akan menyiksa mereka., lantaran shalat yang ditinggalkan itu.
Sebenarnya Rasulullah SAW. yang agung mempunyaj kedudukan yang agung di ssi Tuhannya. Maka berdo’a kepada Allah dengan membaca shalawat kepada Nabi, merupakan peringatan bagi orang yang berdo’a, bahwa Nabi telah menunaikan kerasulannya dan wajib berpegang pada risajah tersebut. Jika demikian Ia benar-benar mengakui, dengan bacaan shalawatnya kepada Rasulullah.
Dan ketika kita membaca dalam ketulusan ibadah kita :
pada waktu membaca shalawat itu tiada lain maksudnya kecuali menghubungkan keyakinan dengan amal yang kita kerjakan; Kita bersaksi pada diri kita dalam amal yang kita kerjakan; klta bersaksi pada diri kita dalam “tasyahud” bahwa kita benar-benar mengakui agama yang lurus, yang kita lalui menuju jalan yang lurus. Jadi, shalawat dipermulaannya adalah pengharapan dan akhirnya merupakan do’a.
Sesungguhnya kita membaca shalawat atas Nabi pada waktu/tempat-tempat penting; Ketika kita menemukan suatu perkara yang menyilaukan pandangan kita, maka kita membaca shalawat atas Nabi, agar bertambah berkahnya; ketika kita memulai suatu amal/perbuatan, kita membaca basmallah dan shalawat supaya menjadi nyata apa yang diharapkan; ketika kita menyentuh orang sakit, kita membaca shalawat, supaya Allah memberikan kesembuhan. Betapa bagusnya shalawat kepada Nabi, pada waktu kita terjatuh pada suatu urusan yang berat; dan kita menghubungkan shalawat itu dengan beningnya hati, bersihnya sanubari, murninya niat dan ketakwaan yang bebas dan kepalsuan dan riya.
Disanalah (pada waktu itulah) Allah mengabulkan do’a :
Artinya :
Allah hanya menerima dari hamba-Nya yang benar-benar bertaqwa.
Menurut Al Hafizh As Syarji di dalam kitab Irsyadul Ibad, bahwa membaca shalawat adalah amaliyah dzikir yang paling mudah namun besar pahalanya. Tidak mengenal pengikat hati dan tidak pula diharuskan “khusluurul qalbi” yaltu meresapkan bacaan shalawat itu didalam hati. Seseorang yang membaca shalawat disertal dengan rasa penuh angkuh, pamer, ujub ataupun riya, tetapi Ia mendapat pahala. Demikian pula membaca shalawat tanpa menghadirkan maknanya di dalam hati, dibarengi dengan tertawa atau apa saja, tetap Allah memberinya pahala sebesar gunung dan para malaikat mendo’akan serta memintakan ampun kepadanya. Sedang bagi orang yang membaca shalawat dengan meresapkan maknanya dalam hatl, maka tidak dapat membayangkan betapa besar pahalanya kecuali Allah sendiri yang mengetahuinya.
Karena sedemikian besar pahala yang diterima bagi setiap orang yang membaca shalawat, maka As Syaikh Abdul Hasan Al Bakri menganjurkan agar setiap umat Islam seyogyanya membaca shalawat setiap harinya tidak kurang dari 500 kali.
Adapun dalil-dalilnya membaca shalawat kepada Nabi SAW. adalah sebagai berikut :
INNALLAAHA WA MALAA-IKATAHU YUSHALLUUNA ‘ALANNABIYYI YAA AYYUHALLADZIINA AAMANUU SHALLUU ‘ALAIHI WA SALLIMUU TASLIIMAA.
Artinya:
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi (dan Allah berarti membeni rahmat dan dari malaikctt beranti memohonkan ampunan). Wahai orang-orang yang beniman, Bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al Ahzab :56)
Rasulullah SAW. bersabda :
KULLU DU’AA-IN MAHJUUBUN HATTA YUSHALLAA ALANNABIYYI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WA SALLAMA.
Artinya:
Setiap do’a itu terdindingi. sampai dibacakan shalawat atas Nabi SAW. (HR. Ad Dailami)
INNA AULAN NAASI BlI YAUMAL QIYAAMATI AKTSARUHUM ALAYYA SHALAATAN.
Artinya:
Sungguh, manusia paling utama terhadapku pada hari kiamat, adalah mereka yang paling banyak membacakan shalawat untukku. (HR. Nasa’i dan lbnu Majah, dari lbnu Mas’ud)
MAN SHALLA ‘ALAYYA WAAHIDATAN SHALLALLHU ALAIHI ASYRA SHALAWAATIN WA HATHTHA’ ANHU ‘ASYRA KHATHII-AATIN WARAFA’A LAHU ‘ASYRA DARAJAATIN
Artinya :
Barartgsiapa membaca shalawat untukku sekali, maka Allah bershalawat (memberi Shalat) Untuknya sepuluh kali dan menanggalkan sepuluh kesalahan darinyya serta menaikkannya sepuluh derajat (HR. Ahmad, Nasa’i dan Hakim)
MAA MIN AHADIN YUSALLIMU ALAYYA ILLAA RADDALLAAHU ‘ALAYYA RUUHII HATTA ARUDDA ‘ALAIHIS SALAAM.
Artinya :
Bila seseorang mengucapkan salam kepadaku, pasti Allah mengembalikan rohku kepadaku, sehingga aku dapat menjawab salamnya. (HR. Abu Dawud dan Abu Hurairah)
MAN SHALLAA ‘ALAYYA HIINA YUSHBIHU ASYRAN WA HIl YUMSYI ‘ASYRAN ADRAKAT-HU SYAFA’ATII YAUMAL QIYAAMATI.
Artinya.
Barangsiapa yang bershalawat atasku di waktu pagi sepuluh kali dan diwaktu sore sepuluh kali maka syafa’atku akan menghampirinya pada hari kiamat. (HR. Thabrani dan Abud Darda’)
MAN SHALLA ALAYYA FIl YAUMIN MI-ATA MARRATIN QADLALLAHU LAHU MI-ATA HAAJATIN SAB’IINA MINHA LIAAKHIRATIHI WATSALAATSIINA MINHAA LIDUN-YAAHU.
Artinya
Barangsiapa bersholawat kepadaku dalam sehari seratus kali maka Allah memenuhi seratus hajatnya, tujuh puluh dari padanya untuk kepentingan akhiratnya dan tiga puluh lagi untuk kepentingan dunianya (HR. Ibnu Najjar dan jabir)
MAN SHALLA ALAYYA FIl YAUMIN ALFA MARRATIN LAM YAMUT HATTA YUBASYSYARA BILJANNATI.
Artinya:
Barangsiapa bershalawat kepadaku dalam sehari seribu kali, maka ia tidak akan mati sampai ia diberi kabar gembira dengann surga. (HR. Abusy Syaikh dari Annas)
SHALLU ‘ALAA ‘ANBIYAA-ILLAAHI WA RUSULIHI KAMAA TUSHALLUUNA ‘ALAYYA FA INNAHUM URSILUU KAMAA URSILTU.
Artinya
Bershalawatlah kalian kepada para Nabi Allah dari para Rasul-Nya sebagaimana kalian bershalawat kepadaku. Karena mereka juga diutus seperti halnya aku diutus. (HR. Ahmad dan Khatib dari Abu Hurairah)
AKTSIRUU MINASHSHALAATI ALAYYA FlI KULLI YAUMI JUMU’ATIN FA INNA SHALAATA UMMATII TURADLU ALAYYA FlI KULLI YAUMI JUMUATIN FAMAN KAANA AKTSARAHUM ALAYYA SHALAATAN KAANA AQRABAHUM MINNII MANZILATAN.
Artinya.
Perbanyaklah membaca shalawat untukku di siang hari jumat. Karena, shalawat ummatku disodorkan kepadaku setiap hari jumat. Barangsiapa lebih banyak bershalawat kepadaku, maka ía paling dekat denganku kedudukannya. (HR. Baihaqi)
MAN SHALLAA ALAYYA YAUMAL JUMUATI MIATA MARR ATIN JAA-A YAUMAL QIYAAMATI WA MA’AHU NUURUN LAU QUSIMA BAINAL KHALQI KULLIHIM LAWASI’AHUM.
Artinya:
Barangsiapa bershalawat kepadaku pada hari Jumat seratus kali, maka ia datang pada hari kiamat dengan disertai cahaya, yang seandainya dibagikan diantara para mnkhluk seluruhnya, tentu mencukupi mereka. (HR. Abu Nu’aim)
HAITSUMAA KUNTUM FASHALLU ALAYYA FA INNA SHALAATAKUM TABLUGHUNII.
Artinya :
Dimana pun kalian berada, bershalawatlah kepadaku, sebab shalawat kalian itu sampai kepadaku. (HR. Thabrani dari Husain bin Ali ra.)
HAYAATI KHAIRUN LAKUM LITUHDITSUUNA WA YUHDATSU LAKUM IDZAA ANAA MTTU KAANAT WAFAATII KHAIRAN LAKUM TU’RADLU ‘ALAYYA AMAALUKUM FA IN RA’AITU KHAIRAN HAMIDTULLAAHA WA IN RA’AITU SYARRAN ISTAGHFARTU LAKUM.
Artinya:
Hidupku adalah lebih baik bagi kalian untuk kalian bicarakan dan ceritakan kepada kalian. Apabila aku telah mati maka wafatku adalah lebih baik bagi kalian untuk disodorkan amal-amal kalian kepadaku. Jika aku melihatnya baik, maka aku memuji Allah. Dan bila aku meliatnya jelek, maka aku memohonkan ampun untuk kalian. (HR. Ibnu Sa’ad).
MAN SHALLA ‘ALAYYA ‘INDA QABRII SAMITUHU WA MAN SHALLAA ‘ALAYYA NAA-IYAN WUKKILA BIHAA MALAKUN YUBALLIGHUNII WAKUFIYA AMRU DUN-YAHU WA AAKHIRATIHI WA KUNTU LAHU SYAHIDINA AU SYAFII’AN.
Artinya:
Barartgsiapa bershalawat kepadaku di dekat kuburku, maka aku mendengarnya. Dan barartgsiapa bershalawat kepadaku dari kejauhan, maka dipercayakan seorang malaikat untuk menyampaikan shalawat itu kepadaku, ia dicukupi urusan dunia, serta akhiratnya dan aku menjadi saksi atau pemberi syafa’atnya. (HR. Baihaqi dari Al Khatib dar Abu Hurairah ra.)
MAN SHALLA ‘ALAYYAA YAUMAL JUMU’ATI MIATA SHALLAATIN GHUFIRA LAHU DZANBU MIATA AAMIN.
Artinya :
Barangsiapa bershalawat kepadaku pada huri Jum’at dua ratus kali, maka diampurti dosanya dua ratus tahun. (HR. Dailami dari Abu Darda’ ra.)