Wednesday 16 September 2015

Syarat Azan Dan Iqamah Serta Yang Disunnahkannya

1. Orang yang menyerukan azan dan iqamah itu hendaklah orang yang sudah mumayiz (berakal, walaupun sedikit). 

2. Hendakah dilakukan sesudah masuk waktu salat, kecuali azan Subuh, boleh dikumandangkan sejak tengah malam.
Menurut hadis:
“Dari Jabir bin Sam urah. Ia bercerita, “Bilal azan apabila matahari telah tergelincir, tidak dikuranginya lafaz azan itu, kemudian ia belum iqamah (qamat) sehingga Nabi Saw keluar. Apabila beliau telah keluar, barulah Bilal iqamah, yaitu setelah melihat beliau.” (RIWAYAT AHMAD DAN MUSLIM)

Sabda Rasulullah Saw.:
“Dari Ibnu Mas’ud. Sesungguhnya Nabi Saw. telah bersabda, “Janganlah terhalang salah seorang kamu dari makan sahur karena azannya Bilal, sesungguhnya Bilal itu azan agar orang yang sedang beramal kembali beristirahat, dan orang yang tidur agar bangun bersiap-siap untuk salat’ (RIWAYAT JAMAAH KECUALI T1RMLZI)

3. Orang yang azan dan iqamah hendaklah orang Islam (muslimin). Orang kafir tidak boleh azan dan iqamah. 

4. Kalimat azan dan iqamah hendaklah berturut-turut, berarti tidak diselang dengan kalimat yang lain atau diselang dengan berhenti yang lama. 

5. Tertib, artinya kalimat-kalimatnya teratur, sebagaimana yang tersebut di atas.

Yang disunatkan dalam azan dan iqamah

1. Orang yang azan dan iqamah hendaklah menghadap ke kiblat. 

2. Hendaklah berdiri, karena dengan berdiri itu lebih pantas dalam arti pemberitahuan.
Sabda Rasulullah Saw.:
“Hai Bilal, berdirilah, lalu azanlah untuk salat.” (RIWAYAT MUSLIM)

3. Hendaklah dilakukan di tempat yang tinggi, agar lebih jauh terderigar. 

4. Muazin hendaklah orang yang keras dan baik suaranya, agar lebih banyak menarik pendengar untuk datang ke tempat salat. Sabda Rasulullah Saw.:
“Rasulullah Saw telah berkata kepada Abdullah bin Zaid, ajarkanlah lafaz azan kepada Bilal, karena sesungguhnya suaranya lebih keras dan lebih baik daripada suaratnu.” RIWAYAT ABU DAWUD) 

5. Muadzin hendaklah suci dan hadas dan najis. 

6. Membaca salawat atas Nabi Saw. sesudah selesai azan, kemudian berdoa dengan doa ini:


“Ya Allah, Tuhan yang mempunyai seruan yang sempurna mi dan salat yang sedang didirikan mi, berilah Nabi Muhammad Saw derajat yang tinggi dan pangkat yang mulia, dan berilah dia kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya.” (RIWAYAT BUKHARI DAN lAIN- LAIN NYA)

7. Disunatkan membaca doa di antara azan dan iqamah.
Sabda Rasulullah Saw.:
“Dari Anas bin Malik. Ia berkata, “Rasulullah telah berkata, ‘Doa (permintaan) di antara azan dan iqamah tidak ditolak’.” (RIWAYAT AHMAD, ABU DAWUD DAN TIRMIZI)

Pendengar azan hendaklah turut pula menyebut dengan perlahan-lahan seperti kalimat azan yang diucapkan oleh muadzin, kecuali sewaktu muain menyebut kalimat:
“Hayya ‘alas-slah, hayya ‘alal-falah”
yang mendengar hendaklah membaca:
“La haula wala quwwata illa billa”.

Begitu juga yang mendengar iqamah, hendaklah turut membaca apa-apa yang dibaca oleh muazin, kecuali sewaktu ia membaca:
“Qad qomatis-salah,
Yang mendengar hendaklah membaca:
“Aqamahallahu wa adamaha”
Sabda Rasulullah Saw.:
“Apabila kamu mendengar azan, hendaklah kamu berkata seperti yang dikatakan oleh muazin.”(RIWAYAT BUKHAR1 DAN MUSLIM). Pada riwayat Muslim dikatakan, kecuali sewaktu mendengar Hayya ‘alas-shalah. Hayya ‘alal-falah, maka yang mendengar hendaklah berkata la haula wala quwwata illa billah.” (RIWAYAT ABU DAWUD)

“Dari Syahar bin Husyab, “Sesungguhnya Bilal telah qamat (iqamah) tatkala ia mengucapkan qad qomatis-salah, Rasulullah Saw menyebut aqamahallahu wa addmaha.” (RIWAYAT ABU DAWUD)

0 komentar:

Post a Comment

Tabir Wanita